122
2012 tentang penerapan SMK3 pasal 13 ayat 1, dijelaskan bahwa prosedur informasi harus memberikan jaminan bahwa
informasi K3 dikomunikasikan. Berdasarkan
hasil penelitian,
cabang Technical
Information Systems bermasalah. Hal tersebut karena sistem pertemuan berjenjang yang ada tidak dilaksanakan dengan baik,
yaitu tidak semua unit melaksanakan pertemuan level 1 serta pertemuan tidak selalu membahas safety. Dampaknya adalah
tidak terkumpulnya informasi untuk analisis risiko dari pekerja tingkat bawah.
Untuk itu, sebaiknya PT. Dirgantara Indonesia mengubah waktu sistem pertemuan level 1 menjadi lebih siang yaitu jam
08.00 – 08.15 WIB. Selain itu, dapat dipertimbangkan untuk
penambahan waktu pertemuan, atau membagi waktu yang ada untuk membahas SQCDP secara merata, misalnya untuk satu
pembahasan hanya 3 menit.
B. Cabang Execution LTA
Cabang ini mempertimbangkan hal-hal yang memengaruhi kualitas analisis risiko. Terdapat 5 cabang yang mempengaruhi
kualitas analisis risiko, yaitu:
123
1. Cabang Time LTA
Pertimbangan waktu diperlukan untuk melakukan analisis risiko. Dalam melaksanakan risk assessment harus dilakukan
sebelum dan selama proses pekerjaan berjalan. Sebelum bekerja karena untuk melindungi pekerja sebelum dampak buruk terjadi.
Selanjutnya selama proses kerja terus dilakukan peninjauan terutama apabila ada perubahan.
Berikut ini perbandingan ketentuan peninjauan risk assessment dalam Peraturan Pemerintah no. 50 tahun 2012
tentang penerapan SMK3 pasal 15 ayat 4 dengan prosedur risk assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2009:
Tabel 6.1 Perbandingan Ketentuan Peninjauan Risk Assessment
No. Menurut PP No. 50 Tahun 2012
Prosedur Risk
Assessment PT. Dirgantara
Indonesia
1 Terjadi perubahan peraturan perundang-undangan
V 2
Adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar X
3 Adanya perubahan produk dan kegiatan
perusahaan V
4 Terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan
X 5
Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemiologi
X
6 Adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja
V 7
Adanya pelaporan V
8 Adanya masukan dari pekerja buruh
V
124
Berdasarkan tabel 6.1, PT. Dirgantara Indonesia dalam menentukan pelaksanaan risk assessment tidak melihat pada
tuntutan pihak terkait dan pasar, perubahan struktur organisasi perusahaan, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi termasuk epidemiologi. Padahal hal-hal tersebut juga perlu dilihat untuk menentukan waktu pelaksanaan risk
assessment. Adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar perlu dipertimbangkan demi bersaing dalam pasar global sesuai
visi perusahaan, karena saat ini pasar banyak yang meminta perusahaan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja.
Kemudian adanya
perubahan struktur
organisasi perusahaan perlu dipertimbangkan terkait pembagian tugas dan
tanggung jawab personil, sehingga tidak tumpang tindih. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga
perlu dipertimbangkan, misalnya untuk perkembangan IPTEK dapat dimanfaatkan untuk upaya pengendalian yang lebih baik.
Pemantauan dan peninjauan ulang perlu dilakukan untuk memonitor efektifitas. Pemantauan perlu dilakukan untuk
mengetahui perubahan-perubahan yang bisa terjadi. Perubahan- perubahan tersebut kemudian perlu ditelaah ulang untuk
selanjutnya dilakukan perbaikan ASNZS, 2004. Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber,
diketahui bahwa waktu pelaksanaan risk assessment tidak sesuai
125
jadwal berkala karena keterbatasan personil dan waktu. Pelaksanaan diprioritaskan ketika ada perubahan proses,
material, mesin, serta perpindahan lokasi. Namun berdasarkan pengamatan, terdapat 3 mesin baru yang datang di Departemen
Machining, namun pihak terkait tidak segera melaporkan kepada tim K3LH untuk dilaksanakan analisis risiko.
Hal tersebut membuktikan bahwa peninjauan ulang risk assessment bermasalah. Dampaknya adalah risk assessment
tidak mengikuti perkembangan atau perubahan-perubahan yang ada, padahal perkembangan atau perubahan-perubahan yang ada
akan sangat mempengaruhi risiko yang ada. Selain itu, risiko dan pengendaliannya perlu dipantau untuk menjamin level dan
prioritas risiko tidak mengalami perubahan, oleh karena itu peninjauan ulang perlu dilakukan untuk menjamin bahwa
manajemen risiko sesuai dengan tujuan yang diharapkan ASNZS, 2004.
Selanjutnya untuk lama pelaksanaan dikatakan cukup, hanya sekitar 4-8 jam. Waktu tersebut dikatakan cukup karena
pelaksana sudah memahami tahapan pekerjaan yang biasa dilakukan. Dengan pemahaman baik tentang pekerjaan, maka
tidak perlu waktu lama untuk mengidentifikasi serta menganalisis risiko yang ada.