Nilai-Nilai Pendidikan dalam Sastra

liv seseorang, karena suatu yang menyenangkan profitable atau merupakan suatu sistem keyakinan believe . Nilai-nilai berarti tidak melanggar norma-norma, menjunjung budi pekerti, sedangkan pelanggaran terhadap nilai-nilai merupakan pelanggaran norma atau susila. Nilai-nilai ditunjukkan oleh perilaku baik yang sesuai dengan norma-norma atau aturan yang ada dan pelanggaran nilai-nilai berkaitan dengan hal-hal yang tidak baik serta melanggar norma atau aturan yang ada. Nilai atau nilai-nilai merupakan suatu konsep, yaitu pembentukan mentalita yang dirumuskan dari tingkah laku manusia sehingga menjadi sejumlah anggapan yang hakiki, baik dan perlu dihargai sebagaimana mestinya. Nilai-nilai menyediakan prinsip umum dan yang menjadi acuan serta tolok ukur standar dalam membuat keputusan, pilihan tindakan, dan tujuan tertentu bagi para anggota suatu masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya yang tidak melanggar norma-norma, menjunjung budi pekerti, sedangkan pelanggaran terhadap nilai-nilai merupakan pelanggaran norma atau susila.

b. Nilai-Nilai Pendidikan dalam Sastra

Nilai-nilai pendidikan sangat erat kaitannya dengan karya sastra. Setiap karya sastra yang baik termasuk novel selalu mengungkapkan nilai lv pendidikan moral, agama, sosial, kepahlawanan maupun estetis keindahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Herman J. Waluyo 1990:27 bahwa nilai sastra berarti kebaikan yang ada dalam makna karya sastra bagi kehidupan. Nilai sastra dapat berupa nilai medial menjadi sarana, nilai final yang dikejar seseorang, nilai kultural, nilai kesusilaan, dan nilai agama. Ahmadi dan Uhbiyati 1991: 69 berpendapat bahwa nilai dalam sastra dapat menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Mudji Sutrisno 1997: 63 juga menyatakan bahwa nilai-nilai dari sebuah karya sastra dapat tergambar melalui tema-tema besar mengenai siapa manusia, keberadaannya di dunia dan di dalam masyarakat; apa itu kebudayaannya dan proses pendidikannya; semua ini dipigurakan dalam refleksi konkret fenomenal berdasar fenomena eksistensi manusia dan direfleksi sebagai rentangan perjalanan bereksistensi. Nilai yang terdapat dalam karya sastra sangat bergantung pada persepsi dan pengertian yang diperoleh pembaca. Pembaca perlu menyadari bahwa tidak semua karya sastra dengan mudah dapat diambil nilai pendidikannya. Nilai yang terdapat dalam karya sastra dapat diperoleh pembaca jika karya yang dibacanya itu menyentuh dirinya, maksudnya menyentuh perasaannya. Berdasar pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan nilai sastra, yaitu sifat-sifat hal-hal atau merupakan sesuatu yang positif yang berguna dalam kehidupan manusia dan pantas untuk lvi dimiliki tiap manusia. Dalam pengertian ini nilai adalah sesuatu yang berhubungan dengan etika baik dan buruk, logika benar dan salah, estetika indah dan jelek. Kehadiran karya sastra sebagai hasil cipta sastrawan tidak saja lahir dari fenomena-fenomena kehidupan nyata, tetapi dating adri kesadaran bahwa karya sastra sebagai suatu yang imajinatif dan fiktif. Di samping itu juga adanya pengembangan ekspresi sehingga tercipta karya sastra. Seorang sastrawan dalam menciptakan keindahan juga berkeinginan untuk menyampaikan pikiran, pendapat, dan saran terhadap sesuatu. Apa yang hendak disampaikan pengarang itu merupakan nilai-nilai pendidikan. Berbagai nilai pendidikan dapat ditemukan dalam karya sastra. Nilai didik di dalamnya tidak hanya terbatas soal kebajikan dan moral saja, tetapi ada nilai lain yang lebih khas sastra. Walaupun masih banyak nilai lain, tetapi jika berbicara tentang nilai didik, orang langsung berasosiasi kepada moral, etika dan kebajikan. Hal ini wajar sebab sesuatu yang baik merupakan inti pendidikan. Sastra memiliki nilai didik kesusilaan, mengandung nilai estetika, dan memperjuangkan hal-hal yang baik dan benar. Dari beberapa pendapat tentang nilai pendidikan yang terdapat dalam karya sastra di atas ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa nilai pendidikan yang bisa diperoleh dari sebuah cerita dalam hal ini novel. Nilai pendidikan itu diantaranya adalah yang berhubungan dengan moral, agama, budaya, sosial, and sebagainya. 