Instrumen Penelitian METODE PENELITIAN

c. Melakukan wawancara terhadap peserta didik terpilih dan guru mata pelajaran. d. Pelaksanaan tes akhir kemampuan pemecahan masalah. 3. Tahap Pengolahan Data a. Mengumpulkan data hasil nilai tes kemampuan pemecahan masalah serta hasil pengamatan dan wawancara. b. Mengolah dan menganalisis peningkatan karakter kerja keras dan keterampilan pemecahan masalah berdasarkan data hasil observasi didukung dengan data hasil wawancara. c. Mengolah data hasil tes kemampuan pemecahan masalah untuk mengetahui ketuntasannya. 4. Tahap Pembuatan Kesimpulan Kegiatan yang dilakukan adalah membuat kesimpulan berdasarkan data-data yang diperoleh.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah Suharsimi, 2010: 193. Secara garis besar instrumen penelitian dibagi menjadi dua yaitu instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif peserta didik yaitu kemampuan pemecahan masalah. Sedangkan intrumen nontes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aspek afektif yaitu karakter kerja keras dan aspek psikomotorik yaitu keterampilan memecahkan masalah. 1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok Suharsimi, 2010: 193. Instrumen tes yang dimaksud adalah berupa tes kemampuan pemecahan masalah. Tes kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini berbentuk soal uraian. Tes bentuk uraian dipilih karena proses berpikir peserta didik, pemahaman peserta didik terhadap masalah, langkah-langkah pengerjaan, langkah-langkah pemecahan masalah, serta ketelitian peserta didik dapat terlihat. Sebelum membuat soal tes, kisi-kisi soal tes tersebut dibuat terlebih dahulu, kemudian soal tes yang telah dibuat dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru matematika di sekolah penelitian, hal ini bertujuan untuk mengetahui validitas teoritik dari instrumen yang akan dibuat. Sebelum tes tersebut digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen pada kelas yang telah ditentukan sebelumnya untuk mengetahui kelayakan instrumen yang akan digunakan. Setelah instrumen diuji coba dan direvisi, instrumen berupa soal tersebut diberikan kepada kelas penelitian sehingga peneliti memperoleh data. Setelah data diperoleh, peneliti harus melakukan penskoran terhadap hasi tes tersebut. Kegiatan penskoran tes diperlukan karena sesuatu yang diukur dengan tes merupakan besaran non fisis yang tidak dapat diukur secara langsung sebagaimana mengukur panjang kayu menggunakan mistar. Peniaian kemampuan pemecahan masalah memperhatikan indikator-indikator kemampuan pemecahan masalah sebagai berikut: a. peserta didik dapat memahami soal dengan benar; b. peserta didik dapat merencanakan penggunaan berbagai macam prosedur dan strategi yang mengarah pada jawaban yang benar; c. peserta didik dapat menggunakan berbagai macam prosedur dan strategi yang mengarah pada jawaban yang benar; d. peserta didik melakukan pemeriksaan kembali terhaddap hasil pemecahan masalah. 2. Lembar Pengamatan Karakter Kerja Keras Kerja keras adalah salah satu karakter yang menunjukkan kemampuan afektif peserta didik. Oleh karena itu instrumen yang akan digunakan adalah instrumen penilaian afektif. Menurut Andersen dalam Depdiknas, 2008a: 7 ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif, yaitu metode observasi dan metode laporan diri. Penelitian ini akan digunakan metode observasi berdasarkan pada asumsi bahwa karakteristik afektif dapat dilihat dari perilaku atau perbuatan yang ditampilkan dan atau reaksi psikologi. Penilaian karakter kerja keras peserta didik menggunakan lembar pengamatan berupa rubrik dengan skala penilaian rating scale. Kulm dalam Walle, 2008: 85 menyatakan bahwa rubrik adalah sebuah kerangka kerja yang dapat didesain oleh guru untuk kelompok peserta didik khusus atau tugas khusus matematika. Instrumen berupa lembar pengamatan disusun dengan menetapkan tujuan pengukuran, selanjutnya dibuat kisi-kisi instrumen yang merupakan matriks yang berisi spesifikasi instrumen yang akan ditulis. Dilanjutkan dengan penyusunan instrumen berupa indikator-indikator yang menunjukkan karakter kerja keras dengan bimbingan dosen pembimbing serta memberikan skala penilaian. Skala yang digunakan dalam lembar penilaian adalah Skala Likert yang dimodifikasi dengan skor tertinggi tiap butir adalah 4 dan terendah adalah 1. Masing-masing skor menunjukkan kriteria sebagai berikut: 4 pencapaian penuh, 3 pencapaian pokok, 2 pencapaian sebagian, 1 pencapaian sedikit. Instrumen yang telah dibuat dikonsultasikan dengan dosen pembimbing untuk selanjutnya dilakukan telaah instrumen untuk memperbaiki instrumen. Berikut ini adalah indikator karakter kerja keras untuk sekolah menengah menurut Hasan 2010: 39. a. Tidak putus asa dalam menghadapi kesulitan belajar. b. Fokus pada pelajaran. c. Mengerjakan tugas dengan teliti dan rapi. d. Menggunakan waktu secara efektif untuk menyelesaikan tugas-tugas di kelas dan luar kelas. e. Berusaha untuk mencari informasi tentang materi pelajaran dari berbagai sumber. 3. Lembar Pengamatan Keterampilan Pemecahan Masalah Keterampilan pemecahan masalah merupakan aspek psikomotorik yang akan dinilai dalam pembelajaran. Lembar pengamatan yang digunakan hampir sama dengan lembar pengamatan afektif dalam pengamatan karakter kerja keras, yang berbeda hanya indikator-indikatornya. Tahap-tahap penyusunannya juga sama dengan lembar pengamatan karakter kerja keras. Penilaiannya menurut Kuswana 2012: 190 memperhatikan indikator sebagai berikut: a. Pengulangan tujuan dan masalah yang berbeda untuk mempertimbangkan jenis pemecahannya. b. Pengakuan peran yang penting dari ketelitian. c. Penggunaan representasi masalah melalui grafik, diagram pohon, matrik dan model. d. Pemahaman kendala mengenai pandangan dunia. e. Pemilihan strategi terbaik untuk pemecahan jenis masalah. f. Pencarian analogi. Marsigit 2011: 8 menambahkan bahwa indikator keterampilan pemecahan masalah meliputi: a. memahami pokok persoalan, b. mendiskusikan alternatif pemecahannya, c. memecah persoalan utama menjadi bagian – bagian kecil, d. menyederhanakan persoalan, e. menggunakan pengalaman masa lampau dan menggunakan intuisi untuk menemukan alternatif pemecahannya, f. mencoba berbagai cara, bekerja secara sistematis, mencatat apa yang terjadi, mengecek hasilnya dengan mengulang kembali langkah - langkahnya, dan g. mencoba memahami dan menyelesaikan persoalan yang lain. 4. Pedoman Wawancara Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur untuk mengetahui karakter kerja keras dan keterampilan pemecahan masalah pada peserta didik. Oleh karena itu peneliti menyiapkan instrumen berupa pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan tertulis. Pedoman wawancara memiliki keunggulan yaitu data hasil wawancara mudah diolah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan. Pertanyaan dalam pedoman wawancara merupakan pengembangan dari indikator-indikator karakter kerja keras dan keterampilan pemecahan masalah.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERNUANSA ETNOMATEMATIKA PADA MATERI SEGIEMPAT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PESERTA DIDIK

3 24 356

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN ARIAS BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII MATERI SEGIEMPAT

0 6 256

KEEFEKTIFAN PBL BERBASIS NILAI KARAKTER BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI SEGIEMPAT KELAS VII

45 173 294

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA BERNUANSA ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK PADA MATERI SEGIEMPAT

0 46 479

Keefektifan Pembelajaran Model TAPPS Berbantuan Worksheet Berbasis Polya terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Materi Lingkaran Kelas VIII

1 11 214

PEMBENTUKAN KARAKTER DAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SUPERITEM BERBANTUAN SCAFFOLDING MATERI TRIGONOMETRI KELAS X SMK

27 358 374

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI POKOK SEGIEMPAT PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 12 MAGELANG.

0 0 1

Efektivitas Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Pembelajaran TAI dengan Pendekatan Keterampilan Metakognitif Berbantuan Alat Peraga terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII pada Materi Segiempat.

0 0 1

Keefektifan Model Pembelajaran kooperatif Tipe STAD Berbantuan LKS Penemuan Terbimbing Dengan LKS Penemuan Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pada Sub Pokok Materi Segiempat Peserta Didik Kelas VII Semester Genap SMP N 13 Kota Semarang.

0 0 1

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII pada Materi Bilangan melalui Model Treffinger Berbantuan Masalah Open- Ended

0 0 11