xxiii dan konstruktivisme sosiologis.
1. Konstruktivisme psikologi personal diperkenalkan oleh Piaget dan Posner
et al. Konstruktivisme psikologi personal menekankan pada tiga proses kunci membangun pengetahuan, yaitu akomodasi, asimilasi, dan
ekuilibrum. Pada intinya, asimilasi terjadi karena pengetahuan awal siswa sejalanberhubungan dengan fenomena dan belum terjadi perubahan skema
ataupun perubahan konseptual. Akomodasi merupakan proses konflik kognitif karena skema dengan fenomenanya berbeda sehingga
memungkinkan terjadinya proses perubahan konseptual sehingga siswa mengalami empat kondisi, yaitu; 1 perasaan kurang puas terhadap
konsepsi yang adayang dimilikinya; 2 intelligible dapat dipahami; 3 plausible dapat diterima masuk akal; 4 fruitful dapat berkembang.
Ekuilibrum merupakan fase ksetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. 2.
Konstruktivisme sosiokultural tokoh sentralnya adalah Vygotsky. Vygotsky menekankan faktor bahasa mempengaruhi proses membangun
pengetahuan individu. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi paling efektif dalam menegosiasikan pemahaman. Negosiasi pemahaman sangat
mempengaruhi zona proksimal individu; suatu rentang pemahaman dalam sistem kognisi individu.
3. Konstruktivisme sosiologis memandang bahwa pengetahuan dibentuk oleh
masyarakat dengan tidak memperhatikan unsur personal. Dengan demikian, pengukuhan pengetahuan dipengaruhi oleh konsesus sosial
science as social construct
4. Implikasi Konstruktivisme dalam Pembelajaran sains
Pembelajaran diartikan sebagai proses belajar mengajar. Dalam konteks pembelajaran terdapat beberapa komponen penting, diantaranya guru
dan siswa yang saling berinteraksi.
17
Pembelajaran merupakan proses interaksi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan
belajar dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik atau murid. Konsep
17
Kartimi, Suatu Model Konstruktivisme ..., h. 26
xxiv pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap
situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.
18
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi dua arah antara guru dengan siswa. Dengan adanya
interaksi ini diharapkan dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif, seperti halnya dalam pembelajaran konstruktivisme yang memandang bahwa
pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan siswa dalam rangka membangun pengetahuan. Siswa berperan sebagai individu yang mencari
kebenaran terhadap apa yang dipelajarinya, dan guru bertugas sebagai pengendali dan mengarahkan siswa dalam membangun pengetahuannya.
Pembelajaran sains dalam konstruktivisme adalah membantu siswa untuk membangun konsep-konsep sains dengan kemapuannya sendiri melaui
proses internalisasi sehingga konsep itu terbangun kembali melalui transformasi informasi untuk menjadi konsep baru. Skemp menyatakan bahwa
pemahaman atau pengetahuan dapat dibangun oleh siswa sendiri berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
19
Hal ini sesuai dengan pandangan konstruktivisme yang menyatakan bahwa setiap individu mengkonstruksi pengetahuan secara aktif, tidak hanya
mengimitasi dan membentuk bayangan dari sesuatu yang diamati atau diajarkan oleh guru melainkan individu tersebut menyeleksi, menyaring,
memberi arah dan menguji kebenaran atas informasi yang diterimanya.
20
Pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan belajar untuk menemukan sendiri
konsep sains melalui akomodasi konsep lama dengan fenomena-fenomena
18
Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran, Bandung : Alfabeta, 2006, Cet. Ke-4, h. 61
19
Sri Subarinah, Pengembangan Mata Kuliah ..., h. 256
20
Kartimi, Suatu Model Konstruktivisme ..., h. 25
xxv baru yang ditemukan dalam pembelajaran.
21
Dengan dijadikannya siswa sebagai pusat kegiatan belajar ini dapat membantu siswa dalam
mengembangkan pengetahuanya dibidang sains. Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengkonstruk
pengetahuan melalui kegiatan pembelajaran. Dari berbagai pandangan yang telah dikemukakan, sudah jelas bahwa
konstruktivisme merupakan suatu pandangan yang memberikan kebebasan pada siswa secara aktif untuk mengkonstrukmembangun pengetahuan mereka
sendiri berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dan mengintegrasikan pengetahuan terebut dengan pengetahuan baru melalui
pengamatan dan pengalaman siswa dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaran konstruktivisme, peran seorang guru amat
diperlukan juga yaitu sebagai orang yang bertugas mengendalikan dan mengarahkan siswa dalam membangun pengetahuan. Menurut Ken Apleton
dan Hilary Asoko, guru yang melakukan interaksi belajar dengan menggunakan pembelajaran konstruktivisme mempunyai kemampuan dengan
kriteria sebagai berikut: 1.
Guru menyadari bahwa siswa yang datang pada situasi pembelajaran membawa serta pengetahuan awal yang mereka miliki dan mereka
mencoba mengeluarkan pengetahuan tersebut. 2.
Sewaktu mengajar guru mempunyai pengetahuan konseptual yang jelas untuk siswa dan paham bagaimana mengarahkan peran siswa untuk
mencapai pengetahuan tersebut. 3.
Guru juga menggunakan strategi-strategi belajar yang dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuan awal yang mereka miliki.
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan dengan
sebaik-baiknya pengetahuan baru yang telah mereka peroleh. 5.
Guru juga menyiapkan kegiatan yang dapat digunakan siswa untuk mengeluarkan pendapat mereka berdasarkan pengetahuan baru yang telah
mereka miliki.
22
21
Kinkin Suartini, Bentuk-bentuk Pertanyaan Sains Dalam Pembelajaran Model Konstruktivisme, Jakarta: Seminar Internasional Pendidikan IPA FITK Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007, h. 2
22
Embong Bin Omar, Konstruktivisme: Konsep dan Implikasinya dalam Belajar, dari http:www.mpkt.edu.mybahankonstruktivisme.doc, 2 Februari 2007
xxvi Sedangkan menurut Hudoyo dalam Sri Subarinah menyatakan bahwa
guru perlu mengupayakan hal-hal sebagai berikut: 1 menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki
siswa sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan; 2 mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi realistik dan relevan dengan
melibatkan pengalaman konkrit; 3 mengintegrasikan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi dan kerja sama seseorang dengan orang
lain atau lingkungannya; 4 memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis; 5 melibatkan siswa secara emosional dan
sosial sehingga sains menjadi menarik.
23
Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa guru yang konstruktivis adalah guru yang mampu membantu siswa dalam proses
pembentukan pengetahuan siswa melalui proses pembelajaran. Kelebihan dan implikasi konstruktivisme dalam pembelajaran sains
yang lebih mementingkan proses pencapaian pengetahuan, dan pembelajaran yang berpusat pada siswa maka dapat disimpulkan bahwa konsep
pembelajaran konstruktivisme perlu sekali diterapkan dalam pembelajaran sains pada umumnya dan pembelajaran fisika khususnya. Jika konstruktivisme
diterapkan dalam pembelajaran sains disekolah, akan mendorong siswa dalam menggunakan daya pikirnya untuk menemukan ide-ide secara kreatif yang
dapat membangun pengetahuannya. Untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan harapan dalam proses pembelajaran, beberapa pendekatan pengajaran
secara konstruktivisme perlu diterapkan. Salah satunya ialah penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
B. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah