Kesimpulan KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Kemudian, faktor demografis yang berpengaruh terhadap impulse buying hanyajenis kelamin.Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Činjarević 2010menunjukkan bahwafaktor demografijenis kelamin, usia dan status perkawinan, menghasilkanperbedaan yang signifikan dalamkecenderunganmembeli impuls. Impulsebuyingbiasanyatampakjelas pada perbedaan gender. Temuanyang paling banyak dilaporkanadalahbahwa perempuancenderung melakukanpembelian dari pada pria. Temuan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Widawati 2011 bahwa sejalan dengan sifat wanita yangmenyenangi belanja, maka dibanding sampel laki-laki,konsumen wanita tetap memilikikecenderungan impulse buyingtinggi yang lebihbanyak dibanding konsumen laki-laki. Sisi emosiyang cenderung mendominasi perasaan dan pikiranwanita menjadi sumber mengapa mereka menjadimudah tergugah oleh stimulasi dari lingkunganyang ditawarkan, sekalipun mereka menyadaribahwa barang-barang tersebut belum tentudibutuhkan. Tetapi dalam penelitian ini peneliti tidak menggunakan metode analisis yang sama, sehingga hanya diambil kesimpulan secara menyeluruh bahwa jenis kelamin mempengaruhi impulse buying dan tidak diketahui besarannya masing-masing. Hal tersebut dilakukan peneliti karena jumlah sampel wanita yang lebih dominan dibandingkan laki-laki sehingga tidak dapat dilakukan perbandingan diantara keduanya dan hal tersebut merupakan salah satu kelemahan dalam penelitian ini. Dimensi subjective well-being yang tidak signifikan yaitu dimensi kognitif dan dimensi afektif.Hasil penelitian ini berarti bahwa seseorang melakukan pembelian karena mereka merasakan kepuasan terhadap hal tertentu dalam hidup mereka bukan karena adanya dorongan perasaan untuk membeli barang tanpa adanya perencanaan sebelumnya atau impulse buying.Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Diener et.al.1997 yaitu suatu aspek afektif dan kognitif individu dimana mereka merasakan kepuasan terhadap aspek-aspek tertentu dari kehidupan mereka. Selain itu dimensi self-esteem yang tidak signifikan adalah self-liking danself-competence.Berdasarkan hasil penelitian tersebut bahwaself-esteem yang berarti penilaian individu terhadap dirinya dan kurangnya kontrol individu tersebut, tidak berpengaruh terhadap impulse buying. Karena adanya dorongan dalam membeli suatu barang yang dilakukan oleh seseorang tidak hanya berasal dari persetujuan dalam diri orang tersebut saja, tetapi banyak hal lain yang dapat mendorong orang tersebut untuk melakukan pembelian. Misalnya ketidaksungguhan responden dalam mengisi angket, hal tersebut dapat terjadi karena tujuan utama mereka datang ke ritel untuk melakukan pembelanjaan.Selain itu seseorang membutuhkan kenyamanan dalam