1 Nilai Pendidikan Agama lvii Agama adalah hal yang mutlak dalam kehidupan manusia sehingga dari pendidikan ini diharapkan dapat terbentuk manusia religius. Mangunwijaya dalam Burhan Nurgiyantoro, 2002:327 menyatakan: “Agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian kepada tuhan hukum-hukum resmi. Religius, di pihak lain melihat aspek yang di lubuk hati, riak getar nurani, totalitas ke dalam pribadi manusia. Dengan demikian, religius bersifat mengatasi lebih dalam dan lebih luas dari agama yang tampak formal dan resmi.” Pernyataan di atas sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat 1985:145 bahwa makin ia taat menjalankan syariat agama, maka makin tinggi pula tingkat religiusitasnya. Di lain pihak, Dojosantoso dalam Tirto Suwondo, dkk, 1994:63 menyatakan bahwa “religius” adalah “keterkaitan antara manusia dengan Tuhan sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan”. Keterkaitan manusia secara sadar terhadap Tuhan merupakan cermin sikap manusia religius. Berkaitan dengan kepercayaan masyarakat terhadap agama tertentu, Darsono Wisadirana 2004: 60 memberikan pernyataan bahwa orang-orang zaman dahulu, terutama orang-orang pedesaan, bersifat sangat religious. Sifat ini tampak atau ditandai dengan berbagai kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat. Upacara-upacara keagamaan atau ritual biasanya dilakuakan bersamaan dengan upacara tradisi leluhur, yaitu berupa selamatan, bersih desa, melakukan sesaji untuk roh-roh penunggu atau leluhur yang telah meninggal. Doa bersama juga dilakukan dalam rangka meminta hujan ketika musim kering yang dipimpin oleh seseorang tokoh atau tokoh agama lviii Nilai pendidikan agama atau keagamaan dalam karya sastra sebagian menyngkut moral, etika, dan kewajiban. Hal ini menunjukkan adanya sifat edukatif Burhan Nurgiantoro, 2002:317. Dasar dari pendidikan agama adalah hakikat makhluk yang beragama. Tujuan pendidikan keagamaan adalah membentuk manusia yang beragama atau pribadi yang religius. Di samping itu, sesuai Undang-Undang Dasar 1945 pasal 29 ayat 1 dan 2 dan Pancasila sebagai dasar falsafah Negara Republik Indonesia, pendidikan merupakan segi utama yang mendasari semua segi pendidikan lainnya. Norma-norma pendidikan kesusilaan maupun pendidikan kemasyarakatan atau sosial, sebagian besar bersumber dari agama. Betapa pentingnya pendidikan agama itu bagi setiap warga Negara, terbukti dari adanya peraturan pemerintah yang mengharuskan pendidikan agama itu diberikan kepada anak-anak sejak pendidikandi taman kanak-kanak sampai tingkat pendidikan tinggi. 2 Nilai Pendidikan Moral Pada dasarnya, moral dapat dimaknai sebagai ajaran tentang kebaikan dan keburukan. Franz Magnis Suseno 2000: 143 menyatakan bahwa moralitas merupakan kesesuaian sikap, perbuatan, dan norma hokum batiniah yang dipandang sebagai suatu kewajiban. Moral seringkali dikaitkan dengan perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti, susila, dan lain-lain. Seorang tokoh dalam cerita dikatakan bermoral tinggi apabila ia mempunyai pertimbangan baik dan buruk. Namun, pada kenyataannya pandangan mengenai moral dalam hal-hal tertentu bersifat relatif. lix Sering kita menjumpai karya sastra yang menampilkan cerita-cerita dan kisah-kisah yang penuh nilai didik. Karya sastra demikian itu sungguh potensial untuk digunakan sebagai sarana mengajarkan budi pekerti yang luhur dan teladan-teladan yang terpuji. Moral merupakan laku perbuatan manusia dipandang dari nilai- nilai baik dan buruk, benar dan salah, dan berdasarkan adat kebisaaan di mana individu berada. Burhan Nurgiantoro, 202:319. Moral diartikan sebagai norma dan konsep kehidupan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Nilai-nilai pendidikan moral tersebut dapat mengubah perbuatan, perilaku, sikap serta kewajiban moral dalam masyarakat yang baik, seperti budi