lxx SD 9,61
Berdasarkan hasil analisis penguasaan konsep antara sebelum dan sesudah pembelajaran terjadi peningkatan penguasaan konsep pada setiap
aspek kognitifnya. Ini terlihat dari terjadinya peningkatan nilai presentase soal yang dapat di jawab oleh siswa dengan benar. Sebelum pembelajaran siswa
masih terlihat asal-asalan dalam menjawab soal, tetapi setelah pembelajaran dilakukan secara keseluruhan siswa dapat menjawab soal dengan baik. Dari
hasil ini dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa di dalam kelas ini telah menguasai konsep yang dipelajari dengan baik.
Berdasarkan hasil analisis penguasaan konsep postes, untuk penguasaan konsep mengingat C1 secara umum siswa dapat menjawab soal
dengan baik lebih baik dari pretes. Soal yang memiliki persentase tertinggi yang yang dijawab oleh siswa adalah soal nomor 1 yang memperoleh
persentase sebesar 95 . Sedangkan soal yang memperoleh persentase terendah adalah soal nomor 6 yaitu sebesar 66 . Untuk penguasaan konsep
pemahaman C2 soal yang memperoleh persentase tertinggi adalah soal nomor 4 dan 11 yaitu sebesar 92 . Sedangkan soal yang memperoleh
persentase terendah adalah soal nomor 7 yaitu sebesar 63 . Kemudian untuk penguasaan konsep aplikasipenerapan C3 soal yang memperoleh persentase
terbesar adalah soal nomor 2 dan 3 yaitu sebesar 82 . Sedangkan soal yang memperoleh persentase terendah adalah soal nomor 10 yaitu sebesar 55 .
Kemudian yang terakhir untuk penguasaan konsep analisis C4 soal yang memperoleh persentase tertinggi adalah soal nomor 19 yaitu sebesar 84 .
Sedangkan soal yang memperoleh persentase terendah adalah soal nomor 17 yaitu sebesar 50 . Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran.
2. Analisis Data Hasil Belajar Siswa
Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada dari berbagai sumber. Data yang diperoleh berupa kalimat-kalimat bermakna
lxxi dan alamiah. Untuk data tes hasil belajar, lembar observasi dan kuisioner
dibuat dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil pengamatan pada siklus I, data hasil belajar fisika siswa diambil
melalui perangkat tes pilihan ganda yang diberikan sebelum pretes dan sesudah postes pembelajaran. Berdasarkan data yang diambil tersebut
diperoleh ringkasan data hasil balajar fisika siswa sebagaimana terdapat pada tabel 4.5. Skor pretes yang diberikan sebelum pembelajaran didapatkan hasil
rata-rata nilai sebesar 49,29 dengan nilai tertinggi 70 dan nilai terendahnya sebesar 25. Setelah melalui proses pembelajaran dan pemberian tindakan
berupa penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, hasil belajar siswa mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai sebesar 73,5 dengan nilai
tertinggi 85 dan nilai terendah sebesar 50. Jika kita konfersikan dengan skor penguasaan konsep yang diperoleh dari data hasil belajar, penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai hasil pretes siswa yang masuk dalam
kategori kurang 49,29 dan meningkat menjadi kategori baik 73,5 dari hasil postes setelah diberi perlakuan berupa tindakan penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Perhitungan skor hasil belajar dapat dilihat pada lampiran.
Besarnya peningkatan hasil belajarpun tampak terlihat langsung dari rata-rata nilai Gain ternormalisasi sebesar 0,49 yang termasuk dalam kategori
sedang. Melihat hasil ini, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa model Pembelajaran Berdasarkan Masalah yang diterapkan dalam pembelajaran
cukup efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Perhitungan gain ternoramlisasi dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.3 Ringkasan Data Hasil Belajar Fisika Siswa
Data Pretes Postes Gain ternormalisasi
N 38 38 38
Maks 70 85 0,75
Min 25 50 0,00
lxxii Rerata 49,29 73,5
0,49 SD 7,73 9,61
0,19 Sedangkan dari segi ketuntasan belajar yang menunjukan kemampuan
siswa dalam menyerap materi pembelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran, siswa dikatakan tuntas belajar bila 75 dari siswa dapat
menjawab soal postes dengan nilai 65. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, 84,2 siswa dapat menjawab soal postes dengan nilai 65.
