yang dinyatakan oleh Simbolon 2009 Waktu pencarian ikan akan lebih lama lagi apabila nelayan tidak menemukan tanda-tanda alamiah yang mengindikasikan
keberadaan ikan seperti kawanan burung-burung laut yang menyambar ikan pelagis di permukaan, gelembung-gelembung udara dalam bentuk buih perairan
dan bongkahan-bongkahan kayu terapung di permukaan air. Sebagai konsekuensi logis dari pada sistem penangkapan tersebut di atas, maka lama trip akan lebih
lama, tenaga, bahan bakar dan biaya operasi lebih tinggi, namun tingkat ketidakpastian hasil tangkapan tetap tinggi. Maka dari itu alih teknologi bukanlah
faktor mobilitas nelayan, namun sangat diperlukan oleh nelayan tradisional di Provinsi Sulawesi Utara untuk memudahkan mereka mendapatkan ikan
Simbolon, 2009.
5.7.6 Merubah kebiasaan nelayan yang cenderung melakukan mobilitas geografi ketika musim paceklik tiba
Budaya dalam masyarakat nelayan Sulawesi Utara adalah pola adat kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari dan mendarah daging di kehidupan
para nelayan Sulawesi Utara diantaranya adalah budaya malas, budaya masa bodo pada kehidupan mereka, budaya boros dan budaya tidak suka menabung, budaya-
budaya yang disebutkan adalah budaya yang menjadi kebiasaan pada nelayan Sulawesi Utara bahkan sudah menjadi way of life atau cara hidup mereka, hal
tersebut sangat sulit diubah, walaupun bisa berubah biasanya karena keadaan yang memaksa, misalnya karena keluarga nelayan membutuhkan uang lebih untuk
suatu keadaan, barulah mereka memacu diri mereka untuk menjadi lebih rajin melaut agar mendapatkan penghasilan lebih dan memenuhi kebutuhan yang
mendesak tersebut, namun jika kebutuhan tersebut sudah terpenuhi atau masalah sudah teratasi biasanya budaya tersebut kembali lagi dan mereka menjadi malas
dan masa bodo kembali. Budaya ini terpelihara dari generasi ke generasi sehingga sudah menjadi gaya hidup para nelayan di Provinsi Sulawesi Utara dan sangat
sulit untuk di minimalisir apalagi dihilangkan.
5.7.7 Mempelajari faktor penarik dan pendorong pada mobilitas profesi nelayan
Faktor penarik adalah suatu keadaan dimana para pekerja melihat kemungkinan kesempatan kerja di luar profesinya, yang diharapkan dapat
memberikan pendapatan yang lebih tinggi atau lebih kontinu, sedangkan faktor pendorong diartikan sebagai keadaan yang mengharuskan para pekerja mencari
alternatif lain karena jenis profesi yang ada sudah semakin sulit atau tidak ada Maria 1996.
Di Provinsi Sulawesi Utara faktor penarik bagi nelayan yang bermobilitas profesi adalah pendapatan yang diperoleh dari profesi lain untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Faktor pendorongnya adalah musim paceklik yang terjadi pada bulan September sampai dengan Pebruari yang bersamaan dengan harga
kebutuhan hidup sehari-haripun semakin mahal, sehingga nelayan pada saat-saat paceklik harus mencari profesi lain, untuk memenuhi kebutuhan mereka dan
keluarganya. Pada saat itu nelayan hanya bisa mencari profesi di luar profesi penangkapan ikan atau sejenisnya, karena tidak ada yang bisa di lakukan di laut,
sehingga mereka memilih profesi lain sebagai tukang ojekburuh kelapapetanitukang sayursatpamkuli bangunantukang bongkar muatdan lain-
lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi nelayan melakukan mobilitas geografiprofesi di Provinsi Sulawesi Utara adalah pendidikan, pengalaman
melaut, potensi ikan menurun, kejenuhan, modal, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga. Ada beberapa faktor eksternal penyebab mobilitas nelayan. Diantaranya
adalah pertama, karena kebijakan yang tidak menguntungkan. Kedua, karena memang ada pengabaian baik oleh pemerintah maupun industri yang melakukan
pencemaran di laut mereka. Ketiga, ada yang disebut dengan praktek pengusiran. Ini jelas sekali terlihat di kawasan industri pariwisata dimana nelayan-nelayan
Sulawesi Utara tidak boleh menangkap ikan dengan alasan wilayah pariwisata seperi di Bunaken. Keempat kurangnya alat dan pengetahuan nelayan tentang laut
dimana para nelayan hanya berbekal ilmu mitos dari nenek moyang mereka. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas nelayan di Provinsi Sulawesi
Utara adalah pendidikan, pengalaman melaut, potensi ikan menurun, kejenuhan, modal, pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, kebijakan yang tidak
menguntungkan dan praktek pengusiran. Hasil penelitian ini berbeda degan kajian yang dilakukan oleh Lestari 2011 di perairan Sendang Biru beberapa faktor yang
mempengaruhi mobilitas nelayan Pacitan, Jawa timur ke Sendang Biru yaitu: 1 fishing ground atau daerah penangkapan ikan DPI; 2 pelabuhan kapal yang
memadai; 3 tempat pelelangan ikan TPI; 4 biaya operasional; 5 komoditas ikan berkualitas ekspor.
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan