Aspek social influence Social Influence

1989 dimana skala ini mengukur seberapa besar seseorang akan terpengaruh terhadap lingkungan sosialnya. Skala Consumers Susceptibility to Interpersonal Influence CSII terdiri dari 12 item yang mengukur dua subskala. Subskala pertama melihat pengaruh komponen informational yang mencakup tiga item untuk mengukur sejauh mana individu mencari informasi yang berkaitan dengan pembelian dari lingkungan sosialnya. Sedangkan subskala kedua melihat pengaruh komponen normatif yang mencakup sembilan item mengukur sejauh mana konsumen mendapatkan persetujuan atau penegasan dari lingkungan sosial mereka.

2.4 Self-Esteem

2.4.1 Pengertian self-esteem

Self-esteem adalah sikap, yaitu evaluasi individu dari konsep diri. Self- esteem menurut Tafarodi dan Swann 1995 harus mengukur sikap negatif dan positif secara keseluruhan terhadap dirinya . Sedangkan menurut Rosenberg dalam Guindon,2009 self-esteem adalah sikap terhadap objek tertentu setiap karakteristik diri dievaluasi dan menghasilkan perkiraan karakteristik tersebut dan setiap elemen diri dievaluasi sesuai dengan nilai yang telah berkembang selama masa kanak-kanak dan remaja. Selain itu menurut Minchington 1993 self-esteem adalah nilai yang kita tempatkan pada diri kita sendiri. Nilai tersebut adalah penilaian kita sebagai manusia, berdasarkan persetujuan atau ketidaksetujuan dari diri kita sendiri dan perilaku kita. Self-esteem juga bisa menggambarkan sebagai hal untuk menahan diri, atau perasaan tentang diri sendiri berdasarkan pada siapa dan apa yang kita percaya. Meskipun kita berpikir apakah kita sebagai seseorang yang baik. Self-esteem menurut Minchington 1993 bukanlah kualitas tunggal atau aspek dalam arti yang lebih luas, tetapi self-esteem adalah kombinasi dari sifat- sifat dan sikap yang berhubungan dan merupakan pusat dasar di mana kita membangun kehidupan kita dan karena kita tidak hidup terisolasi dengan lingkungan, cara kita merasa tentang diri kita dapat mempengaruhi bagaimana kita berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita dan setiap aspek kehidupan lainnya. Adapun teori yang digunakan untuk variabel self-esteem yang menjadi landasan penelitian yaitu teori yang digunakan oleh Tafarodi and Swann 1995.

2.4.2 Aspek self-esteem

Beberapa ilmuwan menyatakan tentang aspek-aspek self-esteem, salah satunya yaitu menurut Tafarodi dan Swann 1995 membagi self esteem menjadi dua aspek atau dua dimensi yaitu self-liking dan self-competence penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Self-liking adalah penilaian afektif kita tentang diri kita, persetujuan atau ketidaksetujuan dari diri kita, sejalan dengan nilai-nilai sosial diinternalisasi, keinginan diri yang tinggi ditandai dengan positif mempengaruhi, penerimaan diri, dan kenyamanan dalam pengaturan sosial Rogers dalam Tafarodi Swann, 1995. 2. Self-competence adalah rasa keseluruhan dalam diri yang mampu, efektif dan terkendali. Jika seseorang memiliki self-competence yang tinggi maka ia akan memiliki afektif dan evaluatif karakteristik yang positif Tafarodi Swann, 1995. Sedangkan menurut Michington 1993 self-esteem bukanlah sifat atau aspek tunggal saja, melainkan sebuah kombinasi dari beragam sifat dan perilaku kemudian ia membagi aspek self-esteem menjadi tiga aspek yaitu: 1. Perasaan mengenai diri sendiri a. Menerima diri sendiri Individu dapat menerima dirinya secara penuh, merasa nyaman dengan keadaan dirinya dan memandang baik tentang dirinya apapun kondisinya. Oleh karena itu, apapun yang terjadi individu mampu menilai dirinya memiliki keunikan tersendiri, menghargai setiap potensi yang dimiliki tanpa pernah mengeluh. b. Memaafkan diri sendiri Memaafkan diri sendiri atas ketidaksempurnaan dan kesalahan yang dibuatnya. Jika seseorang tidak menyukai dirinya sendiri, membiarkan orang lain merendahkannya, kerap mencela dirinya sendiri, serta merendahkan diri maka ia akan merasakan kepedihan dan penderitaan mental. Dua hal ini pada puncaknya akan termanifestasikan dalam harga diri yang rendah c. Menghargai diri sendiri. Dengan menghargai dirinya sendiri, perasaannya tentang kompetensi lebih tinggi dan tidak bergantung pada kondisi eksternal. Dimana perasaannya akan gembira saat dipuji orang lain. Seseorang dengan