Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Pasar, Mantra Pejinak Ular,

ccxix

4. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Pasar, Mantra Pejinak Ular,

dan Wasripin dan Satinah Karya Kuntowijoyo Nilai agama merupakan sudut pandang yang mengikat manusia dengan Tuhan. Manusia senantiasa akan membutuhkan Tuhan karena secara naluri, manusia akan selalu membutuhkan perlindungan dan pertolongan dari-Nya. Oleh karena itu, selalu mengingat Tuhan merupakan pencerminan pribadi yang bertakwa dan menjunjung tinggi fitrah manusia. Manusia senantiasa akan membutuhkan Tuhan dalam berbagai masalah yang dihadapinya. Nilai moral sering disamakan maknanya dengan nilai etika. Nilai moral atau etika merupakan suatu nilai yang menjadi ukuran pantas atau tidaknya tindakan seorang manusia dalam kehidupan sosialnya. Moral atau etika juga menyangkut baik dan buruknya, benar dan salahnya, dan pantas tidaknya perilaku. Nilai tersebut biasanya dibangun dari kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat tertentu. Begitu pula dalam novel Pasar, Kuntowijoyo mengkritisi sikap pejabat camat dan kepala polisi yang masih hobi adu jago dan keluyuran pada saat jam kerja. Padahal mereka adalah figur yang dijadikan panutan. Sikap Abu Kasan Sapari dalam novel MPU juga merupakan pendidikan moral. Dia menolak dijadikan caleg karena ada maksud lain yang tersembunyi. Yaitu agar Abu tidak menghalang-halangi usaha kotor politik uang dan pemaksaan Mesin Politik mendapat suara terbanyak. Budaya Jawa yang telah mengakar di dalam masyarakat Jawa selama ratusan tahun sebagai sesuatu yang memiliki nilai luhur. Nilai-nilai luhur yang ccxx terkandung di dalam budaya sangat penting bagi keseimbangan kehidupan masyarakat. Nilai-nilai luhur budaya Jawa memberikan arahan bagi manusia dalam berpikir dan berperilaku sebagai manusia yang alim. Masyarakat Jawa sekarang telah melupakan dan meninggalkan budaya Jawa. Hal itu berarti telah melupakan dan meninggalkan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Dalam novel MPU , ada nilai pendidikan adat yang dapat diambil yaitu berupa kritik terhadap budaya Jawa. Nilai-nilai budaya yang berakar pada adat lokal atau adat daerah dalam novel ini adalah adat daerah yang bernuansa kejawaan. Nilai budaya kejawaan ini kadang dibalut sekaligus berbenturan dengan nilai-nilai agama yang dipegang oleh tokoh utama. Nilai pendidikan sosial mencakup kebutuhan hidup bersama, seperti kasih sayang, kepercayaan, pengakuan, dan penghargaan. Nilai pendidikan sosial yang dimaksud adalah kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Kepedulian tersebut dapat berupa perhatian maupun gotong royong. Dalam novel MPU , Abu sering ikut ronda atau siskamling. Dalam novel Pasar perangkat itu adalah pertemuan ibu-ibu, dalam novel MPU perangkat itu adalah sistem ronda, dan dalam novel WS adalah jamaah masjid yang bergotong royong. Hal ini adalah wujud hubungan sosial yang baik. Nilai kepahlawanan dalam ketiga novel tersebut tampak pada perjuangan Pak Mantri untuk membela para pedagang dari kapitalisme Kasan Ngali, perjuangan Abu Kasan Sapari dalam melawan hegemoni Mesin Politik, serta perjuangan Wasripin dan Pak Modin dalam menegakkan kebenaran meskipun itu berakibat pada kematian. ccxxi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian ini mengkaji novel Pasar, Mantra P ejinak Ular MPU, dan Wasripin dan Satinah WS melalui pendekatan strukturalisme genetik. Analisis yang dilakukan meliputi: a pandangan dunia pengarang Kuntowijoyo; b struktur novel Pasar , MPU, dan WS ; c struktur sosial budaya masyarakat dalam novel Pasar , MPU, dan WS, d nilai-nilai pendidikan dalam Novel novel Pasar , MPU, dan WS . Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan sebagai berikut: Pandangan dunia Kuntowijoyo adalah pandangan religius profetik. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Kuntowijoyo dalam maklumat sastra profetik. Dikatakannya bahwa sastra adalah sebagai bagian dari ibadah. Ini adalah bukti pandangan religiusnya. Akan tetapi, pandangan religius tersebut bukanlah religius sufistik yang hanya mengedepankan hubungan manusia dengan Tuhan. Pandangannya adalah religius profetik karena ada humanisasi, leiberasi, dan transendensi. Kuntowijoyo menolak mitologi dan menyarankan demitologisasi agar masyarakat berpikir secara rasional dengan melandaskan pada ajaran yang sesuai wahyu ketuhanan. Pandangan religius profetiknya mencakup segala aspek kehidupan. Misi profetik kesenian, sosial, budaya, politik, ekonomi, pendidikan, dan moral. Kuntowijoyo memandang etika profetik menjiwai seorang intelektual berpegang pada nilai-nilai yang universal mencakup: keadilan, kemanusiaan, dan 201