Pendidikan Agama Pada Pembelajaran

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 15 maupun masyarakat. Dengan demikian, pendekatan pembelajaran PAK bersifat student centered berpusat pada peserta didik, yang memanusiakan manusia, demokratis, menghargai peserta didik sebagai subyek dalam pembelajaran, menghargai keanekaragaman peserta didik, dan memberi tempat bagi peranan Roh Kudus. Dalam proses seperti ini, maka kebutuhan peserta didik merupakan kebutuhan utama yang harus terakomodir dalam proses pembelajaran. Proses Pembelajaran PAK adalah proses di mana peserta didik mengalami pembelajaran melalui aktivitas-aktivitas kreatif yang difasilitasi oleh Guru. Penjabaran kompetensi dalam pembelajaran PAK dirancang sedemikian rupa sehingga proses dan hasil pembelajaran memiliki bentuk-bentuk karya, unjuk kerja, dan perilakusikap yang merupakan bentuk-bentuk kegiatan belajar yang dapat diukur melalui penilaian assessment sesuai kriteria pencapaian. Pembelajaran PAK di buku guru Urutan pembahasan di buku guru dimulai dengan pengantar di mana pada bagian pengantar peserta didik diarahkan untuk masuk ke dalam materi pembahasan, kemudian uraian materi, penjelasan bahan Alkitab, kegiatan pembelajaran, dan penilaian atau assessment.

1. Pengantar

Pengantar merupakan pintu masuk bagi uraian pembelajaran secara lengkap, bagian pengantar bisa berupa naratif tapi juga aktivitas yang dipadukan dengan materi.

2. Uraian Materi

Penjelasan bahan pelajaran secara utuh yang disampaikan oleh Guru. Materi yang ada dalam buku Guru lebih lengkap dibandingkan dengan yang ada dalam buku peserta didik. Guru perlu mengetahui lebih banyak mengenai materi yang dibahas sehingga dapat memilih mana materi yang paling penting untuk diberikan pada peserta didik. Guru harus teliti menggabungkan materi yang ada dalam buku peserta didik dengan yang ada dalam buku guru. Hendaknya diingat bahwa yang menjadi target capaian adalah Kompetensi dan bukan materi, jadi guru tidak perlu menjejali peserta didik dengan materi ajar yang terlalu banyak. Jika dilihat model yang ada dalam buku peserta didik, maka nampak jelas proses pembelajaran dan penilaian berlangsung secara bersama-sama. Hal ini menguntungkan guru karena guru tidak harus menunggu selesai proses pembelajaran baru diadakan penilaian, tetapi dalam setiap langkah kegiatan ada penalaran materi dan ada juga penilaian. Sejak bertahun-tahun kita terjebak dalam bentuk penilaian kognitif yang tidak menguntungkan peserta didik terutama melalui model ujian pilihan ganda dan model evaluasi yang kurang membantu peserta didik mencapai transformasi atau