xxvi Sedangkan menurut Hudoyo dalam Sri Subarinah menyatakan bahwa
guru perlu mengupayakan hal-hal sebagai berikut: 1 menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki
siswa sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan; 2 mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi realistik dan relevan dengan
melibatkan pengalaman konkrit; 3 mengintegrasikan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi dan kerja sama seseorang dengan orang
lain atau lingkungannya; 4 memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis; 5 melibatkan siswa secara emosional dan
sosial sehingga sains menjadi menarik.
23
Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa guru yang konstruktivis adalah guru yang mampu membantu siswa dalam proses
pembentukan pengetahuan siswa melalui proses pembelajaran. Kelebihan dan implikasi konstruktivisme dalam pembelajaran sains
yang lebih mementingkan proses pencapaian pengetahuan, dan pembelajaran yang berpusat pada siswa maka dapat disimpulkan bahwa konsep
pembelajaran konstruktivisme perlu sekali diterapkan dalam pembelajaran sains pada umumnya dan pembelajaran fisika khususnya. Jika konstruktivisme
diterapkan dalam pembelajaran sains disekolah, akan mendorong siswa dalam menggunakan daya pikirnya untuk menemukan ide-ide secara kreatif yang
dapat membangun pengetahuannya. Untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan harapan dalam proses pembelajaran, beberapa pendekatan pengajaran
secara konstruktivisme perlu diterapkan. Salah satunya ialah penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
B. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
1. Pengertian Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tujuan dari pendidikan adalah menciptakan manusia yang aktif, berpikir kreatif, terampil, dan mampu menggunakan pemikirannya untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupannya sehari-
23
Sri Subarinah, Pengembangan Mata Kuliah ..., h. 257
xxvii hari. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan adanya suatu pendekatan
pembelajaran yang dapat membantu pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan.
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan
untuk suatu satuan instruksional tertentu. Pendekatan pembelajaran ini sebagai penjelas untuk mempermudah
bagi para guru untuk memberikan pelayanan belajar dan juga mempermudah bagi siswa untuk memahami materi ajar yang disampaikan guru, dengan
memelihara suasana pembelajaran yang menyenangkan.
24
Pembelajaran yang menyenangkan dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran. Siswa
tidak merasa terbebani dengan sulitnya materi-materi ajar yang diberikan oleh sekolah, yang dalam hal ini yaitu bidang keilmuan fisika.
Untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa, diperlukan adanya pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan mendorong
siswa untuk lebih berpikir kreatif dalam memecahkan berbagai masalah yang berkenaan dengan materi pembelajaran fisika. Salah satu pendekatan
pembelajaran yang mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam memecahkan masalah ialah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Problem-Based
Learning. Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah suatu model pembelajaran
yang merupakan bagian dari pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL. CTL juga sering dikenal dengan istilah pendekatan kontekstual.
Adapun yang melandasi pengembangan pendekatan kontekstual adalah konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak
hanya sekedar menghapal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan
menjadi fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme
24
Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna ..., h. 68
xxviii yang digagas oleh John Dewey pada awal abad 20 yang lalu.
25
Melalui landasan konstruktivisme CTL dipromosikan menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi CTL siswa diharapkan
dapat belajar melalui mengalami, dengan menghafal. Menurut filosofi konstruktivisme, pengetahuan bersifat non-obyektif, temporer dan selalu
berubah. Belajar adalah pemaknaan pengetahuan, bukan perolehan pengetahuan dan mengajar diartikan sebagai kegiatan atau proses menggali
makna, bukan memindahkan pengetahuan kepada orang yang belajar. CTL itu sendiri merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini sangat diperlukan karena kebanyakan para siswa tidak dapat menerapakan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan mereka yang
disebabkan kurang menariknya metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Untuk itu seorang guru harus jeli dalam menerapkan metode apa yang
sesuai untuk siswa dalam pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan. Siswa tidak hanya dijadikan sebagai objek dalam pembelajaran, melainkan
sebagai subjek yang berperan dalam proses pembelajaran. Sehubungan dengan itu maka pendekatan pengajaran kontekstual
harus menekankan pada hal-hal berikut: 1.
Belajar berbasis masalah problem - based learning, yaitu suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan
dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. 2.
Pengajaran autentik authentic intruction yaitu pendekatan pengajaran yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna
25
Bambang, Mengapa CTL Menjadi Pilihan?, dari httprbaryans. Worpress.comcategorypendidikan, oktober 6, 2007
xxix 3.
Belajar berbasis inquiri inquiry-based learning yang membutuhkan strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan
kesempatan untuk pembelajaran bermakna. 4.
Belajar berbasis proyektugas project-based learning yang membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehebsif dimana lingkungan belajar
siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan
melaksanakan tugas bermakna lainnya. 5.
Belajar berbasis kerja work-based learning yang memerlukan suatu pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa mrnggunakan konteks
tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali ditempat kerja.
6. Belajar berbasis jasa-layanan service learning yang memerlukan
penggunaan metodelogi pengajaran yang mengkombinasikan jasa-layanan masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan
jasa-layanan tersebut. 7.
Belajar kooperatif cooperative learning yang memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa intuk bekerja sama
dalam mencapai tujuan belajar. Dari ketujuh komponen tersebut, konsep Belajar Berdasarkan Masalah
termasuk di dalamnya. Maka dari itu jelaslah bahwa model Pembelajaran Berdasarkan Masalah merupakan bagian dari pembelajaran Contextual
Teaching and Learning CTL yang berakar dari pembelajaran konstruktivisme.
Banyak pakar pendidikan mendefinisikan Pembelajaran Berdasarkan Masalah diantaranya yaitu menurut Duch, Pembelajaran Berdasarkan Masalah
adalah metode pendidikan yang mendorong siswa mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di
dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subjek. Pembelajaran Berdasarkan
Masalah menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta
xxx mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber
pembelajaran.
26
Menurut Rhem, Pembelajaran Berdasarkan Masalah merupakan pembelajaran yang dihasilkan dari bekerja dengan masalah, belajar dari
kontekstual masalah dan situasi yang terstruktur serta berusaha untuk menemukan solusi yang berarti.
27
Sedangkan Pembelajaran Berdasarkan Masalah menurut Berns dan Erickson sebagaimana dikutip oleh Evi Nursari
merupakan suatu pendekatan instruksional dalam pembelajaran yang menggunakan masalah-masalah nyata dalam kehidupan keseharian sebagai
konteks siswa untuk belajar berpikir kritis dan keahlian siswa dalam memecahkan masalah.
28
Menurut Maggi Savin-Baden dalam prolognya mengatakan bahwa “Problem based-learning is increasingly being seen as a means of educating
students to learn with complexity”.
29
Maksudnya ialah Pembelajaran Berdasarkan Masalah merupakan suatu alat yang digunakan siswa untuk
belajar sesuatu yang rumit dan dapat memecahkannya. Sedangkan menurut literatur lain, Wilkerson dan Gijselaers
mengklaim bahwa Problem based-learning is characterized by student- centered approach, teachers as “facilitators rather than disseminator,”and
open-ended problems in PBL, these are called “ill-structured that “serve as the initial stimulus and framework for learning”.
30
Menurut pengertian tersebut, Pembelajaran Berdasarkan Masalah merupakan suatu konsep
pembelajaran yang mempunyai karakteristik pembelajaran berpusat pada
26
Universitas Islam Indonesia, www.uii.ac.idindex.asp?u=710b=1v=1j=1id=8: 2006
27
Lisye Puji Febiyanti, “Identifikasi Pertanyaan Siswa SMP Selama Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based Learning Pada Konsep Pola Interaksi Organisme”, Skripsi
program Sarjana UPI Bandung, Bandung : Universitas Pendidkan Indonesia, 2004, hlm. 13
28
Evi Nursari, Efetivitas Strategi Problem-Based Learning Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Pembelajaran Sub Konsep Pemencaran Tumbuhan Pada Siswa SMU Negeri 22
Bandung ”,Skripsi Program Sarjana UPI Bandung, Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia, 2004, h. 3
29
Magi Savin-Baden, Facilitating Problem Based-Learning Illuminating Perspectives, Philadelphia : SRHE, 2003, p. 2
30
Stanford University Newsletter On Teaching, Problem Based-Learning, Winter 2001 Vol. 11, No. 1, h. 1
xxxi siswa dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran yang
bertugas memberikan rangsangan-rangsangan terhadap siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Sufery and Duffy dalam Min Liu mengatakan..”Problem-based learning PBL is an instructional approach that exemplifies student centered
learning. It emphasizes solving complex problems in rich contexts and aims at developing higher-order thinking skills. PBL has these characteristics: a
learning is student-centered; b authentic problems form the organizing focus for learning; c new information is acquired through self-directed learning;
dlearning occurs in small groups; and e teachers act as facilitators.”
31
Pandangan ini mengatakan bahwa Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mempunyai karakteristik
pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru hanya bertugas sebagai fasilitator.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah mendorong siswa untuk aktif dalam mengkonstruk pemahaman yang sudah ada dan mengaitkannya dengan
kehidupan nyata. Hal ini senada dengan pernyataan “Problem-Based Learning PBL is away of constructing and teaching courses using problem as the
stimulus and focus for student activity”.
32
Pembelajaran Berdasarkan Masalah juga bergantung pada konsep lain dari Bruner, yaitu scaffolding. Bruner memerikan scaffolding sebagai suatu
proses dimana seorang siswa dibantu menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan scaffolding dari
seorang guru atau orang lain yang memilki kemampuan lebih.
33
Dalam hal ini pembelajaran berdasarkan masalah tidak akan berjalan dengan baik tanpa
adanya dukungan dari pihak-pihak lain yang membantu siswa dalam memecahkan masalah.
31
Min Liu, Motivating Students Through Problem-Based Learning, dari http: utexas.edu, 2005, h. 2
32
David Boud and Grahame I Felleti, The Challenge of Problem-Based Learning PBL, London : Kogan Page, dari http:www.google .co.id
33
Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nor, Pembelajaran Berdasarkan Masalah Buku Ajar Mahasiswa, Surabaya : UNESSA-UNIVERSITY PRESS, 2000, h. 22
xxxii Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan
bahwa model Pembelajaran Berdasarkan Masalah merupakan suatu model pembelajaran memfokuskan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran
dan mendorong siswa agar lebih kreatif dalam memecahkan permasalahan- permasalahan yang dihadapinya. Permasalahan-permasalahan ini tentunya
yang ada kaitannya antara materi yang diajarkan dengan kehidupan keseharian siswa. Selain itu, seorang guru berperan sebagai fasilitator yang membantu
siswa untuk memecahkan masalah dalam pelaksanaan penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah tersebut.
2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berdasarkan