Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Antasari sahrah menunjukkan bahwa remaja putri pada usia 16-21 tahun tergolong konsumen yang
konsumtif, karena dalam pembelian suatu produk hanya ditujukan untuk prestise dan harga diri, bukan berdasarkan pada kebutuhan yang sebenarnya.
Selain itu menurut Antasari dan sahrah alasan seorang remaja melakukan impulse buying biasanya tertarik dengan kemasan, warna atau banyak teman-
temannya juga memiliki. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Widawati 2011 usia di
atas 42 tahun, lebih banyak yang menunjukkan perilaku impluse buying yang tinggi dibanding sampel yang berusiadi bawah 42 tahun. Kondisi ini menjadi
menarik, mengingat bila merujuk pada tahap perkembangan manusia, pada masa usia di atas 42 tahun, adalah masa dewasa madya. Pada masa ini, manusia
memiliki kebutuhan untuk menampilkan eksistensi diri melalui kemapanan dari sisi status sosial. Dengan status sosial dan ekonomi yang mapan, memberi
peluang bagi konsumen untuk dengan mudah menentukan perilaku pembelian. Kebutuhan-kebutuhan yang terkait dengan sisi pengakuan atau penghargaan
sosial menjadi hal yang signifikan penting untuk dipenuhi, dan hal tersebut memberi peluang untuk melakukan pembelian-pembelian secara spontan.
2.5.2 Jenis Kelamin
Menurut Underhill dalam Coley, 2002 wanita pada umumnya lebih sabar dan ingin tahu dari pada pria mengenai keputusan pembelian dan mereka
bangga dengan kemampuan mereka untuk memilih item yang sempurna.
Perempuan memiliki tuntutan yang lebih tinggi dari lingkungan belanja dari pada laki-laki. Secara umum, pria bergerak lebih cepat dari pada wanita
melalui lorong toko, menghabiskan lebih sedikit waktu melihat- lihat barang, biasanya tidak suka untuk bertanya mengenai suatu hal atau pertanyaan lain,
dan dalam banyak pengaturan cenderung tidak melihat sesuatu yang mereka tidak bermaksud untuk membelinya.
Widawati 2011 menemukan bahwa sejalan dengan sifat wanita yang menyenangi belanja, maka dibanding konsumen laki-laki, wanita tetap
memiliki kecenderungan impulse buying tinggi yang lebih banyak dibanding konsumen laki-laki. Sisi emosi yang cenderung mendominasi perasaan dan
pikiran wanita menjadi sumber mengapa mereka menjadi mudah tergugah oleh stimulasi dari lingkungan yang ditawarkan, sekalipun mereka menyadari
bahwa barang-barang tersebut belum tentu dibutuhkan.
2.6 Kerangka Berfikir
Kehidupan konsumtif semakin menjadi gaya hidup masyarakat, hal ini tampak dari semakin banyaknya pusat perbelanjaan yang melayani penyediaan
barang-barang kebutuhan konsumen dalam berbagai kebutuhan. Banyak alasan yang menyebabkan konsumen melakukan kegiatan konsumtif, semua alasan
dapat digolongkan dalam keinginan untuk memenuhi kebutuhan needs bahkan keinginan wants. Aktifitas pemenuhan kebutuhan konsumtif
dilakukan dengan istilah belanja. Berbelanja yang dilakukan konsumen pada dasarnya tidak hanya dilakukan untuk pembelian yang direncanakan tetapi
termasuk juga untuk pembelian barang-barang yang tidak direncanakan.