4. Planned impulse buying yaitu pembelian yang terjadi ketika kondisi
penjualan tertentu diberikan. Dorongan berupa intensi membeli berdasarkan harga khusus, kupon, diskon lain sebagainya tanpa
merencanakan produk yang akan dibeliya. Dalam penelitian ini peneliti tidak membatasi jenis impulse buying yang
dilakukan oleh partisipan karena tidak adanya wawancara langsung terhadap partisipan.
2.1.3 Karakteristik impulse buying
Rook dalam Eangle et al., 1995 menggolongkan seseorang yang melakukan impulse buying dapat memiliki satu atau lebih karakteristik, ia
menggolongkan kedalam empat karakteristik yaitu spontanitas, kekuatan, paksaan, dan intensitas, kegembiraan dan stimulasi serta mengabaikan
konsekuensi. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1.
Spontanitas. Artinya bahwa pembelian dilakukan secara tidak diharapkan dan memotivasi konsumen untuk membeli saat itu juga, sering dalam
menanggapi rangsangan visual langsung. 2.
Kekuasaan, paksaan dan intensitas. Hal ini dapat menjadi motivasi untuk menempatkan dan mengenyampingkan segalanya dan segera bertindak
. 3.
Kegembiraan dan stimulasi. Artinya dorongan seseorang yang mendadak untuk membeli seringkali disertai oleh emosi yang ditandai sebagai hal
yang menggembirakan, sangat gembira atau liar.
4. Mengabaikan konsekuensi. Artinya dorongan seseorang untuk membeli
barang bisa begitu tak tertahankan dengan konsekuensi yang berpotensi negatif yang diabaikan.
2.1.4 Faktor yang mempengaruhi impulse buying
Menurut Dawson dan Kim 2009 faktor yang mempengaruhi impulse buying dibagi ke dalam dua faktor yaitu faktor eksternal dan internal berikut
penjelasannya: 1. Faktor eksternal
Menurut Youn dan Faber dalam Dawson Kim, 2009 faktor eksternal impulse buying mengacu pada isyarat pemasaran atau rangsangan yang
ditempatkan dan dikendalikan oleh pemasar dalam upaya untuk memikat konsumen dalam perilaku pembelian.
2. Faktor internal Menurut Kacen dan lee dalam Dawson Kim, 2009 Faktor internal
impulse buying fokus langsung pada individu, faktor internal dan karakteristik individu yang membuat mereka terlibat dalam perilaku
pembelian impuls. Faktor-faktor eksternal tersebut melibatkan ciri kepribadian konsumen yang menentukan tingkat impulse buying mereka,
seperti kondisi emosional, component normative, dan faktor demografi. Stimulus internal diproses oleh konsumen melalui afektif atau
kognitif yang menghasilkan perilaku impulsif atau non impulsif. Menurut Coley dan Burgess dalam Dawson Kim, 2009 Perasaan mungkin
mencakup dorongan tak tertahankan untuk membeli, emosi membeli yang positif, dan manajemen mood.
Sedangkan component normative menurut Rook dan Fisher dalam Dawson Kim, 2009 sebagai penilaian konsumen tentang kesesuaian
yang membuat pembelian impulsif dalam situasi pembelian tertentu. Konsumen terlibat dalam impulse buying hanya ketika mereka merasa
sesuai dengan orang lain. Kecenderungan impuls konsumen digagalkan ketika mereka percaya impulse buying secara sosial tidak pantas.
Selain itu Stern 1986 menyebutkan bahwa terdapat sembilan faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan impulse buying. Faktor-faktor tersebut
yaitu low price, Marginal Need for Hem, Mass Distribution, Mass Distribution, Self-Service, Mass Advertising, Prominent Store Display,
Short Product Life, Small Size or Light Weight, Ease of Storage. Penjelasannya adalah sebagai berikut yaitu:
1. Low Price.
Dari beberapa faktor yang paling banyak mempengaruhi impulse buying adalah harga, harga mungkin faktor yang paling langsung dapat dirasakan
oleh pembeli. Harga juga mempengaruhi pembelian impulsif barang kenyamanan misalnya, jika pembeli berencana untuk membeli dua batang
sabun dengan harga sekitar Rp. 3000 masing-masing tetapi menemukan sabun pada penjualan khusus tiga buah sabun Rp. 7500, mungkin pembeli