149
yang berlaku secara umum Siagian, 2002. Dalam hal ini, hukuman diberikan ketika sebuah tingkah laku yang tidak
diharapkan ditampilkan oleh orang yang bersangkutan atau orang yang bersangkutan tidak memberikan respon atau tidak
menampilkan sebuah tingkah laku yang diharapkan. Tingkah laku tersebut adalah pengendalian yang tidak diterapkan oleh pekerja.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa terdapat punishment apabila pengendalian tidak diterapkan, mulai dari
peringatan lisan,
tertulis, penundaan
kenaikan pangkat,
pemotongan gaji, sampai pemecatan. Hal tersebut membuktikan bahwa ada peraturan yang berguna mengarahkan agar pengendalian
dilakukan. Dengan adanya panduan serta peraturan terkait penggunaan
pengendalian, maka pengendalian diterapkan dengan baik. Terbukti berdasarkan hasil pengamatan, bahwa pekerja menggunakan APD,
serta training dilaksanakan. Berdasarkan hasil penelitian, cabang Use Not Mandatory
tidak bermasalah. Hal tersebut karena terdapat punishment apabila pengendalian tidak diterapkan.
150
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Pelaksanaan risk assessment di Direktorat Produksi PT. Dirgantara
Indonesia terdapat beberapa komponen dari ruang lingkup yang tidak tepat, yaitu tidak semua lokasi dilaksanakan risk assessment karena
pelaksanaannya hanya berdasarkan proses, tidak ada aturan pelaksanaan risk assessment berdasarkan periode waktu, personil yang melaksanakan
risk assessment tidak ditentukan, serta ketidaksesuaian penentuan kategori analisis risiko konsekuensi dan kemungkinan antara prosedur
dengan form hasil risk assessment. 2.
Dalam menganalisis penyebab masalah dalam pelaksanaan risk assessment berdasarkan teknik MORT, berikut ini status dari cabang task
spesific risk assessment LTA: A.
Cabang task spesific risk analysis LTA a.
Cabang yang tidak bermasalah yaitu: i.
Cabang use of workers’ suggestion and inputs karena pekerja dilibatkan dalam pemberian masukan terkait risiko yang
dihadapi.
151
ii. Cabang Budget LTA karena anggaran dana tersedia dalam
anggaran program K3LH secara umum yang dapat mendukung berlangsungnya program.
b. Cabang yang bermasalah yaitu:
i. Cabang technical information system karena sistem pertemuan
berjenjang yang ada tidak dilaksanakan dengan baik, yaitu tidak semua unit melaksanakan pertemuan level 1 serta
pertemuan tidak selalu mebahas safety. ii.
Cabang Time LTA karena pelaksanaan risk assessment tidak sesuai jadwal berkala.
iii. Cabang Scope LTA karena tidak semua lokasi dilaksanakan
risk assessment karena pelaksanaan hanya berdasarkan proses, serta risiko yang dianalisis hanya risiko keselamatan dan
kesehatan. iv.
Cabang Analytical Skill LTA karena personal pelaksana tidak ditentukan, pelaksana tanpa kompetensi serta surat tugas.
v. Cabang Hazard Selection LTA terdiri dari cabang Hazard
Identification LTA dan Hazard Prioritisation LTA. Cabang Hazard Identification LTA bermasalah karena PT. Dirgantara
Indonesia tidak melihat bahaya terhadap terhentinya proses produksi. Kemudian cabang Hazard Prioritisation LTA
bermasalah karena terdapat ketidaksesuaian penentuan