Meningkatkan efisiensi operasi penangkapan ikan pada daerah penangkapan yang potensial

5.7.4 Meningkatkan efisiensi operasi penangkapan ikan pada daerah penangkapan yang potensial

Pembangunan perikanan berkaitan erat dengan proses pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya dana yang tersedia. Berdasarkan sifat sumber daya alamnya, pengembangan usaha perikanan tangkap sangat tergantung pada ketersediaan sumber daya perikanan di suatu perairan. Fluktuasi kegiatan usaha perikanan pada akhirnya mempengaruhi nelayan yang beroperasi di sekitar tersebut Syafrin 1993. Memanfaatkan sumber daya alam di Provinsi Sulawesi Utara dalam hal ini ikan sudah terancam habis stok, karena sehubungan dengan hasil pengamatan di lapangan didapatkan bahwa nelayan-nelayan Sulawesi Utara yang berskala kecil melakukan pencarian daerah penangkapan baru yang jauh dari daerah tempat tinggalnya, misalnya nelayan dari Sangihe yang melakukan pencarian daerah penangkapan ikan mobilitas geografi sampai ke Ambon, Ternate atau Maluku bahkan sampai ke Philipina. Kelebihan pemanfaatan sumber daya alam di sekitar pesisir pantai juga di pengaruhi oleh beberapa faktor lain, diantaranya tidak ada sama sekali alat bantu bagi nelayan dalam menemukan daerah penangkapan ikan yang baru seperti fish finder atau global positioning system GPS sehingga mereka hanya berputar- putar di sekitar pesisir pantai, selain itu juga tidak adanya armada yang memadai untuk mencapai daerah penangkapan ikan yang lebih jauh di lepas pantai mengakibatkan nelayan skala kecil di Provinsi Sulawesi Utara hanya mampu menjangkau DPI-DPI di sekitar pantai yang semakin lama semakin berkurang stok ikannya. Budaya malasmasa bodo nelayan Sulawesi utara juga turut andil dalam mempengaruhi keadaan tersebut, karena sifat malas mereka membuat mereka tidak mau mencari inovasi-inovasi untuk memperbaiki alat tangkap menjadi lebih modern atau efisien dalam menangkap ikan. Alih status nelayan di Provinsi Sulawesi Utara seyogyanya tidak hanya mempertimbangkan faktor-faktor internal seperti konflik antar nelayan tradisional, kebutuhan hidup yang harus dipenuhi, pendapatan yang kurang memadai, keterbatasan kepemilikian modal dan biaya pendidikan bagi anak-anak nelayan di Provinsi Sulawesi Utara. Tetapi juga mempertimbangkan faktor eksternal seperti keterbatasan lahan profesi, ketersediaan stok ikan yang menurun, harga bahan bakar minyak yang terus naik, daerah penangkapan ikan yang semakin tidak terjangkau, kebijakan-kebijakan pemerintah yang menyulitkan dan tidak memihak nelayan tradisional skala kecil di Provinsi Sulawesi Utara, kurang berperannya pihak investor dalam penyediaan permodalan bagi nelayan skala kecil di Provinsi Sulawesi Utara dan lain-lain. Maka dari itu Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara perlu mengadakan upaya pengembangan perikanan yang dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan. Seperti yang dikatakan oleh Charles 2001 bahwa sistem perikanan mencakup tiga subsistem yaitu; 1 sumber daya ikan dan lingkungannya, 2 sumber daya manusia beserta kegiatannya dan 3 manajemen perikanan. Sumber daya ikan dan lingkungannya meliputi 3 tiga komponen yaitu ikan, ekosistem dan lingkungan biofisik. Sumber daya manusia meliputi 4 empat komponen yaitu nelayan dengan kegiatan memproduksi ikan; kegiatan paska panen, distribusi, pemasaran dan konsumen; rumah tangga nelayan dan masyarakat perikanan; serta kondisi sosial, ekonomi dan budaya. Subsistem manajemen perikanan meliputi 3 tiga komponen yaitu perencanaan dan kebijakan perikanan; pengelolaan perikanan; serta pengembangan dan penelitian. Sistem perikanan bersifat dinamis, komponen-komponennya mengalami perubahan sepanjang waktu Charles 2001. Charles 2001 juga menyatakan bahwa perhatian penting dalam hal keberlanjutan sustainability tidak terbatas hanya pada penentuan jumlah perikanan tangkap dan ketersediaan stok, melainkan mencakup keseluruhan aspek perikanan mulai dari ekosistem, struktur sosial dan ekonomi, sampai kepada masyarakat perikanan dan kelembagaan pengelolaan. Keberlanjutan secara ekologis terkait dengan keberlanjutan penangkapan dan perlindungan terhadap sumber daya. Keberlanjutan sosial ekonomi, tekait dengan manfaat makro bagi penyerapan tenaga kerja dan distribusi pendapatan secara layak bagi pelaku pemanfaatan