clxxxvii
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan Deskripsi dan temuan yang telah diuraikan di atas, maka akan dikemukakan pembahasan yang meliputi pandangan dunia pengarang, struktur
teks, stuktur sosial, dan nilai-nilai pendidikan dalam novel
Pasar, Mantra Pejinak Ular,
dan
Wasripin dan Satinah
karya Kuntowijoyo.
1. Religius Profetik sebagai Pandangan Dunia Kuntowijoyo
Gagasan Kuntowijoyo yang paling terkenal adalah pemikirannya tentang
ilmu sosial profetik. Menurut keyakinan Kuntowijoyo diperlukan upaya mengembalikan kesadaran manusia. Sebuah gerakan kebudayaan yang mengolah
dimensi kedalaman manusia trasendensi, pendidikan moral, pengembangan estetika dalam jangka panjang diyakini akan dapat memulihkan kembali
kesadaran itu. Inilah inti pemikiran yang menjadi pemahaman dari kerangka pemikiran Kuntowijoyo di atas.
Etika profetik memang sangat penting. Apalagi di tengah perkembangan sosial budaya yang begitu mengedepankan aspek material. Bukanlah dalam
konstelasi semacam itu manusia perlu pegangan dalam kehidupannya. Konteks inilah yang memberi signifikasi kehadiran etika profetik. Ilmu sosial profetik yang
ditawarkan Kuntowijoyo merupakan alternative terhadap kondisi status quo teori- teori sosial positivis yang kuat pengaruhnya di kalangan intelektual dan akademisi
di Indonesia. Ilmu sosial profetik tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial. Tetapi juga memberikan interpretasi, mengarahkan, serta
membawa perubahan bagi pencapaian nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat berupa emansipasi atau humanisasi, liberasi, dan transendensi.
clxxxviii Oleh karena itu etika profetik menjiwai seorang intelektual berpegang
pada nilai-nilai yang universal mencakup: keadilan, kemanusiaan, dan kebenaran. Itulah gagasan Kuntowijoyo yang memperkenalkan pemikirannya tentang ilmu
sosial profetik. Menurut keyakinan Kuntowijoyo, krisis ilmu sosial sekarang ini tidak bisa diatasi hanya dengan penolakan-penolakan tetapi dengan mengubah
komitmennya, yaitu pada masyarakat yang konkret, dan kaidahnya, yaitu profetisme. Perhatian utama yang dibangun adalah emansipasi masyarakat, yang
konkret dan histories, dengan mengaitkannya dengan problem-problem actual yang dihadapi umat. Problem sekarang ini bagaimana mengantarkan masyarakat
dalam transformasi menuju masyarakat rasional, dan budaya yang manusiawi dengan mengikatkan hubungan kemanusiaan dalam nilai-nilai spiritual.
Konsepsi pemikiran holistik tidak bisa dipisahkan dari kepribadian Kuntowijoyo, termasuk di dalamnya ketika ia menawarkan paradigma
kecendekiaan baru yang ditajukinya sebagai ilmu sosial profetik. Baginya, paradigma tersebut tidaklah cukup jika sekedar diposisikan sebagai sebuah
kerangka teoritik dan metodologis demi penjelasan dan pengubahan fenomena sosial yang ada. Upaya interpretasi, refleksi, dan aksi harus selalu ada, dan
bersifat konkomitan. Muara akhirnya, untuk mengarahkan, mendorong, mengubah, dan merekontruksi berbagai kenyataan sosial sesuai dengan nilai-nilai
keagamaan. Sosok keteladanan itu, kita juga diwariskan dengan sejumlah karya
Kuntowijoyo yang penuh inspirasi, yang tampaknya lahir dari kontemplasi dan renungannya yang mendalam akan problem kebudayaan yang tidak hanya
clxxxix dihadapi oleh bangsanya, tetapi juga oleh umat manusia. Sebagai penulis,
Kuntowijoyo bisa dibilang komunikator yang jenius dan istimewa. Ini terlihat dari kepiawaiannya meracik buah pikirannya dalam bentuk puisi, drama, novel, dan
cerita pendek yang memungkinkannya gagasannya mencapai khalayak yang lebih luas dan digemari.
Di samping sebagai sejarawan, Kuntowijoyo juga seorang aktivis Muhammadiyah. Dia sangat lekat dengan Muhammadiyah bahkan sampai pernah
menjadi anggota PP Muhammadiyah. Latar belakang keterlibatannya sebagai aktivis di organisasi Islam Muhammadiyah mempengaruhinya untuk berpikir
secara rasional dan menentang cara berpikir irasional. Kuntowijoyo mengingatkan perlunya demitologisasi alam pikiran kita dalam memandang sejarah dan realitas
masa lalu dan realitas kontemporer. Menurut Kuntowijoyo, mitos merupakan bentuk pikiran yang irasional. Masyarakat yang hidup dalam mitos tak akan bisa
menangani permasalahan realitas. Akar permasalahannya terletak dalam cara berpikir sebagai bangsa.
Kuntowijoyo merupakan sosok yang menentang mitos kesyirikan berupa sesaji, kepercayaan terhadap binatang, menyepi di kuburan, dan yang lainnya
karena memang hal tersebut bertentangan dengan keyakinan agamanya. Meski begitu Kuntowijoyo mengambil sikap moderat dengan tidak secara konfrontatif
melakukan penentangan, tetapi melalui pemberian pemahaman ilmu yang arif dan bijak. Kuntowijoyo memaparkan keyakinan terhadap mitos sebagai suatu yang
tidak benar, tetapi ia juga melihat bahwa hal tersebut sebagai realitas yang menjadi fenomena yang hidup di masyarakat.
cxc Dalam novel
Mantra Pejinak Ular MPU,
Kuntowijoyo menggunakan tokoh utama Abu Kasan Sapari untuk menyampaikan pandangannya tentang
kekeliruan masyarakat dalam menyelesaikan masalah dengan mitos. Sedangkan dalam novel
Wasripin dan Satinah WS
, Kuntowijoyo menggunakan tokoh saudara orangtua Satinah agar tidak menyepi di kuburan untuk sekadar mengganti
nama. Mereka mengusulkan mengadakan kenduri di rumah dan mengundang para santri untuk mengaji.
Dengan begitu masyarakat diajak untuk berpikir lebih maju dan rasional. Kuntowijoyo menyodorkan sebuah sikap yang solutif dengan dasar keyakinannya,
seperti melalui peran tokoh Abu dan Wasripin dalam mengganti keyakinan mitos dengan nilai budaya yang lebih luhur. Selamatan leluhur dialihkan menjadi
ceramah keagamaan dan ruwat bumi dilakukan tanpa menggunakan sesajian. Intelektualitas muslimnya membawa Kuntowijoyo menggunakan dasar-
dasar wahyu sebagai landasan bertindak dan berpikir bijak untuk meluruskan perilaku masyarakat yang bertentangan dengan pandangannya. Dalam cerita
Pasar
Kuntowijoyo menyampaikannya melalui tokoh Pak Mantri yang senantiasa memegang ajaran cinta kasih sebagai warisan para nabi. Pak Mantri menjadi
teladan yang baik di masyarakat telah kehilangan rasionalitas dalam menyelesaikan masalah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pandangan dunia Kuntowijoyo adalah pandangan religius profetik. Hal ini diperkuat dengan
pernyataan Kuntowijoyo dalam maklumat sastra profetik. Dikatakannya bahwa sastra adalah sebagai bagian dari ibadah. Ini adalah bukti pandangan religiusnya.
cxci Akan tetapi, pandangan religius tersebut bukanlah religius sufistik yang hanya
mengedepankan hubungan manusia dengan Tuhan. Pandangannya adalah religius profetik karena ada humanisasi, leiberasi, dan transendensi. Cara pandang inilah
yang menurut Moh. Wan Anwar mampu menjejak bumi hubungan dengan manusia dan menjangkau langit hubungan dengan Tuhan.
1. Misi Profetik Kesenian