meminta biaya sewa yang tinggi kepada nelayan skala kecil untuk mereka bisa menangkap ikan di sekitar rumpon.
Jauh lebih baik jika pemerintah Sulawesi Utara menggalakan program yang berkaitan dengan investor asing atau mengajak investor asing untuk
menanamkan modal di perairan pantai Provinsi Sulawesi Utara, misalnya dengan menyediakan rumpon legal tanpa dipungut biaya, namun hasilnya sebanyak 10
untuk investor, atau menyediakan kapal motor untuk menyeimbangkan armada di perairan Sulawesi Utara agar tidak didominasi oleh nelayan skala besar, atau bisa
juga dengan menyediakan kapal penampung investor yang disubsidi oleh pemerintah. Melalui program-program yang disebutkan di atas diharapkan para
nelayan tidak lagi perlu melakukan mobilitas geografi maupun profesi. Pemanfaatan yang tepat dan efisien akan menjadi insentif bagi nelayan untuk
bertahan di desa asalnya. Pola pengembangan perikanan berkelanjutan yang sesuai di Provinsi
Sulawesi Utara adalah pola coastal fisheries perikanan pantai mengingat kegiatan perikanan nelayan skala kecil di Provinsi Sulawesi Utara yang terpusat di
seputaran pantai-pantai Sulawesi Utara. Pola pengembangan yang disarankan adalah dari beberapa segi yaitu dari segi komitmen waktu, nelayan artisanal
sebaiknya melakukan kegiatan perikanan dengan penuh waktu, tidak lagi paruh waktu. Dari segi investasi, sebaiknya nelayan artisanal berinvestasi lebih pada
kegiatan perikananalat tangkapkapal. Dari segi pengolahan hasil tangkapan, sebaiknya pemerintah menyediakan sarana khusus untuk nelayan agar mereka
mampu mengolah hasil tangkapan dengan lebih baik, misalnya dengan menyediakan sarana swalayan khusus hasil tangkapan nelayan.
5.7.5 Menentukan teknologi
penangkapan ikan yang tepat guna
Teknologi memang tidak mempengaruhi mobilitas nelayan, teknologi adalah alat penunjang mobilitas, namun jika teknologi yang ada beralih ke
teknologi yang lebih modernbaik, maka hasilnya nelayan tidak perlu melakukan mobilitas, karena selama ini nelayan tradisional di Provinsi Sulawesi Utara masih
menggunakan cara-cara tradisional untuk menangkap sehingga menghabiskan lebih banyak waktu dalam mencari DPI dibanding untuk menangkap ikan, seperti
yang dinyatakan oleh Simbolon 2009 Waktu pencarian ikan akan lebih lama lagi apabila nelayan tidak menemukan tanda-tanda alamiah yang mengindikasikan
keberadaan ikan seperti kawanan burung-burung laut yang menyambar ikan pelagis di permukaan, gelembung-gelembung udara dalam bentuk buih perairan
dan bongkahan-bongkahan kayu terapung di permukaan air. Sebagai konsekuensi logis dari pada sistem penangkapan tersebut di atas, maka lama trip akan lebih
lama, tenaga, bahan bakar dan biaya operasi lebih tinggi, namun tingkat ketidakpastian hasil tangkapan tetap tinggi. Maka dari itu alih teknologi bukanlah
faktor mobilitas nelayan, namun sangat diperlukan oleh nelayan tradisional di Provinsi Sulawesi Utara untuk memudahkan mereka mendapatkan ikan
Simbolon, 2009.
5.7.6 Merubah kebiasaan nelayan yang cenderung melakukan mobilitas geografi ketika musim paceklik tiba
Budaya dalam masyarakat nelayan Sulawesi Utara adalah pola adat kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari dan mendarah daging di kehidupan
para nelayan Sulawesi Utara diantaranya adalah budaya malas, budaya masa bodo pada kehidupan mereka, budaya boros dan budaya tidak suka menabung, budaya-
budaya yang disebutkan adalah budaya yang menjadi kebiasaan pada nelayan Sulawesi Utara bahkan sudah menjadi way of life atau cara hidup mereka, hal
tersebut sangat sulit diubah, walaupun bisa berubah biasanya karena keadaan yang memaksa, misalnya karena keluarga nelayan membutuhkan uang lebih untuk
suatu keadaan, barulah mereka memacu diri mereka untuk menjadi lebih rajin melaut agar mendapatkan penghasilan lebih dan memenuhi kebutuhan yang
mendesak tersebut, namun jika kebutuhan tersebut sudah terpenuhi atau masalah sudah teratasi biasanya budaya tersebut kembali lagi dan mereka menjadi malas
dan masa bodo kembali. Budaya ini terpelihara dari generasi ke generasi sehingga sudah menjadi gaya hidup para nelayan di Provinsi Sulawesi Utara dan sangat
sulit untuk di minimalisir apalagi dihilangkan.
5.7.7 Mempelajari faktor penarik dan pendorong pada mobilitas profesi nelayan