pekerti, akhlak, dan etika Joko Widagdo, 2001:30. Nilai moral yang terkandung dalam karya sastra juga bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai etika dan budi pekerti. Nilai pendidikan moral menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat seorang individu dari suatu kelompok yang meliputi perilaku, tata karma yang menjunjung budi pekerti dan nilai susila. Nilai moral dalam karya sastra bisaanya bertujuan untuk mendidik manusia agar mengenal nilai-nilai estetika dan budi pekerti. Nilai pendidikan moral menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat seorang inividu atau dari suatu kelompok yang meliputi perilaku, tata karma yang menjunjung tinggi budi pekerti dan nilai susila. 3 Nilai Pendidikan AdatBudaya lx Koentjaraningrat 1985:18 mengemukakan bahwa sistem nilai buaya terdiri atas konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Suatu sistem nilai budaya bisaanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Nilai-nilai budaya yang terkandung di dalam cerita dapat diketahui melalui penelaahan terhadap karakteristik dan perilaku tokoh-tokoh dalam cerita. Cerita dalam hal ini adalah novel sebagai salah satu bentuk karya sastra dapat memberikan gambaran yang jelas tentang sistem nilai atau sistem budaya masyarakat pada suatu tempat alam suatu masa. Nilai-nilai itu mengungkapkan perbuatan yang dipuji atau dicela, pandangan hidup manusia yang dianut atau yang dijauhi, dan hal-hal apa yang dijunjung tinggi. Lebih jauh Koentjaraningrat 1985:10-11 mengatakan bahwa: Adat merupakan wujud ideal dari kebudayaan. Secara lengkap, wujud itu disebut adat tata kelakuan. Suatu contoh dari adat yang memiliki nilai sosial budaya yang tinggi adalah gotong royong. Konsepsi bahwa hal itu bernilai tinggi ialah bila manusia itu suka bekerjasama dengan sesamanya berdasarkan rasa solidaritas yang besar. Nilai-nilai budaya yang berakar pada adat local atau adat daerah yang dimaksud dalam novel ini adalah adat daerah yang bernuansa kejawaan. Nilai budaya kejawaan ini kadang dibalut sekaligus berbenturan dengan nilai-nilai agama yang dipegang oleh tokoh utama. 4 Nilai Pendidikan Sosial lxi Karya sastra juga mengungkapkan nilai pendidikan sosial. Dengan memabca banyak karya sastra, diharapkan perasaan pembaca lebih peka terhadap persoalan-persoalan kemanusiaan lebih dalam penghayatan sosialitasnya, sehingga lebih mencintai keadilan dan kebenaran. Nilai Sosial menjadi pedoman langsung bagi setiap tingkah laku manusia sebagai anggota masyarakat yang di dalamnya memuat sanksi- sanksi siapa saja yang melanggar. Dengan demikian, nilai sosial merupakan nilai yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat dan usaha menjaga keselarasan hidup bermasyarakat. Oleh karena itu, dapat dianggap bahwa nilai sosial merupakan gagasan-gagasan dan pola ideal masyarakat yang dipandang baik dan berguna, yang telah dituangkan dalam bentuk norma-norma, aturan-aturan, dan hukum. Secara garis besar, persoalan hidup dan kehidupan manusia itu dapat dibedakan ke dalam persoalan hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhannya. Burhan Nurgiyantoro 2002: 233-234 menjelaskan bahwa tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks. Ia dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, dan lain- lain yang tergolong latar spiritual. 5 Nilai Kepahlawanan Heroik lxii Menurut Anis Matta 2004: 4 pahlawan selalu muncul di saat-saat yang sulit, atau sengaja dilahirkan di tengah situasi yang sulit. Mereka datang untuk membawa beban yang tidak dipikul oleh manusia-manusia di zamannya. Para pahlawan adalah orang yang rela mengorbankan kepunyaannya demi membela kebenaran. dan berusaha mewujudkan keyakinan tersebut. Kepahlawanan yang dimaksud adalah sifat atau karakter tokoh-tokoh yang diceritakan dalam novel, berjuang mewujudkan cita-citanya. Dengan demikian tokoh yang menjadi pahlawanan dalam konteks pembahasan ini adalah perjuangan tokoh yang diceritakan dalam novel untuk membela keyakinannya.

c. Cara Mengukur Adanya Nilai Pendidikan dalam Novel