4 Buku Guru Kelas XI SMASMK
Prinsip kedua adalah leksibilitas. Kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur
atau leksibel. Kurikulum mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang, di sini dan di tempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang
dan kemampuan yang berbeda. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan
terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah waktu maupun kemampuan, dan latar belakang anak.
Prinsip ketiga adalah kesinambungan. Perkembangan dan proses belajar anak
berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya
berkesinambungan antara satu tingkat kelas dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, juga antara jenjang pendidikan
dengan pekerjaan. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan bersama-sama, dan selalu diperlukan komunikasi dan kerja sama antara para pengembang kurikulum
SD dengan SMP, SMASMK, dan Perguruan Tinggi.
Prinsip keempat adalah praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat
sederhana dan biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut prinsip eisiensi. Betapapun bagus dan idealnya suatu kurikulum, kalau penggunaannya menuntut
keahlian-keahlian dan peralatan yang sangat khusus dan mahal pula biayanya, maka kurikulum tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum
dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia. Kurikulum bukan hanya harus
ideal tetapi juga praktis.
Prinsip kelima adalah efektivitas. Walaupun kurikulum tersebut harus
sederhana dan murah tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum yang dimaksud baik secara kuantitas
maupun kualitas. Pengembangan suatu kurikulum tidak dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan. Perencanaan di bidang
pendidikan juga merupakan bagian yang dijabarkan dari kebijakan-kebijakan pemerintah di bidang pendidikan. Keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi
keberhasilan pendidikan. Kurikulum pada dasarnya berintikan empat aspek utama, yaitu: tujuan-tujuan pendidikan, isi pendidikan, pengalaman belajar, dan
penilaian. Interelasi antara keempat aspek tersebut serta antara aspek-aspek tersebut dengan kebijaksanaan pendidikan perlu selalu mendapat perhatian
dalam pengembangan kurikulum.
B. Kompetensi Inti
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi standar kompetensi lulusan SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh mereka
yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 5
jenjang pendidikan tertentu. Gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan afektif,
kognitif, dan psikomotorik yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan
kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.
Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi organising element kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan
pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten Kom-
petensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelasjenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar, yaitu terjadi suatu akumulasi yang
berkesinambungan antara konten yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata
pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses
saling memperkuat.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu berkenaan dengan sikap spiritual kompetensi inti 1, sikap sosial kompetensi inti
2, pengetahuan kompetensi inti 3, dan penerapan pengetahuan keterampilan kompetensi inti 4. Keempat kelompok itu menjadi acuan bagi Kompetensi Dasar
dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan sosial dikembangkan
secara tidak langsung indirect teaching, yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang pengetahuan kompetensi inti kelompok 3 dan penerapan pengetahuan
kompetensi Inti kelompok 4.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Pusat Kurikulum dan Perbukuan, sejak tahun 2011 telah mengadakan penataan ulang kurikulum
seluruh mata pelajaran berdasarkan masukan dari masyarakat, pakar pendidikan dan kurikulum, serta guru-guru. Ketika penataan sedang berlangsung, arah
penataan berubah menjadi “pembaruan” total terhadap seluruh kurikulum mata pelajaran. Pemerintah menginginkan supaya ada keterpaduan antara satu mata
pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, dengan demikian membentuk wawasan dan sikap keilmuan dalam diri peserta didik. Melalui proses tersebut, diharapkan
peserta didik tidak memahami ilmu secara fragmentaris dan terpilah-pilah namun dalam satu kesatuan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dalam struktur kurikulum baru tidak ada rumusan Standar kelulusan kelas dan Standar Kompetensi tetapi diganti
dengan Kompetensi Inti, yaitu rumusan kompetensi yang menjadi rujukan dan acuan bagi seluruh mata pelajaran pada tiap jenjang dan tiap kelas. Jadi,
penyusunan Kompetensi Dasar mengacu pada rumusan Kompetensi Inti yang ada pada tiap jenjang dan kelas. Kompetensi inti merupakan pengikat seluruh