94 Buku Guru Kelas XI SMASMK
menimbulkan banyak korban. Dalam konteks komunitas juga ketidakadilan dan sikap pilih kasih banyak menimbulkan sikap iri hati dan konlik yang sulit
didamaikan.
Dalam konteks keluarga sering sikap yang egois, mau menang sendiri, tidak bertanggung jawab dan kurangnya kasih menyebabkan timbulnya perselisihan
dan konlik antara suami-isteri, ataupun orang tua dengan anaknya yang berujung pada perceraian dan timbulnya kekerasan dalam keluarga. Dalam keluarga
juga sering kita jumpai adanya relasi yang tidak harmonis, saling membenci, dan tidak mau bertolong-tolongan. Sebetulnya dalam skala kecil konlik juga
dapat menimbulkan dampak positif. Misalnya karena konlik kita menjadi lebih memahami orang lain, berusaha mengelola konlik yang ada, menjadi
lebih jelas terhadap permasalahan yang sedang dihadapi. Namun konlik yang berkepanjangan dan dalam skala yang berat, konlik bisa menimbulkan dampak
yang destruktif atau menghancurkan, karena tidak pernah diupayakan adanya usaha perdamaian.
B. Uraian Materi
1. Kebutuhan Terhadap Keadilan dan Perdamaian
Dalam bahasa Yunani bahasa asli Alkitab Perjanjian Baru, istilah yang dipakai untuk keadilan adalah dikaiosune Newman, 2002:4. Istilah ini meliputi beberapa
arti, yakni adil, tulus, benar, dan tidak salah. Sementara, dalam bahasa Ibrani bahasa asli Alkitab Perjanjian Lama, istilah yang dipakai adalah misypat yang
berarti hukum atau keputusan dan tsedaqa yang berarti kebenaran Beaker dan Sitompul, 1997:40, 51. Secara hakiki, adil pada diri sendiri adalah sesuatu yang
harus dipenuhi sebagai kewajiban yang telah menjadi haknya dalam hubungannya dengan hidup. Itu berarti, adil adalah: sesuai dengan haknya, tidak lebih dan
tidak kurang. Keadilan harus dihubungkan dengan kemanusiaan, yakni wajib memenuhi kepentingan sendiri sekaligus kepentingan orang lain sebagai sesama.
Oleh sebab itu, keadilan harus selalu memerhatikan kepentingan dari dua pihak yang berlainan, tidak hanya satu pihak. Apabila keadilan hanya memerhatikan
kepentingan sepihak, kehidupan bersama dapat dipastikan tidak akan damai, bahkan semakin rapuh. Keadilan sesungguhnya mempunyai perspektif mengatur
dan menertibkan kehidupan seseorang 2 Sam. 15:4; Maz. 82:3. Dalam keadilan termaktub kewajiban untuk peduli bagi kepentingan pihak lain secara individual
ataupun kolektif Hak. 5:11, agar komunitas menjadi damai.
Keadilan yang dihubungkan dengan keluarga memiliki potensi pengembangan yang sangat besar. Karena di dalam keluarga seseorang menjadi apa yang telah
diajarkan dan dibentuk dalam keluarganya. Jika seseorang diajarkan tentang keadilan dalam keluarga, maka orang tersebut akan membawa pribadi adil ke
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 95
luar di masyarakat. Sikap atau tindakan yang dianggap adil adalah penyerahan diri secara total kepada Tuhan Allah. Dalam hal ini, keadilan selalu berimplikasi
pada beberapa prinsip, yakni: kesejahteraan, kecukupan, kesetaraan, personalitas dan persaudaraan. Untuk melaksanakan prinsip-prinsip tersebut, keadilan juga
memerlukan kasih. Seringkali keadilan berkaitan erat, bahkan dapat menjadi realita sebab-akibat terhadap timbulnya perdamaian. Bila dalam persekutuan
terdapat ketidakadilan, maka akibatnya seringkali sulit diadakan perdamaian.
2. Meneladani Tuhan Yesus
Apakah kita sudah menjadi pembawa damai, sahabat bagi dunia, memiliki sikap kehidupan sebagai orang Kristen, yang identik dengan kasih dan damai?
Tentu seharusnya demikian kehidupan kita sebagai orang Kristen. Sebelum kita berdamai dengan keluarga dan lingkungan, seharusnya lebih
dulu kita harus berdamai dengan Tuhan dan kehendaknya. Inilah dasar utama kehidupan Kristiani. Usahakan dan upayakanlah pola hidup anda adil dan damai
dengan meneladani keadilan dan perdamaian Tuhan. Bagaimana caranya? Dengan cara membuat pola hidup berkomunikasi dengan Tuhan setiap hari
melalui pembacaan irman dan doa.
Dalam kitab Nabi Mikha 5:4 dikatakan bahwa “Dia menjadi damai sejahtera”. Pada umumnya para penafsir mengungkapkan bahwa ayat itu menunjuk kepada
Tuhan Yesus Kristus sebagai “Raja Damai”. Dia adalah damai sejahtera itu sendiri, yang menjadi pedoman kehidupan kita. Kehadiran Kristus dalam kelahiran dan
kematian dan kebangkitannya adalah cara Allah yang merendahkan diri dan menjadi manusia untuk berdamai dengan kita manusia yang berdosa. Kristus
adalah Allah Sang Kasih yang mendamaikan kita dengan Allah, serta menjadi contoh perdamaian antara kita dan sesama, bahkan dengan lingkungan.
Salah satu contoh tentang perdamaian yang dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus adalah percakapan Tuhan Yesus dengan seorang perempuan Samaria, di
sumur Yakub Yoh. 4:9-18. Pada ayat tersebut kita menemukan bagaimana Tuhan Yesus, sebagai seorang Yahudi, sedang menjadi “jembatan” pendamai dengan
orang Samaria, di mana sebelumnya kedua bangsa ini, bermusuhan dan tidak berkomunikasi satu dengan yang lainnya.
Sebenarnya, apa yang diperlihatkan Tuhan Yesus dalam kisah di atas, merupakan sebuah teladan yang harus dilakukan dalam kehidupan orang Kristen.
Terutama kaum remaja yang sering sensitif, gampang tersinggung, dan mudah terlibat konlik. Tuhan Yesus memberikan teladan bahwa sebagai orang Kristen
harus menjadi pembawa damai bagi dunia. Salah satu tes yang bisa kita lakukan misalnya adalah ketika kita hadir di suatu tempat. Pada saat kita hadir, apakah