Cabang Compatibility LTA E7

98 Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, diketahui bahwa sebenarnya pelaksana mengetahui perlunya pengujian sebelum implementasi. Namun, beberapa keterbatasan baik dana, personil, dan waktu menyebabkan pengujian tidak diutamakan untuk dilakukan. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber: “ Idealnya diuji dulu sebelum diterapkan... Jadi perlu juga pengujian, idealnya gitu, tapi kan itu juga harus pake prioritas... “ KS. Selain itu, pengendalian yang sudah umum dilakukan menjadi alasan untuk tidak diperlukannya pengujian. Rekomendasi pengendalian langsung diterapkan dan dilihat beberapa hari. Berikut kutipan pernyataan narasumber: “ Loh sudah pasti efektif kok kan sudah terbukti, dengan training bisa meningkatkan pengetahuan, dengan APD kan sudah dari pabriknya diuji. “ KP. “ Pengujiannya ya langsung diterapkan yah dilihat beberapa hari, kalau ada masalah ya lapor. “ SB. Selanjutnya berdasarkan telaah dokumen hasil risk assessment PT. Dirgantara Indonesia, terdapat kolom resultant index, yaitu evaluasi ulang indeks risiko setelah pengujian tindakan pengendalian. Namun, pelaksanaan analisis hanya sekitar 4-8 jam, sehingga tidak memungkinkan adanya pengujian. Kolom tersebut diisi berdasarkan perkiraan saja 99 bahwa indeks risiko setelah tindakan pengendalian pasti akan menurun menjadi rendah.

4. Cabang Directive LTA E9

Cabang dengan kode E9 ini mempertimbangkan arahan untuk penggunaan pengendalian yang direkomendasikan. Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia memberi arahan terkait pengendalian, serta terdapat prosedur terkait pengendalian. Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, diketahui bahwa arahan untuk penggunaan pengendalian diberikan oleh leader supervisor kepada para pekerja. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber: “ Kalau kami K3LH pengalaman di lapangan tidak bisa menasehati langsung. Kami sebagai auditor, sebagai inspektor hanya menyampaikan temuan, disampaikan ke pimpinan langsung nanti yang menasihati, yang menginstruksikan pimpinan, itu akan lebih efektif.... “ KS. “ Ya kita bilangin saja tentunya di briefing... “ SA. “ Kita sosialisasikan saja bahaya apa saja, risiko kecelakaan bagaimana, harus pakai apa-apanya. “ SC. “ Soal pengendalian yang baru kita diarahin dulu sama leader atau ga supervisor, misalnya harus pakai APD ini, kalau mesin baru ya training dulu. “ PB. 100 Dari kutipan hasil wawancara tersebut, diketahui bahwa rekomendasi pengendalian yang diarahkan oleh leader supervisor lebih di dengar oleh pekerja dan akan lebih efektif. Kemudian bentuk arahan dengan menyosialisasikan bahaya, risiko, dan pengendaliannya. Selama pengamatan, terlihat bahwa seorang leader memang selalu ada di lokasi pekerjaan dan mengarahkan serta memantau pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Leader juga tidak segan menegur pekerja yang tidak aman dalam melakukan pekerjaannya ataupun tidak menggunakan alat keselamatan saat bekerja. Selain itu, supervisor sewaktu-waktu berkeli ling di lokasi kerja untuk memantau setiap pekerjaan yang dilakukan di wilayah kerjanya. Kemudian berdasarkan telaah dokumen PT. Dirgantara Indonesia, terdapat dokumen terkait pengendalian yaitu standar penggunaan APD. Pada dokumen tersebut, dijelaskan bahwa unit organisasi yang bertugas memantau, mengawasi, dan menganalisa keefektifan dan kesesuaian penggunaan APD. Selain itu, terdapat pula standar petunjuk keselamatan kerja pada setiap unit. Berikut ini contoh daftar standar petunjuk keselamatan kerja yang berlaku di unit: