subskala perasaan keberhasilan dan control misalnya Saya hampir selalu mampu untuk mencapai apa yang saya coba .
Tabel 3.5 Blue print skala self-esteem
No Dimensi
Indikator Fav
Unfav Jml
Contoh item
1 Self-liking
Memberikan penilaian terhadap diri sendiri
3, 5, 9 1, 6,
10,11, 15 8
item Saya
cenderung tidak
menghargai diri sendiri
Menghargai diri sendiri Menerima diri sendiri.
Merasa nyaman dengan dirinya
2 Self-
competence Perasaan akan keberhasilan
2, 4, 12,
14, 16 7,8,13
8 item
Saya sangat berbakat
Dapat mengontrol dirinya
3.4 Uji Validitas Konstruk
Untuk menguji validitas alat ukur dalam penelitian ini, peneliti menggunkan Confirmatory Factor Analysis CFA dengan software Lisrel 8.70
adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapat kriteria hasil CFA yang baik dijelaskan oleh Umar dalam Adiprasetyo, 2011, yaitu:
1. dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai Chi-Square yang
dihasilkan. Jika nilai Chi-Square tidak signifikan p 0.05 berarti semua item hanya mengukur satu faktor saja. Namun jika Chi-Square signifikan p 0,05,
maka perlu dilakukan modifikasi terhadap model pengukuran yang diuji sesuai langkah kedua berikut ini.
2. Jika Chi-Square signifikan p 0,05 , maka dilakukan modifikasi model
pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item selain mengukur konstruk yang ingin
diukur, item tersebut juga mengukur hal yang lainmengukur lebih dari satu konstruk multidimensional, jika setelah beberapa kesalahan pengukuran
dibebaskan untuk saling berkorelasi dan akhirnya diperoleh model yang fit, maka model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah selanjutnya.
3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item dengan
melihat apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai koefisien positif. Untuk melihat signifikan tidaknya item tersebut mengukur
faktornya, digunakan t-test terhadap koefisien muatan faktor item. Jika t 1.96 maka item tersebut signifikan dan tidak akan di drop, begitupun sebaliknya.
4. Setelah itu dilihat apakah ada item yang muatan faktornya negatif. Dalam hal
ini, jika ada pernyataan negatif, maka ketika dilakukan skoring terhadap item, arah skoringnya diubah menjadi positif. Jika setelah diubah arah skoringnya
masih terdapat item bermuatan negatif, maka item tersebut akan di drop. 5.
Apabila kesalahan pengkurannya berkorelasi terlalu banyak dengan kesalahan pengukuran pada item lain, maka item seperti ini pun dapat di drop karena
bersifat multidimensi yang sangat kompleks. Selanjutnya, dengan menggunakan SPSS 17.0 dan model satu faktor
kemudian dihitung di estimasi nilai satu faktor true score bagi setiap orang untuk variabel yang bersangkutan. Dalam hal ini yang dianalisis faktor hanya
item yang memiliki nilai faktor positif. Item yang bernilai faktor negatif di drop dan tidak diikut sertakan dalam skoring.
Dalam penelitian ini data yang akan dianalisis adalah hasil pengukuran dalam bentuk skor faktor seperti yang diperoleh pada langkah diatas, kecuali
untuk variabel usia dan jenis kelamin.
3.4.1 Uji validitas konstruk impulse buying
Pertama-tama, diteliti apakah 20 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur impulse buying. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi-square = 118.81, df = 170, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.169. Oleh karena itu,
dilakukan modifikasi terhadap model. Di mana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan 71
kali pembebasan item, diperoleh model fit dengan chi-square = 119.48, df = 99, P-value = 0.07892, RMSEA = 0.031. Nilai chi-square menghasilkan P-value
0.05 tidak signifikan, yang artinya model bersifat satu faktor unidimensional di mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu impulse buying.
Selanjutnya dilihat apakah item tersebut mengukur faktor yang hendak diukur secara signifikan atau tidak. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian
hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat T-Value bagi setiap koefisien muatan faktor, seperti pada tabel
3.6.
Tabel 3.6 Muatan faktor item
impulse buying
No item Lamda
Error T-Value
Signifikan 1
0.23 0.07
3.38 V
2 0.31
0.07 4.33
V 3
0.47 0.07
6.91 V
4 0.39
0.07 5.58
V 5
0.36 0.07
5.28 V
6 0.48
0.07 7.31
V 7
0.70 0.07
10.42 V
8 0.48
0.07 7.41
V 9
0.49 0.07
7.46 V
10 0.59
0.06 9.30
V 11
0.60 0.07
8.93 V
12 0.63
0.06 9.53
V 13
0.60 0.07
8.87 V
14 0.67
0.07 10.95
V 15
0.56 0.08
8.71 V
16 0.70
0.07 10.79
V 17
0.59 0.07
8.81 V
18 0.41
0.07 5.74
V 19
0.48 0.07
7.14 V
20 0.54
0.07 8.33
V Keterangan : tanda V = Signifikan t 1.96, X = Tidak Signifikan
Dari tabel 3.5, berdasarkan pada muatan faktor lambda dan t-value, setiap item dikatakan signifikan. Hal tersebut dikarenakan koefisien muatan faktor
tiap item impulse buying yang positif dan nilai koefisien t 1,96.
3.4.2 Uji validitas konstruk subjective well-being
1. Kognitif
Pertama-tama, diteliti apakah 5 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar hanya mengukur kognitif. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan chi-square = 49.12, df = 5, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.205. Oleh karena itu, dilakukan modifikasi terhadap model.
Di mana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya. Setelah dilakukan 3 kali pembebasan item, diperoleh model fit