95
Sumber: Dokumen PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014
Gambar 5.10 Penanggung Jawab Dokumen K3LH PT. Dirgantara Indonesia
2. Cabang Compatibility LTA E7
Cabang dengan kode E7 ini mempertimbangkan pengendalian yang direkomendasikan kompatibel dengan
persyaratan yang ada. Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia dalam memberi rekomendasi pengendalian tidak
kompatibel dengan hirarki pengendalian.
96 Berdasarkan telaah dokumen prosedur risk assessment PT.
Dirgantara Indonesia, rekomendasi pengendalian yang diberikan sesuai hirarki. Berikut ini hirarki pengendalian pada prosedur:
a. Eliminasi bahaya yaitu menghilangkan bahaya yang ada;
b. Substitusi yaitu mengganti alat bahan, proses yang berbahaya
dengan yang kurang bahaya; c.
Rekayasa teknis yaitu memberikan perlindungan secra teknis seperti alat pengaman, ventilasi dll;
d. Kontrol administratif yaitu memberikan perlindungan secar
administratif seperti melengkapi prosedur, instruksi kerja, pelatihan;
e. Melengkapi alat pelindung diri.
Namun berdasarkan telaah dokumen form hasil risk assessment PT. Dirgantara Indonesia, rekomendasi pengendalian
yang diberikan lebih banyak kontrol administratif serta APD. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 5.5 form hasil risk
assessment PT. Dirgantara Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber,
diketahui bahwa rekomendasi pengendalian tidak hanya mempertimbangkan hirarki, namun juga mempertimbangkan
situasi dan kondisi, termasuk anggaran. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber:
97 “
Oh iya, disamping persyaratan yang berlaku, juga situasi dan kondisi termasuk anggaran. Di PT. DI kalau sudah menyangkut
anggaran, prioritas utamanya produksi... “ KS.
“ Pengendalian yang kita rekomendasikan sesuai hirarki yah,
kan ada di prosedur. Tapi yah disesuaikan dengan keadaan dan lain-lain.
“ KP. Berdasarkan dokumen Rencana Keuangan Anggaran
Perusahaan RKAP PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014, membuktikan bahwa ada post anggaran untuk pengendalian
berupa training dan hardware. Post anggaran hardware disini terdiri dari perlengkapan-perlengkapan, seperti APD, APAR,
kotak P3K, alat pengukuran, dan lain-lain. Namun jumlah anggaran terbatas. Hal tersebut sesuai pernyataan narasumber
berikut ini: “
... Yang jelas kalo disini anggaran kalopun pun ada kan sifatnya terbatas.
“ KS.
3. Cabang Testing of Control LTA E8
Cabang dengan kode E8 ini mempertimbangkan pengendalian
diuji untuk
efektivitas sebelum
diimplementasikan. Direktorat
Produksi PT.
Dirgantara Indonesia tidak melakukan pengujian pengendalian sebelum
diimplementasikan.
98 Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber,
diketahui bahwa sebenarnya pelaksana mengetahui perlunya pengujian sebelum implementasi. Namun, beberapa keterbatasan
baik dana, personil, dan waktu menyebabkan pengujian tidak diutamakan untuk dilakukan. Berikut ini kutipan pernyataan
narasumber: “
Idealnya diuji dulu sebelum diterapkan... Jadi perlu juga pengujian, idealnya gitu, tapi kan itu juga harus pake
prioritas... “ KS.
Selain itu, pengendalian yang sudah umum dilakukan menjadi
alasan untuk
tidak diperlukannya
pengujian. Rekomendasi pengendalian langsung diterapkan dan dilihat
beberapa hari. Berikut kutipan pernyataan narasumber: “
Loh sudah pasti efektif kok kan sudah terbukti, dengan training bisa meningkatkan pengetahuan, dengan APD kan sudah dari
pabriknya diuji. “ KP.
“ Pengujiannya ya langsung diterapkan yah dilihat beberapa
hari, kalau ada masalah ya lapor. “ SB.
Selanjutnya berdasarkan telaah dokumen hasil risk assessment PT. Dirgantara Indonesia, terdapat kolom resultant
index, yaitu evaluasi ulang indeks risiko setelah pengujian tindakan pengendalian. Namun, pelaksanaan analisis hanya
sekitar 4-8 jam, sehingga tidak memungkinkan adanya pengujian. Kolom tersebut diisi berdasarkan perkiraan saja