Penghitungan presentase ketuntasan hasil belajar dapat dilihat pada lampiran.
Kemudian untuk melihat signifikansi perbedaan nilai rata-rata pretes dan postes maka dilakukan pengujian dua sampel dengan uji statistik.
Sebelum dilakukan pengujian, data terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitasnya.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas didapat dengan
menggunakan uji Chi-Kuadrat, dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila memenuhi kriteria
χ
2 hitung
χ
2 tabel
diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.
Hasil uji normalitas pretes dan postes dapat dilihat seperti pada tabel dibawah ini, sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Pretes Dan Postes
Statistik Pretes Postes
N 38 38
x
48,29 73,5 S
7,73 9,61 χ
2 hitung
7,21 22,58 χ
2 tabel
11,070 11,070 Keputusan
Berdistribusi normal Tidak berdistribusi normal
lxxiii Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95
α = 0,05 dengan derajat kebebasan dk = 5 untuk kedua data hasil penelitian tersebut. Dari tabel
dapat disimpulkan bahwa data pretes berdistribusi normal karena memenuhi kriteria
χ
2 hitung
χ
2 tabel
atau 7,21 11,070. Sedangkan data postes tidak berdistribusi normal karena tidak memenuhi kriteria
χ
2 hitung
χ
2 tabel
atau 22,58 11,070. Pada data postes data tidak berdistribusi normal karena
sebagian besar siswa mendapat nilai diatas rata-rata yang mengakibatkan kurva berada disebelah kanan kurva distribusi normal.
Setelah uji normalitas, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya. Dalam penelitian ini, nilai homogenitas didapat dengan menggunakan uji Barlet.
Kiteria pengujian yang digunakan yaitu, kedua data dikatakan homogen jika χ
2 hitung
χ
2 tabel
diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.
Hasil uji homogenitas pretes dan postes dapat dilihat pada tabel dibawah ini, sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Pretes dan Postes
Statistik S
2 pretes
59,75 S
2 postes
92,37 S
2 gabungan
76,06 χ
2 hitung
1,74 χ
2 tabel
3,841 Keputusan Homogen
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95 α = 0,05 dengan
derajat kebebasan dk = 1 untuk kedua data hasil penelitian tersebut. Dari tabel dapat disimpulkan bahwa kedua data tersebut berasal dari sampel yang
homogen karena memenuhi kiteria χ
2 hitung
χ
2 tabel
atau 1,74 3,841 .
Setelah data diuji normalitas dan homogenitasnya, kesimpulan dari pengujian tersebut data tidak berdistribusi normal maka uji statistik yang
lxxiv dipakai ialah uji
Mann-Whitney uji-Z
sampel
sebagai pengganti dari uji-t. Langkah selanjutnya ialah mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H :
2 1
μ μ
=
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran
H
a
:
2 1
μ μ
≠
Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran
Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan rumus uji- Z
sampel
, dengan kriteria sebagai berikut: Jika - Z
tabel
Z
sampel
Z
tabel
maka H diterima pada taraf kepercayaan
0,95. Jika Z
sampel
- Z
tabel
atau Z
tabel
Z
sampel
maka H
a
diterima pada taraf kepercayaan 0,95.
Rekapitulasi pengujian dapat dilihat pada tabel berikut, sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.6 Pengujian Rata-Rata Perbedaan
Pretes dan Postes Hasil Belajar Fisika Siswa
N Z
sampel
Z
tabel
Keputusan Pretes-Postes 38
7,52 1,68 signifikan
Dari perhitungan diperoleh nilai Z
sampel
sebesar 7,52 dan Z
tabel
sebesar 1,68. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa Z
sampel
berada di daerah penerimaan H
a
, yaitu Z
tabel
Z
sampel
atau 1,68 7,52. Dengan demikian H
ditolak dan H
a
diterima pada taraf kepercayaan 0,95, hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar
siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Setelah itu untuk melihat signifikansi peningkatan hasil belajar siswa
melalui nilai rata-rata Gain ternormalisasi maka dilakukan pengujian dua
lxxv sampel dengan uji statistik. Sama halnya dengan uji statistik pretes-postes,
sebelum dilakukan pengujian data terlebih dahulu diuji normalitasnya. Pengujian normalitas dalam pengujian kali ini menggunakan uji Chi-
kuadrat seperti halnya dalam pengujian sebelumnya. Adapun hasil uji normalitas nilai rata-rata N-Gain dapat dilihat seperti pada tabel dibawah ini,
sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas N-Gain
Statistik N-Gain N
38
x
0,49 S
0,19 χ
2 hitung
17,64 χ
2 tabel
11,070 Keputusan
Tidak berdistribusi normal Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95
α = 0,05 dengan derajat kebebasan dk = 5 untuk data hasil penelitian tersebut. Dari tabel dapat
dilihat bahwa data tidak berdistribusi normal karena tidak memenuhi kriteria χ
2 hitung
χ
2 tabel
atau 17,64 11,070. Pada data nilai rata-rata N-Gain tidak berdistribusi normal karena sebagian besar siswa mendapat nilai diatas rata-
rata yang mengakibatkan kurva berada disebelah kanan kurva distribusi normal.
