Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa mobilitas nelayan geografiprofesi tidak berdampak banyak pada peralihan status nelayan, seperti hasil yang
ditunjukan di lokasi penelitian, mereka melakukan mobilitas sejak bertahun-tahun lalu, namun tidak banyak perubahan signifikan dalam kehidupan mereka, mereka
tetap miskin dan hidup dalam kesulitan. Maka mobilitas bukanlah alternatif satu- satunya untuk proses peningkatan kesejahteraan nelayan. Oleh sebab itu maka
perlu dicarikan solusi-solusi strategis untuk mempercepat alih status nelayan ke arah yang lebih baik. Adapun solusi-solusi strategis yang dapat direalisasikan
dijelaskan lebih terinci pada penjelasan selanjutnya.
5.6 Solusi Strategis untuk Mempercepat Alih Status Nelayan Ke arah
yang Lebih Baik
Strategi armada semut menjadi salah satu cara yang paling mungkin guna meningkatkan kesejahteraan nelayan dalam waktu cepat. Sistem pengelolaan
armada semut dilakukan secara berkelompok, dimana nantinya hasil tangkapan nelayan dikumpulkan di kapal penampung yang sudah disediakan oleh pemerintah
setelah mencukupi baru kemudian dibawa untuk dijual ke pasar. Dengan kapal yang mereka gunakan sekarang seperti perahu jukung, perahu ketinting ataupun
perahu motor tempel, hasilnya belum memadai, karena itu tak heran bila pendapatan nelayan belum mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka. Dengan
sistem armada semut pendapatan akan lebih besar dari sebelumnya karena jarak tempuh nelayan dengan kapal penangkap ikan cukup dekat dan nelayan bisa
melakukan penangkapan lebih lama dengan produksi lebih banyak pula. Sistem armada semut, membuat nelayan harus rela berkelompok, karena hasil tangkapan
menyatu di kapal penampung ikan yang beroperasi di sekitar nelayan. Agar program ini sukses, pemerintah membantu pengadaan kapal penangkap ikan dan
kapal penampung ikan. Selanjutnya, dikarenakan situasi kerja nelayan Sulawesi Utara yang
menuntut kerja keras mereka menjadi rentan sakit, untuk itu sebaiknya pemerintah memberi jaminan kesehatan gratis, berupa pemeriksaan kesehatan gratis di
puskesmas, rumah sakit swasta dan pemerintah. Jaminan kesehatan kepada nelayan, berupa obat dan perawatan rujukan rumah sakit luar daerah.
Dilihat dari kekuatan yang berupa keinginan kuat nelayan untuk merubah status, faktor penarik dan pendorong untuk mobilitas, jumlah nelayan skala kecil
masih cukup banyak, pengalaman kerja melaut yang cukup baik maka dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa Strategi SO yang cocok diantaranya:
Menghasilkan nelayan yang mampu mengoperasikan teknologi modern guna mempermudah pencarian DPI baru; Membuat peraturan daerah yang memihak
nelayan skala kecil. Pemilihan jenis dan bentuk introduksi teknologi perlu mempertimbangkan
kondisi tingkat pengangguran di wilayah yang bersangkutan karena introduksi di samping dapat memberikan dampak positif terhadap produktifitas, tetapi
terkadang memberikan dampak negatif karena penggunaan teknologi maju memberikan peluang tergesernya peran tenaga kerja manusia dalam proses
produksi tersebut. Apabila tingkat pengangguran begitu tinggi, maka alternatif teknologi tepat guna dan padat karya mungkin dapat menjadi alternatif, tetapi
apabila tingkat pengangguran tergolong rendah, maka pengenalan teknologi- teknologi yang lebih efisien dapat menjadi pertimbangan.
Dengan banyaknya nelayan yang mampu mengoperasikan teknologi tepat guna, maka sangat diharapkan adanya perubahan hasil tangkapan yaitu menjadi
lebih meningkat sehingga pendapatan pun akan meningkat. Dengan adanya peningkatan pendapatan, bisa berakhir dengan beralihnya status mereka dari
nelayan skala kecil menjadi nelayan skala besar. Peningkatan pendapatan juga dapat dilakukan dengan cara bekerja sama
dengan investor baik asing maupun lokal, dimana para investor ini memberikan bantuan berupa kapal sekaligus perizinannya yang sesuai dengan kondisi
geografis wilayah laut dimana para nelayan tersebut bermukim sehingga nelayan- nelayan ini bisa memperoleh hasil tangkapan yang lebih baik, yang berakibat
dapat membawa perubahan atas status mereka, dari nelayan kurang mampu menjadi nelayan mampu.
Hal perizinan sangatlah penting bagi nelayan skala kecil seperti yang di katakan oleh Sulistiono et al. 2009 bahwa terkait dengan kebijakan pemerintah,
kemudahan perizinan paling penting dibandingkan kebijakan lainnya karena sangat dibutuhkan terutama untuk ekspansi industri perikanan tangkap.
Yuliadi 2009 dalam jurnalnya menyatakan bahwa peranan investasi penanaman modal asing PMA sangat penting dalam pengembangan
perekonomian Indonesia pada umumnya dan di daerah pada khususnya untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan produksi barang dan jasa, mendorong
peningkatan nilai tambah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sehubungan dengan DPI sangatlah diharapkan para nelayan di Provinsi
Sulawesi Utara agar mampu menggunakan teknologi tepat guna untuk mencari DPI yang strategis dan mampu menggunakan data-data DPI tahun sebelumnya
untuk memprediksi DPI yang akan datang. Dilihat dari kelemahan yang berupa alih profesi dan lokasi, pendapatan
nelayan yang minim, faktor budaya masyarakat nelayan, rendahnya teknologi penangkapan, ketidakmampuan memprotes kebijakan pemerintah, peraturan
pemerintah yang sulit diterapkan dengan peluang yang meliputi mengadopsi teknologi baru potensi sumber daya ikan belum dimanfaatkan secara optimal,
dukungan pemerintah daerah untuk meningkatkan usaha perikanan, peningkatan kualitas alat penangkapan ikan maka dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa
strategi WO yang cocok diantaranya; pemerintah memberi kemudahan bagi nelayan untuk memperoleh modal, pemerintah mengadakan penyuluhan tentang
kelemahan alih profesi atau pindah wilayah penangkapan. Penyuluh yang melakukan penyuluhan haruslah penyuluh yang
bertanggung jawab. Penyuluh yang bertanggung jawab dimaksudkan adalah penyuluh yang benar-benar bertanggung jawab pada tugasnya untuk membantu
nelayan dan keluarganya dalam meningkatkan kualitas hidup mereka dan bukan penyuluh yang hanya mementingkan diri sendiri yang semata-mata menjalankan
tugas karena perintah dan semata-mata hanya tujuan finansial. Teknologi yang diadopsi dari luar adalah teknologi yang tepat guna bagi
nelayan, bukan teknologi yang justru merugikan nelayan. Teknologi ini sangat diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi nelayan sehingga pendapatan
mereka pun akan meningkat yang pada akhirnya akan merubah status mereka menjadi nelayan yang lebih mampu.
Dilihat dari kekuatan yang berupa keinginan kuat nelayan untuk merubah status, faktor penarik dan pendorong untuk mobilitas, jumlah nelayan skala kecil
masih cukup banyak, pengalaman kerja melaut yang cukup baik, dengan ancaman yang berupa sistem bagi hasil yang merugikan nelayan skala kecil,
adanya tengkulak, illegal fishing, kejenuhan dalam pekerjaan, pengrusakan habitat perairan pada saat penangkapan ikan maka dapatlah diambil suatu kesimpulan
bahwa strategi ST yang cocok adalah meninjau kembali sistem bagi hasil yang sementara berlaku saat ini.
Sumber daya manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam mempercepat proses pembangunan termasuk pembangunan perikanan tangkap.
Teknologi, modal dan potensi sumber daya ikan merupakan faktor produksi yang pada dasarnya bersifat pasif. Manusia mampu menciptakan dan menggunakan
teknologi hingga produktifitas meningkat, oleh karena itu pengembangan sumber daya manusia seharusnya mendapat prioritas dalam pembangunan perikanan
tangkap. Pengembangan sumber daya manusia perikanan dapat diempuh dengan cara informal seperti: penyuluhan, pendidikan dan latihan, magang, studi banding,
serta dengan cara formal melalui pendidikan reguler di sekolah-sekolah perikanan. Suryani 2004 dalam jurnalnya menyatakan bahwa berdasarkan hasil
pengujian statistik dengan menggunakan regresi linear berganda, ada tiga faktor yang signifikan mempengaruhi tingkat pendidikan formal anak pada keluarga
nelayan yaitu umur kepala keluarga, tingkat pendidikan kepala keluarga dan jarak tempat tinggal dengan sarana pendidikan Selain faktor-faktor tersebut. faktor lain
turut mempengaruhi tingkat pendidikan formal anak pada keluarga nelayan dan yang menjadi faktor utama adalah bersumber dari ketersediaan informasi tentang
pendidikan relatif masih rendah. Kenyataan bahwa anak-anak nelayan akan meninggalkan bangku sekolah
dan mengikuti ayahnya melaut pada saat menjelang usia remaja, maka perlu dibuat suatu kerangka pendidikan non formal bagi para nelayan pemula ini agar
mereka dapat menjadi nelayan dengan kualitas hidup yang lebih baik dari orangtuanya, sekaligus memahami perlunya menjaga kelestarian lingkungan.
Khusus bagi remaja perempuan mungkin perlu diberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan ketrampilan informal seperti ketrampilan menjahit,
ditambah pengetahuan mengenai kewirausahaan, kesehatan dan pengetahuan mengenai lingkungan, dengan demikian selain dapat mandiri dalam mencari
nafkah, para remaja putri ini diharapkan dapat turut serta berpartisipasi dalam menjaga kelestarian lingkungan. Secara tidak langsung, kelak para remaja putri ini
dapat menanamkan kebiasaan hidup sehat dan memelihara kebersihan lingkungan dalam lingkungan keluarga, khususnya anak-anak mereka.
Pendidikan yang dirasa cocok dengan kehidupan nelayan yang sangat dinamis adalah pendidikan informal, atau bisa dibilang sekolah lapangan. Maka
demikian maka penyelenggaraan pendidikan akan lebih fleksibel karena tidak terikat oleh waktu, jadwal dan bisa dilaksanakan dimana saja. Materi yang
disampaikan dalam sekolah lapangan sama dengan yang diberikan pada sekolah formal biasa namun dalam kemasan yang lebih menarik sehingga siswapun
menjadi betah. Mengenai hal ujian nasionalpun juga sama, siswa dari sekolah lapangan ini berhak untuk mengikuti uajian akhir nasional UAN dan
mendapatkan Ijazah. Pendidikan lapangan ini tidak hanya ditujkan kepada anak- anak saja tetapi juga ditujukan kedapa masyarakat nelayan secara luas. Misalnya
dengan pendidikan menjahit, mengolah hasil laut, memasarkan hasil laut lewat internet dan lain-lain sehingga ketika tidak melaut akan tetap ada penghasilan
yang didapat dari kegiatan tersebut. Berangkat dari situlah mulai ditanamkan nilai-nilai tentang pentingnya pendidikan. Sehingga di kemudian hari tidak ada
lagi kalangan nelayan miskin atau kumpulan masyarakat yang menganggap pendidikan tidak penting.
Penempatan aparat netral sangat berpengaruh pada kehidupan nelayan karena selama ini nelayan diperlakukan sangat tidak adil, sebagai contoh banyak
nelayan di Provinsi Sulawesi Utara yang justru mendapat kerugian yang diakibatkan oleh sanksi yang diberikan oleh aparat yang bersangkutan, padahal
mereka belum mendapat hasil tangkapan sama sekali, adapula sanksi berupa pembayaran sejumlah uang yang harus juga ditanggung oleh nelayan yang
berprofesi sebagai ABK yang diterapkan melalui sistem bagi hasil. Semua ini berakibat rendahnya pendapatan nelayan sehingga tidak dapat merubah status
mereka. Modal merupakan masalah yang paling riskan bagi para nelayan, karena
mereka tidak bisa memperoleh modal tanpa agunan atau apakah bisa mereka memperoleh modal dengan laut sebagai jaminannya? Maka dari itu memudahkan
proses pemberian modal bagi nelayan akan meningkatkan produksi hasil tangkapan, membeli alat baru yang lebih up to date dan lain sebagainya. Semua
ini akan mengakibatkan peningkatan pendapaan dan peningkatan status. Dilihat dari kelemahan yang berupa alih profesi dan lokasi, pendapatan
nelayan yang minim, faktor budaya masyarakat nelayan, rendahnya teknologi penangkapan, ketidakmampuan memprotes kebijakan pemerintah, peraturan
pemerintah yang sulit diterapkan dengan ancaman: sistem bagi hasil yang merugikan nelayan skala kecil, adanya tengkulak, illegal fishing, kejenuhan dalam
pekerjaan, pengrusakan habitat perairan pada saat penangkapan ikan, maka dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa strategi WT yang cocok adalah
memberi sanksi keras bagi oknum yang melakukan illegal fishing demi
keuntungan pribadi.
Pemberian sanksi yang keras terhadap oknum ”nakal” bisa memberikan hasil yang positif bagi nelayan, dalam arti sekurang-kurangnya hak nelayan untuk
memperoleh kehidupan yang lebih baik dapat terwujud, karena tidak akan ada lagi pungutan-pungutan diluar kemampuan nelayan untuk membayarnya. Dengan
demikian pendapatan mereka bisa digunakan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan dia dan keluarganya atau bahkan dapat menaikan status nelayan itu
sendiri menjadi lebih baik.
5.7 Tindakan Konkrit untuk Mempercepat Alih Status Nelayan ke Arah