clxxxv “Tidak semua garam sama kadar asinnya, Pak. Kuntowijoyo,
2000: 145
c. Nilai Pendidikan AdatBudaya
Nilai-nilai budaya yang berakar pada adat lokal atau adat daerah dalam novel ini adalah adat daerah yang bernuansa kejawaan. Kutipan novel
P asar
berikut merupakan salah satu nilai pendidikan adat: Tidak ada orang Jawa yang lain. Juga camat, juga kepala
polisi. Ah, tahunya apa camat-camat sekarang. Adu jago saja patohan, membuat
candrasengkala
mesti ke Pak Mantri. Inilah kelirunya. Zaman dulu pegawai itu mesti tahu sastra. Bukan sekadar bisa baca
tulis. Kuntowijoyo, 2002: 63-64.
Dalam novel
MPU
, ada nilai pendidikan adat yang dapat diambil yaitu berupa kritik terhadap budaya Jawa.
“Bicara baik-baik dengan dia. Yakinkanlah bahwa
mangan ora mangan waton ngumpul
itu sudah kuno,” pinta orang itu Kuntowijoyo, 2000: 27
Sedikit berbeda dengan novel
Pasar
dan
Mantra Pejinak Ular
, Kuntowijoyo dalam novel
Wasripin dan Satinah
nilai pendidikan adatbudaya budaya Jawa masyarakat pantura dapat dilihat dari penggalan berikut ini.
Wayangan dan ruwat yang diselenggarakan oleh Babinsa sepi pengunjung. Di siskamling orang-orang rerasan, “maklum pendatang”,
“Orang akan lebih suka selawatan daripada wayang dan ruwat.” Kuntowijoyo, 2003: 83
d. Nilai Pendidikan Sosial
Nilai pendidikan sosial mencakup kebutuhan hidup bersama, seperti kasih sayang, kepercayaan, pengakuan, dan penghargaan. Kutipan
novel
Pasar
berikut ini merupakan penggalan nilai pendidikan sosial.
clxxxvi “Lagi pula yang penting, ingatlah bahwa kau orang Jawa. Ketika
engkau gembira, ingatlah pada suatu kali kau akan mendapat kesusahan. Apalagi menertawakan nasib buruk orang lain, Nak. Jangan, sekali-kali
jangan. Orang yang berpangkat harus berbuat baik, suka menolong. Kalau ada yang kesusahan, harus bisa membantu. Jangan malah menertawakan.
Kalau tidak bisa membantu, menyesallah. Dan berjanjilah suatu kali kau akan membantu. Sebaliknya ikutlah berduka cita atas kemalangan orang
lain. Engkau boleh tertawa apabila saudaramu beroleh kesukaan. Bersusahlah bersama orang yang susah, bergembiralah bersama orang
yang bergembira. Renungkanlah, Nak.” Kuntowijoyo, 2002: 344.
Kabar kepergian Siti Zaitun itu sudah meluas. Di pondoknya Siti Zaitun sibuk menerima tamu-tamu. Pak Camat, polisi, ibu-ibu, tetangga-
tetangga, guru-guru. Hadiah menumpuk di meja. Zaitun tidak bermaksud meramaikan kepergiannya itu. Tetapi tercium juga. Gadis itu sengaja akan
pergi diam-diam, maka ia sengaja pula tidak berpamitan. Besok, setibanya di kota, dia akan menulis surat datang lagi berpamitan. Tetapi orang
datang juga. Dan hadiah-hadiah mengalir. Ah, kota itu menyenangkannya juga. Tidak disangkanya orang-orangnya yang ramah. Sampai ia menangis
terisak setiap menerima tamu. Kuntowijoyo, 2002: 350
Kutipan di atas menggambarkan adanya hubungan sosial yang sangat harmonis. Adanya kasih sayang sesama masyarakat dan kerelaan untuk
berbagi dalam keadaan susah dan senang patut diteladani oleh siapapun. Dalam novel
MPU
, Abu sering ikut ronda atau siskamling. Berikut ini kutipan yang menjadi bukti adanya nilai pendidikan sosial:
Di gardu Abu terkenal sebagai tukang dongeng, ahli filsafat kecil-kecilan,
dan
cagak lek
membuat terbangun
hidup. Kuntowijoyo, 2000: 114
Sementara itu, dalam novel WS, nilai pendidikan sosial ini berupa
gotong royong yang dilakukan warga ketika Wasripin mau menikah. Hal ini mengisyaratkan betapa pentingnya gotong royong dalam masyarakat. Berikut
ini kutipan yang menjadi bukti adanya nilai pendidikan sosial: Sebuah panitia sudah dibentuk. Para nelayan patungan
menanggung biaya. Kuntowijoyo, 2003: 207
clxxxvii
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan Deskripsi dan temuan yang telah diuraikan di atas, maka akan dikemukakan pembahasan yang meliputi pandangan dunia pengarang, struktur
teks, stuktur sosial, dan nilai-nilai pendidikan dalam novel
Pasar, Mantra Pejinak Ular,
dan
Wasripin dan Satinah
karya Kuntowijoyo.
1. Religius Profetik sebagai Pandangan Dunia Kuntowijoyo
Gagasan Kuntowijoyo yang paling terkenal adalah pemikirannya tentang
ilmu sosial profetik. Menurut keyakinan Kuntowijoyo diperlukan upaya mengembalikan kesadaran manusia. Sebuah gerakan kebudayaan yang mengolah
dimensi kedalaman manusia trasendensi, pendidikan moral, pengembangan estetika dalam jangka panjang diyakini akan dapat memulihkan kembali
kesadaran itu. Inilah inti pemikiran yang menjadi pemahaman dari kerangka pemikiran Kuntowijoyo di atas.
Etika profetik memang sangat penting. Apalagi di tengah perkembangan sosial budaya yang begitu mengedepankan aspek material. Bukanlah dalam
konstelasi semacam itu manusia perlu pegangan dalam kehidupannya. Konteks inilah yang memberi signifikasi kehadiran etika profetik. Ilmu sosial profetik yang
ditawarkan Kuntowijoyo merupakan alternative terhadap kondisi status quo teori- teori sosial positivis yang kuat pengaruhnya di kalangan intelektual dan akademisi
di Indonesia. Ilmu sosial profetik tidak hanya menjelaskan dan mengubah fenomena sosial. Tetapi juga memberikan interpretasi, mengarahkan, serta
membawa perubahan bagi pencapaian nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat berupa emansipasi atau humanisasi, liberasi, dan transendensi.