Kesimpulan dari pengujian tersebut data tidak berdistribusi normal maka uji statistik yang dipakai sama dengan uji statistik sebelumnya yaitu uji
Mann-Whitney uji-Z
sampel
sebagai pengganti dari uji-t. Langkah selanjutnya ialah mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H :
2 1
μ μ
=
Penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah tidak dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa
H
a
:
2 1
μ μ
≠
lxxvi Penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat
meningkatkan hasil belajar fisika siswa Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan rumus uji-
Z
sampel
, dengan kriteria sebagai berikut: Jika - Z
tabel
Z
sampel
Z
tabel
maka H diterima pada taraf kepercayaan
0,95. Jika Z
sampel
- Z
tabel
atau Z
tabel
Z
sampel
maka H
a
diterima pada taraf kepercayaan 0,95.
Rekapitulasi pengujian dapat dilihat pada tabel berikut, sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.8 Pengujian Rata-Rata Nilai Gain Ternormalisasi
N Z
sampel
Z
tabel
Keputusan Pretes-Postes 38
- 7,47
-1,68 signifikan Dari perhitungan diperoleh nilai Z
sampel
sebesar -7,47 dan Z
tabel
sebesar -1,68. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa Z
sampel
berada di daerah penerimaan H
a
, yaitu Z
sampel
- Z
tabel
atau -7,47 -1,68. Dengan demikian H
ditolak dan H
a
diterima pada taraf kepercayaan 0,95, hal ini menunjukan bahwa Penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Analisis untuk data hasil lembar observasi dan kuisioner persepsi
siswa terhadap model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dilakukan dengan menghitung persentase dari masing-masing skor yang diperoleh. Dari hasil
pengamatan melalui lembar observasi, dari 15 aspek yang diamati secara keseluruhan rata-rata persentase aktivitas belajar siswa dilakukan dengan baik.
Pengamatan melalui lembar obseravsi ini dilakukan pada pertemuan kedua, ketiga dan keempat. Dari hasil pengamatan, pada pertemuan ke dua skor rata-
rata awal aktivitas siswa diperoleh sebesar 43,50. Kemudian pada pertemuan ketiga meningkat menjadi 44,50. Begitu juga pada pertemuan keempat skor
rata-rata aktivitas belajar siswa meningkat menjadi 51,75 dan secara
lxxvii keseluruhan diperoleh skor rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 46,67. Dari
skor ini kemudian di olah sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa sekitar 77,8 siswa melakukan aktivitas pembelajaran dengan baik
melalui penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada pembelajaran fisika.Hasil pengamatan tentang aktivitas siswa melalui lembar
observasi dan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran. Kemudian setelah postes diberikan, untuk mengetahui respon siswa
terhadap model Pembelajaran Berdasarkan Masalah maka siswa diberikan kuisioner yang berisi pernyataan-pernyataan tentang tanggapan terhadap
model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Berdasarkan hasil kuisioner yang telah diberikan pada siswa setelah kegiatan pembelajaran diakhir siklus, siswa
mempunyai persepsi yang positif terhadap model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Artinya siswa senang belajar dengan menggunakan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Berdasarkan data yang diperoleh, rata- rata persentase siswa yang berpandangan positif terhadap model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah lebih besar daripada siswa yang mempunyai pandangan negatif yaitu sekitar 78,4 siswa berpandangan positif dan 21,6 siswa
berpandangan negatif.
C. Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah