Tahapan Risk Assessment Pelaksanaan Risk Assessment

21 eksperimen. Dengan adanya sumber data tersebut, hasil analisis memiliki keakuratan lebih tinggi dibandingkan dengan analisis risiko yang lain Kolluru, 1996. c. Analisis Semi Kuantitatif Analisis semi kuantitatif menghasilkan prioritas yang lebih rinci dibandingkan dengan analisis kualitatif karena risiko di bagi menjadi beberapa kategori. Metode ini pada prinsipnya hampir sama dengan metode analisis kualitatif, perbedaannya terletak pada uraian atau deskripsi dari parameter yang ada pada analisis semi kuantitatif dinyatakan dengan nilai atau skor tertentu. Analisis semi kuantitatif mempertimbangkan kemungkinan untuk menggabungkan 2 elemen, yaitu probabilitas likelihood dan paparan exposure sebagai frekuensi. Terdapat hubungan yang sangat kuat antara frekuensi dari paparan dengan probabilitas terjadinya risiko ASNZS, 2004. Tabel 2.1 Perbandingan Metode Analisis Risiko Menurut Cross 1998 No. Metode Kelebihan Kelemahan 1 Analisis Kualitatif Lebih mudah Hasil analisis kurang akurat Lebih cepat 2 Analisis Semi Kuantitatif Lebih akurat dibandingkan Kurang akurat dibanding analisis 22 analisis kualitatif kuantitatif Lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan analisis kuantitatif Skala yang dipakai harus tepat untuk menentukan tingkat risiko 3 Analisis Kuantitatif Lebih akurat Waktu lebih lama Lebih sulit Sumber data harus memadai dan representatif Tahapan berikutnya adalah mengevaluasi risiko dengan membandingkan nilai risiko yang ditemukan selama proses analisis dengan kriteria risiko yang telah ditentukan. Hal ini berguna untuk menilai dan menentukan prioritas pengendalian risiko berdasarkan kriteria yang ditetapkan mengenai batasan risiko mana yang bisa diterima, risiko mana yang harus dikurangi atau dikendalikan dengan cara yang lain ASNZS, 2004. Selanjutnya adalah pengendalian risiko, yaitu proses, peraturan, alat, pelaksanaan atau tindakan yang berfungsi untuk meminimalisasi efek negatif atau meningkatkan peluang positif ASNZS, 2004. Pada lampiran I tentang pedoman penerapan SMK3 Peraturan Pemerintah no. 50 tahun 2012, menyatakan bahwa apabila upaya pengendalian risiko diperlukan, maka upaya tersebut ditetapkan melalui tingkat pengendalian. 23 Hirarki pengendalian merupakan daftar pilihan pengendalian yang telah diurutkan sesuai dengan mekanisme pengurangan paparan Tranter, 1999. Dalam melakukan langkah-langkah untuk mengatasi risiko yang timbul, dibutuhkan suatu skala prioritas yang dapat membantu dalam pemilihan pengendalian yang disebut dengan hirarki pengendalian. Urutan prioritas atau hirarki tersebut, yaitu: Suardi, 2005 a. Eliminasi adalah langkah ideal yang dapat dilakukan dan harus menjadi pilihan pertama dalam melakukan pengendalian risiko. Eliminasi berarti menghilangkan peralatan yang dapat menimbulkan bahaya. b. Substitusi, prinsip dari alat kendali ini adalah mengendalikan sumber risiko dengan sarana atau peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah atau tidak ada. c. Rekayasa Engineering dilakukan dengan mengubah desain tempat kerja, peralatan, atau proses kerja untuk mengurangi tingkat risiko. Ciri khusus dari tahap ini adalah melibatkan pemikiran yang lebih mendalam bagaimana membuat lokasi kerja yang lebih aman dengan melakukan pengaturan ulang lokasi kerja, memodifikasi peralatan, melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, dan mengurangi frekuensi dalam melakukan kegiatan berbahaya. 24 d. Pengendalian Administrasi, dalam tahap ini menggunakan prosedur, standar operasi kerja, atau panduan sebagai langkah untuk mengurangi risiko. Akan tetapi banyak kasus yang ada, pengendalian administrasi tetap membutuhkan sarana pengendalian risiko lainnya. e. Alat Pelindung Diri APD adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan untuk mencegah paparan bahaya pada pekerja. Penggunaan APD ini disarankan hanya digunakan bersamaan dengan penggunaan alat pengendali lainnya. Dengan demikian perlindungan keamanan dan kesehatan personel akan lebih efektif. Pada lampiran I tentang pedoman penerapan SMK3 Peraturan Pemerintah no. 50 tahun 2012, bahwa tindakan pengendalian harus diselenggarakan oleh setiap perusahaan. Salah satunya dapat dilihat dari adanya punishment. Punishment adalah sebuah cara untuk mengarahkan sebuah tingkah laku agar sesuai dengan tingkah laku yang berlaku Siagian, 2002. Selain itu, pada lampiran I tentang pedoman penerapan SMK3 Peraturan Pemerintah no. 50 tahun 2012, bahwa upaya pengendalian di evaluasi apabila terjadi ketidaksesuaian atau perubahan pada proses kerja. Kemudian hasil risk assessment harus dikomunikasikan. Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan, informasi dari seseorang ke orang lain, komunikasi sangat 25 penting untuk berjalannya suatu organisasi Handoko, 2002. Berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 50 tahun 2012 tentang penerapan SMK3 pasal 13 ayat 1, bahwa prosedur informasi harus memberikan jaminan bahwa informasi K3 dikomunikasikan. Salah satu sistem informasi terbaik adalah pertemuan atau rapat. Rapat merupakan suatu bentuk media komunikasi kelompok yang bersifat tatap muka yang sering diselenggarakan oleh banyak organisasi, baik swasta maupun pemerintah Wursanto, 2000.

E. Perlengkapan Risk Assessment

Beberapa perlengkapan untuk mendukung pelaksanaan risk assessment harus disediakan perusahaan. Salah satunya adalah anggaran. Peranan anggaran pada suatu perusahaan merupakan alat untuk membantu manajemen dalam pelaksanaan, fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan dan juga sebagai pedoman kerja dalam menjalankan perusahaan untuk tujuan yang telah ditetapkan Supriyono, 1990. Selain itu, dalam usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidak dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki Satrianegara, 2009. Hal ini sesuai dengan lampiran I tentang pedoman penerapan 26 SMK3 Peraturan Pemerintah no. 50 tahun 2012, bahwa pengadaan prasarana dan sarana K3 termasuk alat evakuasi, peralatan pengendalian, dan peralatan pelindung diri.

2.3 Metode Analisis Program Keselamatan

2.3.1 Metode MORT

Berbagai metodologi yang dikembangkan untuk identifikasi dan penilaian risiko kecelakaan salah satunya Management Oversight and Risk Tree MORT, namun fokus bergeser ke perintah yang lebih tinggi dari pengendalian risiko kecelakaan, yaitu untuk kontrol kondisi di tingkat manajemen. Inisiatif untuk mengembangkan MORT diambil pada akhir tahun 1960 oleh US Energy dalam Penelitian dan Pengembangan Administrasi, yang ingin meningkatkan program keselamatan mereka dalam rangka untuk mengurangi kerugian mereka akibat kecelakaan ILO, 2011. MORT adalah prosedur analisis yang komprehensif yang menyediakan metode disiplin untuk menentukan penyebab dan faktor- faktor utama yang berkontribusi kecelakaan. Atau, ia berfungsi sebagai alat untuk mengevaluasi kualitas dari sistem yang ada. Sementara mirip dalam banyak hal untuk analisis pohon kesalahan, MORT lebih umum dan menyajikan lebih dari 1500 elemen tertentu dari program manajemen yang universal yang ideal untuk 27 mengoptimalkan lingkungan, keselamatan dan kesehatan, dan program lainnya OSTI, 1992. Diagram MORT pada dasarnya adalah diagram logika yang rumit. Diagram MORT diagram sangat efektif dalam menjamin perhatian pada akar penyebab yang mendasari manajemen bahaya ICMA, 2014. Ketika cabang diagram MORT dijabarkan secara rinci, ada unsur-unsur dari berbagai bidang seperti analisis risiko, analisis faktor manusia, sistem informasi keselamatan dan analisis organisasi. Secara total, sekitar 1.500 peristiwa dasar tercakup oleh diagram MORT. Di bagian bawah, MORT terdiri dari kumpulan pertanyaan. Kriteria yang memandu keputusan apakah peristiwa dan kondisi tertentu yang memuaskan atau kurang memadai berasal dari pertanyaan-pertanyaan ini. Kekurangan pada tingkat pengawasan dan manajemen yang terungkap secara lebih sistematis ILO, 2011.

A. Tujuan MORT

MORT adalah sebuah prosedur untuk menganalisis penyebab dan faktor yang berkontribusi dalam kejadian kecelakaan. MORT sering digunakan sebagai alat untuk menyelidiki kecelakaan dan mengevaluasi program keselamatan yang ada Ericson, 2005. Tujuan dari MORT adalah untuk merumuskan sistem manajemen keselamatan yang ideal berdasarkan sintesis terbaik 28 elemen program keselamatan sehingga tersedia teknik manajemen keselamatan. MORT digunakan sebagai alat praktis dalam penyelidikan kecelakaan dan evaluasi program keselamatan yang ada ILO, 2011. Pertanyaan-pertanyaan di MORT diminta dalam urutan tertentu, yang dirancang untuk membantu mengklarifikasi fakta- fakta seputar insiden. Grafik MORT bertindak sebagai daftar cepat yang memungkinkan untuk berkonsentrasi pada isu-isu terungkap melalui proses. Diagram MORT dasar dapat digunakan untuk memfasilitasi dan memeriksa proses identifikasi bahaya secara keseluruhan oleh orang-orang dengan minat dan motivasi untuk memastikan keunggulan ICMA, 2014. Diagram MORT memiliki dua kegunaan langsung yaitu untuk menganalisis manajemen dan faktor organisasi relatif terhadap kecelakaan yang telah terjadi dan untuk mengevaluasi atau mengaudit program keselamatan dalam kaitannya dengan kecelakaan yang signifikan yang memiliki potensi untuk terjadi. Diagram MORT berfungsi sebagai alat skrining dalam perencanaan analisis dan evaluasi. Hal ini juga digunakan sebagai checklist untuk perbandingan kondisi aktual dengan sistem ideal. Dalam aplikasi ini, MORT memfasilitasi memeriksa kelengkapan analisis dan menghindari bias pribadi ILO, 2011.