gairah, atau sifat dalam budaya barat di mana sebagian skala telah diciptakan yang terdiri dari 12 item Diener et al., 2010.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala SWLS dari Diener et.al 1985 dan PANAS dari Watson, Clark dan Tellegen 1988. Alasan peneliti
menggunakan skala tersebut karena ingin melihat kepuasan hidup seseorang secara kognitif dan afektif seseorang.
2.3 Social Influence
2.3.1 Pengertian social influence
Social influence adalah perubahan sikap, keyakinan, dan opini individu setelah berinteraksi dengan individu atau kelompok lain. Menurut Coleman
et.al. dalam Zagenczyk, 2006 social influence adalah seseorang yang menjaga hubungan satu sama lain akan memiliki kesamaan interpersonal yang lebih
besar mengenai persepsi atau sikap. Selain itu menurut Bearden dalam Bearden et.al., 1992 social influence adalah kecenderungan seseorang untuk
belajar tentang produk dan jasa dengan mengamati, mencari informasi agar sesuai dengan harapan orang lain.
Menurut McGuire Hoffman Broekhuizen social influence adalah sifat
umum yang bervariasi pada seseorang dan pengaruh kemampuan relatif seseorang dalam satu situasi cenderung memiliki hubungan positif yang
signifikan terhadap kemampuan mempengaruhi seseorang dalam berbagai situasi sosial lainnya. Adapun teori yang digunakan untuk variabel social
influence yang menjadi landasan penilitian yaitu teori yang digunakan oleh Bearden et.al. 1992.
2.3.2 Aspek social influence
Beberapa ilmuwan menyatakan tentang beberapa aspek social influence. Menurut Bearden et.al. 1992 terdapat dua aspek social influence yaitu
component normative dan component informational penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Component normative
Menurut Bearden et.al dalam Bearden et.al., 1992 component
normative dianggap sebagai nilai ekspresif atau utilitarian. Nilai ekspresi mencerminkan keinginan untuk meningkatkan citra seseorang di mata
orang lain yang relevan dan beroperasi melalui proses identifikasi. Pengaruh utilitarian menurut Burnkrant et.al dalam Bearden et.al., 1992
adalah mencerminkan upaya individu untuk memenuhi harapan referen untuk mencapai rewads atau menghindari sanksi dari rujukan tersebut dan
beroperasi melalui prosess kepatuhan. Dengan demikian, individu-individu yang tinggi component normativenya cenderung untuk membeli produk
dimana mereka merasa orang lain akan menyetujui atau melihat positif
.
Sedangkan menurut Kropp et.al. 2005 component normative adalah seorang individu perlu menggunakan produk atau merek untuk
mengidentifikasi citra mereka di mata orang lain nilai ekspresif dan kemauan individu untuk menyesuaikan diri dengan harapan orang lain
dalam membuat keputusan pembelian utilitarian. Sedangkan menurut Cialdini dan Goldstein dalam Hoffman
Broekhuizen component normative adalah kerentanan terhadap pengaruh