sumber daya. Keberlanjutan masyarakat menekankan pada perlindungan atau pengembangan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Keberlanjutan kelembagaan terkait dengan kelembagaan keuangan, penatausahaan yang tepat dan kemampuan kelembagaan dalam jangka panjang. Pembangunan perikanan merupakan suatu proses atau kegiatan manusia untuk meningkatkan produksi di bidang perikanan sekaligus meningkatkan pendapatan nelayan melalui penerapan teknologi yang lebih baik Bahari, 1989. Dahuri 2003 mengemukakan bahwa pengembangan usaha perikanan haruslah dtinjau melalui bio-tecnico-socio-economic-approach. Oleh karena itu ada empat persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu jenis alat penangkapan ikan untuk dikembangkan yaitu; 1 bila ditinjau dari aspek biologi, pengoperasian alat tangkap tersebut tidak mengganggu atau merusak kelestarian sumber daya perikanan, 2 secara teknis, efektif untuk dioperasikan, 3 ditinjau dari aspek sosial dapat diterima masyarakat nelayan, 4 secara ekonomi, usaha tersebut bersifat menguntungkan dan selain itu harus ada izin dari pemerintah. Keempat syarat tersebut tidak mutlak diharuskan, melainkan dipertimbangkan sesuai kepentingan. Menurut lokasi kegiatannya, kami mengelompokan perikanan tangkap di Provinsi Sulawesi Utara dalam 3 kelompok yaitu: 1 perikanan lepas pantai offshore Fisheries; 2 perikanan pantai Coastal Fisheries; dan 3 perikanan darat Inland Fisheries. Komposisi armada di perairan pesisir pantai coastal fisheries Provinsi Sulawesi Utara didominasi oleh armada skala besar, sedangkan nelayan tradisional masih sendiri-sendiri dalam menangkap ikan, armada skala besar memilih beroperasi di perairan pantai karena jarak tempuh yang pendek menyebabkan mereka mampu menghemat biaya operasional. Namun, hal tersebut menyebabkan nelayan tradisional tidak kebagian lahan penangkapan ikan, sikap pemerintah saat ini terhadap permasalahan tersebut masih agak masa bodo atau menutup mata. Akses perizinan usaha tangkap pun masih lebih banyak diberikan kepada armada skala besar, karena dianggap lebih banyak hasil produksi dibandingkan nelayan tradisional. Namun demikian, ada program-program lain yang menunjang bagi nelayan tradisional skala kecil di Provinsi Sulawesi Utara, yaitu program motorisasi nelayan skala kecil di Provinsi Sulawesi Utara agar bisa memanfaatkan daerah penangkapan ikan yang lebih jauh. Namun hasil dari program tersebut masih minim, karena kurangnya pengetahuan nelayan tentang maintenance kapal motor yang diberikan pemerintah, akhirnya kapal-kapal motor itu banyak terbengkalai. Belum lagi, adanya rumpon-rumpon illegal yang meminta biaya sewa yang tinggi kepada nelayan skala kecil untuk mereka bisa menangkap ikan di sekitar rumpon. Jauh lebih baik jika pemerintah Sulawesi Utara menggalakan program yang berkaitan dengan investor asing atau mengajak investor asing untuk menanamkan modal di perairan pantai Provinsi Sulawesi Utara, misalnya dengan menyediakan rumpon legal tanpa dipungut biaya, namun hasilnya sebanyak 10 untuk investor, atau menyediakan kapal motor untuk menyeimbangkan armada di perairan Sulawesi Utara agar tidak didominasi oleh nelayan skala besar, atau bisa juga dengan menyediakan kapal penampung investor yang disubsidi oleh pemerintah. Melalui program-program yang disebutkan di atas diharapkan para nelayan tidak lagi perlu melakukan mobilitas geografi maupun profesi. Pemanfaatan yang tepat dan efisien akan menjadi insentif bagi nelayan untuk bertahan di desa asalnya. Pola pengembangan perikanan berkelanjutan yang sesuai di Provinsi Sulawesi Utara adalah pola coastal fisheries perikanan pantai mengingat kegiatan perikanan nelayan skala kecil di Provinsi Sulawesi Utara yang terpusat di seputaran pantai-pantai Sulawesi Utara. Pola pengembangan yang disarankan adalah dari beberapa segi yaitu dari segi komitmen waktu, nelayan artisanal sebaiknya melakukan kegiatan perikanan dengan penuh waktu, tidak lagi paruh waktu. Dari segi investasi, sebaiknya nelayan artisanal berinvestasi lebih pada kegiatan perikananalat tangkapkapal. Dari segi pengolahan hasil tangkapan, sebaiknya pemerintah menyediakan sarana khusus untuk nelayan agar mereka mampu mengolah hasil tangkapan dengan lebih baik, misalnya dengan menyediakan sarana swalayan khusus hasil tangkapan nelayan.

5.7.5 Menentukan teknologi