Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 85
Penjelasan Bab VI
Tanggung Jawabku Terhadap Keluarga
Bahan Alkitab: Lukas 2:41-52, Keluaran 20:12, Kejadian 4:1-16
Kompetensi Dasar:
1.2 Menghayati nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan keluarga dan pernikahan. 2.2 Mewujudkan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan keluarga dan pernikahan.
3.2 Menganalisis pentingnya nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan keluarga dan
pernikahan. 4.2 Membuat karya yang berkaitan dengan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan
keluarga dan pernikahan.
Indikator:
• Memaknai arti kehadiran anak dalam keluarga. • Menjelaskan peran orang tua dalam kehidupan keluarga.
• Menghayati tanggung jawab anak kepada orang tua melalui artikel yang
dibaca. • Membuat komitmen untuk menghargai orang tua.
A. Pengantar
Dalam pelajaran-pelajaran sebelumnya sudah membahas peran keluarga, sekolah, dan gereja dalam proses pembentukan dan pertumbuhan anak. Lembaga
dalam masyarakat ini memberikan pengaruh dan dorongan yang positif dalam kehidupan remaja sesuai dengan nilai kristiani dan juga norma-norma sosial yang
berlaku dalam masyarakat. Pelajaran ini akan membahas mengenai tanggung jawab dari anak terhadap keluarga sebagai bentuk ungkapan syukur kepada
Tuhan.
86 Buku Guru Kelas XI SMASMK
B. Uraian Materi
1. Anak dalam Keluarga
Dalam pernikahan, anak merupakan tanda utama dari cinta kasih yang saling berbalas dari suami-istri. Anak merupakan anugerah utama bagi keluarga Kristen.
Hal ini merupakan penyempurnaan dari Trinitas Segitiga Cinta yang ada dalam lingkaran keluarga yang intim. Trinitas segitiga cinta adalah adanya kaitan erat
tiga elemen dalam keluarga yang diikat karena cinta kasih, yaitu bapak, ibu, dan anak. Anak-anak akan dirawat dan dipenuhi kebutuhannya agar dapat tumbuh
dan berkembang menjadi anak yang dewasa dalam iman kepada Tuhan.
Orang tua melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai ayah dan ibu sejak dalam kandungan sampai anaknya menikah. Hal ini membutuhkan kesabaran,
kerja keras dan rasa tanggung jawab yang besar, karena kompleksitas kebutuhan anak yang harus dipenuhi. Tanggung jawab dalam keluarga tidak hanya berasal
dari orang tua kepada anak-anak, namun juga harus ada hubungan timbal balik tanggung jawab anak kepada orang tua yang harus dilakukan dengan penuh
cinta kasih.
Sumber: Dokumen Kemdikbud
Gambar: 5.1 Diagram keluarga
Meskipun demikian, jangan menganggap suami-istri Kristen yang tidak memiliki anak adalah orang yang berdosa dan tidak diberkati. Ingatlah, Tuhan
Yesus dan rasul Paulus juga tidak menikah atau berkeluarga. Tetapi hidup mereka justru diberikan untuk kemuliaan Tuhan dan melayani sesama. Hidup tanpa
pasangan dan tidak mempunyai anak secara kristiani bisa menjadi hidup yang indah, keberkatan, dan berguna bagi sesama.
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 87
2. Tanggung Jawab Anak
Sikap hormat kepada orang tua merupakan salah satu tugas moral yang harus dilakukan oleh anak sepanjang hidupnya. Sejak masa Perjanjian Lama sampai
Perjanjian Baru, sikap ini ditekankan dalam Alkitab sebagai perintah yang harus dilakukan. Hubungan orang tua dan anak yang paling ideal dapat kita lihat pelajari
dari kehidupan keluarga Tuhan Yesus Luk. 2:41-52.
Yang terjadi dalam kehidupan sekarang adalah banyak anak yang membangkang kepada orang tua, karena anak menganggap sikap orang tua
yang ketinggalan zaman, tidak banyak tahu apa-apa. Biasanya cuma melarang, menyuruh, menasihati sehingga banyak anak yang cenderung menjauhkan diri,
seolah-olah membuat tembok pemisah antara mereka. Anak merasa ingin bebas, ingin mempunyai pandangan sendiri, sehingga kurang senang pada otoritas
atau kekuasaan orang tua yang mengatur. Keinginan untuk bebas ini dapat menimbulkan kejengkelan dan salah paham apabila antara orang tua dan anak
tidak bisa memahami jalan pikiran masing-masing. Memang masa yang paling sulit seringkali adalah masa remaja. Di satu sisi, remaja mengalami perkembangan
yang seringkali tidak bersesuaian dengan pendapat dan harapan orang tua dan lingkungan. Oleh karena itu, rupanya perlu ada pemahaman tentang
perkembangan masa remaja sehingga dapat menghindari konlik yang seharusnya tidak terjadi. Terdapat empat aspek yang perlu dipahami, yaitu: perkembangan
kognitif, moral-etika, ego, dan iman. a. Perkembangan kognitif
Pada usia ini remaja memasuki tahapan kematangan intelek. Remaja mampu berpikir jauh melebihi dunia nyata dan keyakinan sendiri, yaitu memasuki
dunia ide-ide. Remaja bisa memecahkan masalah secara sistematis, tidak hanya meniru orang lain. Remaja bisa berpikir relektif, mengevaluasi pemikiran,
melakukan imajinasi ideal, dan berpikir abstrak.
b. Perkembangan moral-etika
Pada usia ini, penekanannya adalah siapa yang memegang kekuasaan, mereka perlu dihormati. Remaja mulai senang menegakkan hukum dan disiplin,
gemar memperhatikan kewajiban yang harus dilakukan dan memperhatikan tata kehidupan sosial serta kepentingan keamanan diri. Remaja menghormati
orang yang memelihara aturan masyarakat.
c. Perkembangan ego
Remaja berada dalam situasi di mana di satu sisi ingin memiliki identitas pribadi, namun di sisi lain ingin menyisikan rasa kekaburan identitas. Remaja mulai
belajar memberikan loyalitas terhadap suatu kelompok yang menjadi bagian identitas kelompok teman, ideologi, dan kekristenan yang dianut. Adakalanya