2 Mobilitas nelayan X
2
, yaitu nelayan yang melakukan mobilitas geografi dan mobilitas profesi dipengaruhi oleh aspek pengalaman kerja X
2.4
pendapatan X
2.6
persediaan ikan X
2.7
dan modal X
2.9
. Faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap mobilitas geografi dan
mobilitas profesi dengan nilai T-hit sebesar 0,26. Persamaan stuktural antara X
2.4
, X
2.6
, X
2.7
dan X
2.9
terhadap tipe mobilitas geografi dan mobilitas profesi adalah
X
2
= 0,33 X
2.4
+ 0,42 X
2.6
+ 0,27 X
2.7
+ 0,48 X
2.9
3 Mobilitas nelayan X
3
, yaitu nelayan yang melakukan mobilitas profesi dipengaruhi oleh aspek pengalaman kerja X
3.4
aspek jumlah tanggungan keluarga X
3.5
pendapatan X
3.6
persediaan ikan X
3.7
kejenuhan X
3.8
dan modal X
3.9
. Faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap tipe mobilitas profesi dengan nilai T-hit sebesar 0,04. Persamaan
stuktural antara X
3.4
, X
3.5
, X
3.6
, X
3.7
, X
3.8
dan X
3.9
terhadap mobilitas tipe mobilitas profesi adalah
X
3
= 0,69 X
3.4
+ 0,16 X
3.5
+ 0,49 X
3.6
+ 0,21 X
3.7
+ 0,19 X
3.8
+ 0,62 X
3.9
4 Mobilitas nelayan X
4
, yaitu nelayan yang tidak melakukan mobilitas profesi dan geografi dipengaruhi oleh aspek pengalaman kerja X
4.4
aspek jumlah tanggungan keluarga X
4.5
pendapatan X
4.6
persediaan ikan X
4.7
kejenuhan X
4.8
dan modal X
4.9
. Faktor-faktor yang mempengaruhi secara signifikan terhadap mobilitas nelayan tipe tidak
mobilitas dengan nilai T-hit sebesar 0,32. Persamaan stuktural antara X
4.4
, X
4.5
, X
4.6
, X
4.7
, X
4.8
dan X
4.9
terhadap mobilitas tipe tidak mobilitas adalah X
4
= 0,20 X
4.4
+ 0,20 X
4.5
+ 0,47 X
4.6
+ 0,21 X
4.7
+ 0,17 X
4.8
+ 0,51 X
4.9
4.4 Dampak yang diakibatkan oleh mobilitas nelayan
Dampak yang diakibatkan oleh mobilitas nelayan terhadap status nelayan, baik secara profesi maupun geografi dapat dicerminkan dalam Tabel 10.
Berdasarkan tabel tersebut dapat kita simpulkan untuk setiap tipe nelayan apakah faktor-faktor yang terpapar sebelumnya berpengaruh banyak atau tidak terhadap
pendapatan nelayan itu sendiri yang nantinya akan merubah status para nelayan.
Tabel 10 Dampak X
1
, X
2
, X
3
, X
4
terhadap Y Tipe
Nelayan Koefisien
Konstruk |T-Hitung|
T-table Keterangan
X
1
0,02 0,05 1.96
Tidak Signifikan X
2
0,37 0,26 1.96
Tidak Signifikan X
3
0,02 0,04 1.96
Tidak Signifikan X
4
0,57 0,32 1.96
Tidak Signifikan
Sumber: Hasil Olahan Data Hasil uji kebermaknaan terhadap masing-masing estimasi parameter
model struktural faktor persepsi semuanya nyata pada tingkat kesalahan 0,05 dengan estimasi prsamaan struktural sebagai berikut:
X
1
= 0,26 X
1.6
+ 0,11 X
1.7
+ 0,06 X
1.8
+ 0,33 X
1.9
1 Jika pendapatan X
1.6
naik 1 satuan maka mobilitas geografi X
1
akan meningkat 0,26.
2 Jika persediaan ikan X
1.7
naik 1 satuan maka mobilitas geografi X
1
akan meningkat 0,11.
3 Jika kejenuhan X
1.8
naik 1 satuan maka mobilitas geografi X
1
akan meningkat 0,06.
4 Jika modal X
1.9
naik 1 satuan maka mobilitas geografi X
1
akan meningkat 0,33.
X
2
= 0,33 X
2.4
+ 0,42 X
2.6
+ 0,27 X
2.7
+ 0,48 X
2.9
1 Jika aspek pengalaman kerja X
2.4
naik 1 satuan maka mobilitas geografi dan profesi X
2
akan meningkat 0,33. 2
Jika pendapatan X
2.6
naik 1 satuan maka mobilitas geografi dan profesi X
2
akan meningkat 0,42. 3
Jika persediaan ikan X
2.7
naik 1 satuan maka mobilitas geografi dan profesi X
2
akan meningkat 0,27. 4
Jika modal X
2.9
naik 1 satuan maka mobilitas geografi dan profesi X
2
akan meningkat 0,29.
X
3
= 0,69 X
3.4
+ 0,16 X
3.5
+ 0,49 X
3.6
+ 0,21 X
3.7
+ 0,19 X
3.8
+ 0,62 X
3.9
1 Jika aspek pengalaman kerja X
3.4
naik 1 satuan maka mobilitas profesi X
3
akan meningkat 0,69. 2
Jika aspek jumlah tanggungan keluarga X
3.5
naik 1 satuan maka mobilitas profesi X
3
akan meningkat 0,16.
3 Jika pendapatan X
3.6
naik 1 satuan maka mobilitas profesi X
3
akan meningkat 0,49.
4 Jika persediaan ikan X
3.7
naik 1 satuan maka mobilitas profesi X
3
akan meningkat 0,21.
5 Jika kejenuhan X
3.8
naik 1 satuan maka mobilitas profesi X
3
akan meningkat 0,19.
6 Jika modal X
3.9
naik 1 satuan maka mobilitas profesi X
3
akan meningkat 0,62.
X
4
= 0,20 X
4.4
+ 0,20 X
4.5
+ 0,47 X
4.6
+ 0,21 X
4.7
+ 0,17 X
4.8
+ 0,51 X
4.9
1 Jika aspek pengalaman kerja X
4.4
naik 1 satuan maka tidak mobilitas profesi dan goegrafi X
4
akan meningkat 0,20. 2
Jika jumlah tanggung keluarga X
4.5
naik 1 satuan maka tidak mobilitas profesi dan goegrafi X
4
akan meningkat 0,20. 3
Jika pendapatan X
4.6
naik 1 satuan maka tidak mobilitas profesi dan goegrafi X
4
akan meningkat 0,47. 4
Jika persediaan ikan X
4.7
naik 1 satuan maka tidak mobilitas profesi dan goegrafi X
4
akan meningkat 0,21. 5
Jika kejenuhan X
4.8
naik 1 satuan maka tidak mobilitas profesi dan goegrafi X
4
akan meningkat 0,17. 6
Jika modal X
4.9
naik 1 satuan maka tidak mobilitas profesi dan goegrafi X
4
akan meningkat 0,51. Untuk nelayan tipe mobilitas geografi X
1
, didapatkan hasil T-hitung = 0,05 , mengartikan bahwa tidak signifikan dalam pengertian bahwa tidak ada
dampak yang diakibatkan oleh mobilisasi terhadap status mereka. Begitu juga dengan mobilitas geografi dan profesi X
2
didapatkan hasil T-hitung = 0,26 mengartikan bahwa tidak signifikan dalam pengertian bahwa tidak ada dampak
yang diakibatkan oleh mobilisasi terhadap status mereka. Sedangakan hasil dari mobilitas profesi X
3
, dimana T-hit = 0,04 juga mengisyaratkan bahwa hubungan ini tidak signifikan dalam arti tidak ada dampak yang diakibatkan dari
bermobilisasinya mereka. Selanjutnya untuk nelayan tipe tidak mobilitas X
4
dengan T-hitung = 0,32 memberi makna bahwa juga tidak signifikan dalam pengertian bahwa dengan tinggalnya mereka di desa asal dan tidak berpindah
profesi atau tetap sebagai nelayan juga tidak memberikan hasil yang lebih baik dari keadaan mereka yang selama ini dijalani.
4.5
Solusi Strategis untuk Mempercepat Alih Status Nelayan Ke arah yang Lebih Baik
Untuk mempercepat alih status nelayan ke arah yang lebih baik, diperlukan suatu solusi yang strategis, yang merupakan hasil analisis SWOT.
Analisis SWOT dilakukan dengan cara mengidentifiksi faktor-faktor internal kekuatan dan kelemahan dan eksternal peluang dan ancaman secara sistematis
untuk merumuskan strategi dalam merumuskan kebijakan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Matriks strategi eksternal solusi strategis untuk mempercepat alih status nelayan disajikan melalui
Tabel 11. Tabel 11 Matriks strategi eksternal solusi strategis untuk mempercepat alih status
nelayan ke arah yang lebih baik
Faktor Eksternal Bobot
Rating Score
Peluang: Mengadopsi teknologi baru
0,15 4
0.60 Potensi sumber daya ikan belum
dimanfaatkan secara optimal 0,20
4 0,80
Peningkatan kualitas alat penangkapan ikan 0,20
4 0,80
Dukungan pemerintah daerah untuk meningkatkan usaha perikanan
0,25 3
0,75 Ancaman:
Sistem bagi hasil 0,02 2
0,04 Adanya tengkulak 0,05
2 0,10
Illegal fishing Kejenuhan dalam pekerjaan
0,05 0,05
2 1
0,05 0,05
Pengrusakan habitat perairan pada saat penangkapan ikan
0,03 1
0,03 Total 1,00
3,17
Sumber: Hasil Olahan Data
Berdasarkan Tabel 11, strategi eksternal memiliki peluang dan ancaman untuk mempercepat alih status nelayan ke arah yang lebih baik. Adapun unsur
peluang meliputi perkembangan pesat teknologi penangkapan yang lebih efektif dan efisien. Sehubungan dengan berjalannya waktu, banyak ahli yang menemukan
alat-alat yang canggih dalam kegiatan penangkapan ikan seperti global
positioning system dan echo-saunder.
Nelayan memiliki peluang lain seperti dukungan penuh dari pemerintah dalam pengembangan usaha perikanan tangkap, meningkatnya alat penangkapan
ikan dan perluasan daerah penangkapan ikan yang produktif melalui pengetahuan tentang daerah penangkapan ikan. Pengetahuan mengenai daerah penangkapan
ikan yang semakin meningkat membuat nelayan akan semakin efektif dan efisien dalam penangkapan ikan. Semakin besarnya peluang yang dilaksanakan maka
semakin cepat alih status nelayan ke arah yang lebih baik. Sementara itu, unsur ancaman meliputi adanya illegal fishing yang
semakin marak memasuki daerah wilayah penangkapan nelayan-nelayan setempat, ketidakmampuan nelayan untuk memprotes kebijakan pemerintah yang
merugikan nelayan, batas-batas penangkapan belum diterapkan, kurangnya modal dan tidak adanya kepercayaan dari penyandang dana seperti Bank. Kurangnya
pengetahuan nelayan dalam peminjaman modal ke Bank sehingga mereka melakukan peminjaman dengan rentenir dengan bunga yang besar. Apabila
ancaman tersebut dapat dikendalikan dengan peluang yang ada maka status nelayan akan lebih baik. Strategi internal berupa strategi untuk mempercepat alih
status nelayan ke arah yang lebih baik disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12 Matriks strategi internal solusi strategis untuk mempercepat alih status nelayan ke arah yang lebih baik
Faktor Internal Bobot
Rating Score
Kekuatan: Keinginan kuat nelayan untuk merubah status
Faktor penarik dan pendorong untuk mobilitas Jumlah nelayan skala kecil masih cukup
banyak Pengalaman kerja melaut yang cukup baik
0,15 0,15
0,10 0,05
4 4
4 3
0,60 0,60
0,40 0,15
Kelemahan: Alih profesi dan lokasi
Pendapatan nelayan yang minim Faktor budaya masyarakat nelayan
Rendahnya teknologi penangkapan Ketidakmampuan memprotes kebijakan
pemerintah Peraturan pemerintah yang sulit diterapkan
0,15 0,05
0,05 0,15
0,10 0,05
3 2
2 1
1 1
0,45 0,10
0,10 0,30
0,10 0,05
Total 1,00 2,85
Sumber: Hasil Olahan Data
Keinginan kuat nelayan untuk merubah status, faktor penarik dan pendorong untuk mobilitas, jumlah nelayan skala kecil masih cukup banyak dan
pengalaman kerja melaut yang cukup baik merupakan kekuatan dalam rangka perubahan status nelayan ke arah yang lebih baik. Perairan Sulawesi Utara
memiliki sumber daya perikanan yang potensial sehingga masih dapat dieksploitasi dengan baik. Sehingga apabila kekuatan yang ada pada nelayan
Provinsi Sulawesi Utara dipertahankan ataupun ditingkatkan maka status nelayan Provinsi Sulawesi Utara akan semakin baik.
Alih profesi dan lokasi, pendapatan nelayan yang minim, faktor budaya masyarakat nelayan, rendahnya teknologi penangkapan, ketidakmampuan
memprotes kebijakan pemerintah, peraturan pemerintah yang sulit diterapkan merupakan unsur kelemahan dalam rangka perubahan status nelayan ke arah yang
lebih baik. Adapun hasil identifikasi faktor internal dan eksternal IE berada pada kuadran pertama.
Kondisi peluang dan kekuatan dengan skor yang lebih tinggi sehingga rekomendasi strategi yang diberikan adalah progresif, dimana dengan kondisi
tersebut dapat mengubah status nelayan menjadi lebih baik. Strategi SO dibuat dengan memanfaatkan seluruh kekuatan dan peluang
yang tersedia di Provinsi Sulawesi Utara untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
Sedangkan strategi ST adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. Mengenai strategi WO diterapkan
berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
Strategi WT didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Matriks strategi
ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki
yang membutuhkan kebijakan untuk diimplementasikan seperti Tabel 13.
Tabel 13 Pilihan strategi untuk mempercepat alih status nelayan diProvinsi Sulawesi Utara
IFAS EFAS
Kekuatan: ¾
Keinginan kuat nelayan untuk merubah status
¾ Faktor penarik dan pendorong
untuk mobilitas ¾
Jumlah nelayan skala kecil masih cukup banyak
¾ Pengalaman kerja melaut
yang cukup baik Kelemahan:
¾ Alih profesi dan lokasi
¾ Pendapatan nelayan yang
minim ¾
Faktor budaya masyarakat nelayan
¾ Rendahnya teknologi
penangkapan ¾
Ketidakmampuan memprotes kebijakan
pemerintah ¾
Peraturan pemerintah yang sulit diterapkan
Peluang: ¾
Mengadopsi teknologi baru ¾
Potensi sumber daya ikan belum dimanfaatkan secara
optimal ¾
Dukungan pemerintah daerah untuk meningkatkan usaha
perikanan ¾
Peningkatan kualitas alat penangkapan ikan
Strategi SO ¾
Menghasilkan nelayan yang mampu mengoperasikan
teknologi modern guna mempermudah pencarian DPI
baru ¾
Membuat peraturan daerah yang memihak nelayan skala
kecil Strategi WO
¾ Pemerintah memberi
kemudahan bagi nelayan untuk memperoleh modal
¾ Pemerintah mengadakan
penyuluhan tentang kelemahan alih profesi
atau pindah wilayah penangkapan
Ancaman: ¾
Sistem bagi hasil yang merugikan nelayan skala kecil
¾ Adanya tengkulak
¾ Illegal fishing
¾ Kejenuhan dalam pekerjaan
¾ Pengrusakan habitat perairan
pada saat penangkapan ikan Strategi ST
¾ Meninjau kembali sistem bagi
hasil yang sementara berlaku saat ini
Strategi WT ¾
Memberi sanksi keras bagi oknum yang melakukan
illegal fishing demi keuntungan pribadi
Sumber: Hasil Olahan Data
5 PEMBAHASAN
5.1 Kondisi Nelayan di Provinsi Sulawesi Utara