Pengertian Novel Hakikat Novel

xxi

BAB II LANDASAN TEORETIS, PENELITIAN YANG RELEVAN,

DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teoretis

1. Hakikat Novel

a. Pengertian Novel

Bentuk novel dianggap sama dengan bentuk roman, walaupun sebenarnya berbeda. Episode yang diceritakan dalam novel tidak sepanjang yang terdapat pada roman. Novel hanya menceritakan episode yang dianggap penting saja dari kehidupan tokoh utama, misalnya masa remaja hingga berumah tangga, masa kanak-kanak hingga menikah, masa berumah tangga, dan lain-lain. Isi, cara penceritaan, dan bahasa dalam novel juga lebih beragam. Ada novel-novel yang romantis misalnya karya N.H. Dini, Marga T., Mira W., ataupun Pramoedya Ananta Toer, tetapi banyak pula yang bersifat lebih dinamis dan tidak bertendensi mengharu-biru perasaan pembaca misalnya karya Ayu Utami, Putu Wijaya, serial “Lupus”, dan lain-lain. Istilah tentang novel antara negara satu dengan negara lain beragam. Dalam bahasa Jerman disebut Novelle . Sedangkan dalam bahasa Prancis disebut Nouvelle . Kedua istilah tersebut dipakai dalam pengertian yang sama yaitu prosa yang agak panjang dan sederhana karena hanya menceritakan 6 xxii maksud kejadian yang memunculkan suatu konflik yang mengakibatkan adanya perubahan nasib pelakunya. Berdasarkan asalnya kata novel berasal dari kata Latin novellus yang berarti diturunkan pula dari kata novies yang berarti “baru”. Dikatakan “baru” karena kalau dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain, maka novel muncul setelahnya. Menurut Robert Liddell dalam Henry Guntur Tarigan, 1993: 164 novel Inggris yang pertama kali lahir adalah Famela pada tahun 1740. Beberapa pendapat mengenai novel dikemukakan oleh para ahli sastra. Namun sampai saat ini belum ada patokan yang dapat diterima oleh semua pihak. Novel dalam arti umum berarti cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas yaitu cerita dengan plot dan tema yang kompleks, karakter yang banyak dan setting cerita yang beragam. Novel merenungkan dan melukiskan realitas yang dilihat, dirasakan dalam bentuk tertentu dengan pengaruh tertentu atau ikatan yang dihubungkan dengan tercapainya gerak-gerik hasrat manusia. Goldmann dalam Faruk, 2003: 29 mendefinisikan novel sebagai cerita mengenai pencarian yang terdegradasi akan nilai-nilai yang otentik dalam dunia yang terdegradasi pula. Lebih jauh ia mengungkapkan bahwa novel merupakan suatu genre sastra yang bercirikan keterpecahan yang tidak terdamaikan dalam hubungan antara sang hero dengan dunia. Robert Stanton 2007: 90 berpendapat bahwa novel mampu menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi sosial yang sangat rumit, xxiii hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan berbagai peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun silam secara lebih mendetail. Itulah yang membedakan novel dengan dengan cerpen. Yang lebih menarik lagi dari novel adalah kemampuannya menciptakan satu semesta yang lengkap sekaligus rumit. Sebagai karya yang kompleks, novel memiliki karakteristik yang menjadi ciri novel tersebut. Herman J. Waluyo 2002: 37 mengungkapkan bahwa di dalam novel terdapat perubahan nasib dari tokoh cerita, ada beberapa episode dalam kehidupan tokoh utamanya, dan biasanya tokoh utama tidak sampai mati. Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa novel adalah karya sastra yang kompleks dan memiliki unsur pembangun berupa unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

b. Jenis-jenis Novel