Karakter Bangsa yang Mendukung Karakter Kristen

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 73 melakukan hal-hal yang sukar. Dia tidak memperhitungkan adanya musibah yang akan datang. Pada saat datang hujan dan banjir, rumah itupun akan roboh karena fondasinya tidak kokoh. Orang ini adalah orang yang berseru kepada Tuhan Yesus, mendengar perkataan Tuhan Yesus tapi tidak melakukannya. Orang yang datang kepada Tuhan Yesus tetapi tidak mau mendengarkan perkataan-Nya, apalagi melakukannya, akan menghasilkan kehidupan yang lemah, tidak siap jika tiba-tiba datang persoalan berat, dan tidak mampu mengatasinya. Hasilnya adalah kehancuran.

D. Kegiatan Pembelajaran

Pengantar Dalam pengantar, peserta didik harus mampu menanggapi secara kritis masalah keluarga yang marak terjadi, yakni kasus perceraian. Dengan tanggapan tersebut, diharapkan dapat memahami realita yang terjadi dalam kehidupan sosial, sehingga sejak dini peserta didik dapat mempersiapkan diri secara utuh sebelum mengambil keputusan untuk berumah tangga pada masa yang akan datang. Kegiatan 1: Menanggapi Berita Peserta didik diminta untuk membaca artikel selanjutnya menjawab pertanyaan tentang perceraian. Kegiatan 2: Belajar dari Alkitab Peserta didik diharapkan dapat mengidentiikasi dua macam dasar dalam pembacaan Alkitab, serta dapat memberikan tanggapan atas pertanyaan yang diajukan. Kegiatan 3: Releksi Releksi ini dilakukan oleh peserta didik untuk menilai dan mengetahui sejauh mana kehidupan keluarga menjadikan Kristus sebagai dasar atau fondasi keluarganya, serta sikap apa yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk mendukung dan mendorong keluarganya agar tetap bertumpu kepada Kristus. Kegiatan 4: Penilaian Diri Dalam kegiatan ini peserta didik harus mengidentiikasikan kekuatan dan kelemahan dalam dirinya sendiri. Setelah itu, ajaklah peserta didik untuk mengubah kelemahan yang ada pada dirinya sehingga dapat membawa manfaat yang lebih baik dalam kehidupannya, baik dalam keluarga, sekolah, gereja maupun masyarakat. 74 Buku Guru Kelas XI SMASMK Kegiatan 5: Penugasan Dalam kegiatan ini peserta didik diharapkan dapat menerapkan hal-hal yang dipelajari mengenai kebiasaan berdoa bersama keluarga maupun secara individu sehingga dapat membentuk kepribadiannya menjadi lebih baik. Kegiatan 6: Tugas Mandiri Kegiatan ini menuntut peserta didik untuk dapat menemukan masalah-masalah yang terjadi di keluarga peserta didik berkaitan dengan aspek-aspek karakter bangsa.

E. Penilaian

Penilaian terhadap peserta didik dilakukan selama proses pembelajaran, melalui beberapa kegiatan penugasan serta melalui tercapainya semua indikator kompetensi.

F. Penutup

y y Rangkuman y y Ayat Emas yang harus dihafalkan. Sebagai bentuk evaluasi, peserta didik diminta untuk menghafalkannya pada pertemuan yang akan datang. y y Bernyanyi dan berdoa yang dipimpin oleh peserta didik untuk mengakhiri kelas. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 75 Penjelasan Bab V Pernikahan dalam Perspektif Kristiani Bahan Alkitab: Kejadian. 2:24, Yohanes. 15:9-17, Efesus. 5:22-33 Kompetensi Dasar: 1.2 Menghayati nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan keluarga dan pernikahan. 2.2 Mewujudkan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan keluarga dan pernikahan. 3.2 Menganalis pentingnya nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan keluarga dan pernikahan. 4.2 Membuat karya yang berkaitan dengan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan keluarga dan pernikahan. Indikator: • Mengidentiikasi permasalahan pernikahan. • Mengidentiikasi kekhasan pernikahan Kristen. • Mengungkapkan pentingnya mempersiapkan pernikahan Kristen. • Mendemonstrasikan pentingnya komunikasi dalam pernikahan. • Pernikahan menuju pada realisasi “Gereja Domestik”.

A. Pengantar

Tidak dapat dipungkiri, pesatnya perkembangan sosial dan perubahan nilai- nilai di sekitar kita, dapat mempengaruhi kehidupan pernikahan dan keluarga. Memang ada beberapa perubahan yang positif, misalnya: kesadaran akan hak-hak asasi manusia, martabat manusia, kesadaran etis, kesadaran terhadap ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender, dan lain-lain. Tetapi dalam kenyataan juga kita jumpai adanya nilai-nilai yang merendahkan martabat hidup perkawinan, misalnya: maraknya hubungan seksual sebelum pernikahan, perselingkuhan, poligami, perceraian, dan kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga