Cabang Execution LTA E5

76 b. Cabang Budget LTA F8 Cabang dengan kode F8 ini mempertimbangkan anggaran yang memadai untuk melakukan analisis risiko. Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia memiliki anggaran untuk melaksanakan analisis risiko yang masuk kedalam anggaran program K3LH secara umum yang dapat mendukung berlangsungnya program. Pada dokumen SK Direksi tentang tanggung jawab fungsi K3LH dan unit organisasi dalam melaksanakan SMK3 dengan No. SKEP0415030.02PTDUT0000122005, dijelaskan bahwa unit organisasi bertugas menyusun anggaran K3LH bagi unit organisasinya. Selain itu, pada pedoman kepemimpinan manajemen dan partisipasi karyawan dalam menerapkan SMK3LH PT. Dirgantara Indonesia, dijelaskan bahwa kepala divisi bertugas menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas, dan sarana-sarana lain yang diperlukan. Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, diketahui bahwa anggaran untuk melaksanakan analisis risiko masuk ke dalam anggaran program K3LH secara umum, baik di Departemen K3LH maupun di divisi. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber: “ Yang jelas anggaran K3LH ada, dipecah-pecah lagi untuk banyak program. Tapi memang kita tidak menyebutkan risk 77 assessment tapi itu bagian dari K3LH saja... Kalau sekarang kan sudah ada K3LH dari masing-masing Direktorat, konsekuensinya juga harus dianggarkan. Tapi karena masih masa transisi, belum semua K3LH ada anggarannya... Yang jelas kalo disini anggaran kalopun pun ada kan sifatnya terbatas. “ KS. “ Dana sebenarnya dari masing-masing unit juga ada, asalkan mereka mau menganggarkan untuk kegiatan K3LH di unitnya. “ KP. “ Karena untuk pelaksana dari orang kita sendiri kan ga perlu dana lagi, jadi dana yang dibutuhkan ya cuma untuk print dokumen aja. Print form itu, sama perbanyak prosedur yang disebarkan ke unit, udah itu aja. “ MK. “ Oh itu masuk anggaran dana terkait pelaksanaan K3LH yah, ada bisa pakai dana kita. Kita sengaja selipkan untuk kebutuhan-kebutuhan seperti untuk upaya keselamatan yah. Kalau analisis risiko sepertinya ga butuh dana banyak, kan hanya mengidentifikasi kan. “ KD. Dari kutipan hasil wawancara tersebut, diketahui bahwa dana untuk melaksanakan analisis risiko hanya untuk print form dan perbanyak prosedur. Anggaran yang ada dikatakan cukup, karena dapat mendukung berlangsungnya program. Pada dokumen Rencana Keuangan Anggaran Perusahaan RKAP Departemen K3LH PT. Dirgantara 78 Indonesia Tahun 2014, membuktikan bahwa memang tidak ada post anggaran khusus untuk risk assessment. Dalam RKAP tersebut, anggaran untuk risk assessment terkait perbanyak prosedur masuk ke dalam anggaran administrasi dan dokumentasi K3LH. Sedangkan anggaran print form masuk ke dalam anggaran biaya cetak dan fotocopy. Namun, dokumen anggaran tidak dapat dilampirkan karena merupakan dokumen rahasia perusahaan. c. Cabang Scope LTA F9 Cabang dengan kode F9 ini mempertimbangkan ruang lingkup dan detail dari analisis risiko cukup untuk mencakup semua risiko yang terkait dengan pekerjaan proses tersebut. Lingkup lokasi pelaksanaan analisis risiko di Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia tidak berdasarkan unit, namun hanya berdasarkan proses secara umum. Selain itu, tipe risiko belum tercakup semua karena hanya risiko keselamatan dan kesehatan yang dianalisis. Pada prosedur risk assessment PT. Dirgantara Indonesia, dijelaskan bahwa pelaksanaan risk assessment dilakukan di seluruh kegiatan produksi dan pendukungnya. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, diketahui bahwa lingkup lokasi pelaksanaan analisis risiko 79 berdasarkan permintaan. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber: “ Kalo lokasi ya itu berdasarkan permintaan saja, kalau disini kan banyak mesin baru yah, ya kemarin kita lakukan assessment. Semua proses yang ada pasti kita lakukan risk assessment, karena setiap proses pasti punya risiko. “ KP. Selain itu, pada form hasil risk assessment PT. Dirgantara Indonesia tidak dituliskan keterangan secara rinci terkait lokasi. Pada form tersebut tidak ditemukan keterangan unit secara spesifik namun hanya penjelasan proses secara umum. Jadi dapat dikatakan bahwa tidak semua lokasi dilaksanakan risk assessment, karena pelaksanaannya hanya berdasarkan proses. Selanjutnya terkait tipe risiko yang dianalisis adalah risiko K3LH baik tinggi, sedang, maupun rendah. Berikut kutipan pernyataan narasumber: “ Ya kalo di teorinya kan semua jenis risiko sama tingkat risikonya juga. Disitu kan ada yang sedang, tinggi, rendah. “ KS. “ Soal risikonya, ya semua risiko. “ KP. Kemudian berdasarkan telaah dokumen prosedur risk assessment PT. Dirgantara Indonesia, tipe risiko yang dianalisis adalah risiko terhadap keselamatan, kesehatan dan lingkungan. Namun pada form hasil risk assessment PT. 80 Dirgantara Indonesia, risiko yang dianalisis hanya risiko keselamatan dan kesehatan terhadap manusia. Padahal berdasarkan pengamatan, terdapat risiko pencemaran udara dari pekerjaan blasting, serta pencemaran tanah dan air pada proses surface treatment. Berikut ini contoh form hasil risk assessment: Sumber: Dokumen PT. Dirgantara Indonesia Gambar 5.5 Form Hasil Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 d. Cabang Analytical Skill LTA F10 Cabang dengan kode F10 ini mempertimbangkan pengalaman dan keterampilan pelaksana yang diperlukan untuk menyelesaikan penilaian risiko. Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia tidak menentukan pelaksana analisis risiko secara khusus, pelaksana tanpa kompetensi khusus serta surat tugas. 81 Berdasarkan telaah dokumen prosedur risk assessment PT. Dirgantara Indonesia, pelaksana risk assessment secara tanggung jawab berada pada Departemen K3LH dan unit organisasi terkait. Berikut ini pembagian tugas dan tanggung jawab beberapa fungsi sebagai pelaksana, yaitu: Tabel 5.2 Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab Pelaksana Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 Fungsi Tugas Menurut Prosedur Risk Assessment Pelaksanaan di Lapangan A Fungsi Sentral K3 1 Mengidentifiksi potensi bahaya berdasarkan data informasi yang dikirimkan oleh unit terkait. Mengidentifikasi potensi bahaya, baik berdasarkan data informasi maupun mencari sendiri. 2 Melakukan analisa potensi bahaya dan penilaian risiko yang kemungkinan dapat terjadi pada setiap lokasi kerja di unit organisasi. Melakukan analisis risiko hanya berdasarkan proses. 3 Menetapkan metode pengendalian risiko bahaya berdasarkan ketentuan dan undang-undang persyaratan yang berlaku. Mengajukan rekomendasi pengendalian sesuai hirarki pengendalian. 4 Mengirimkan metode pengendalian yang ditetapkan, kepada unit organisasi terkait untuk ditindaklanjuti. Mengirimkan form hasil risk assessment ke unit terkait. B Unit Organisasi Terkait 1 Menyiapkan data informasi kegiatan baik dalam perencanaan kegiatan maupun yang sedang berjalan yaitu meliputi mesin, alat, proses, bahan baku bahan pembantu dan tempat kegiatan. Menyiapkan data informasi proses kerja beserta potensi bahaya dan risiko. 2 Mengirimkan data informasi Mengirimkan data 82 kegiatan pekerjaan kepada fungsi sentral keselamatan dan kesehatan kerja untuk dilakukan evaluasi. informasi kepada K3LH. 3 Melakukan pemeriksaan metode pengendalian risiko yang direkomendasikan oleh fungsi sentral keselamatan dan kesehatan kerja untuk persetujuan koreksi, yang kemudian mengirimkan ke fungsi sentral K3LH untuk dilakukan revisi sesuai persyaratan yang berlaku. Tidak melakukan pengujian pengendalian yang direkomendasikan. 4 Mensosialisasikan kepada jajaran manajemen, operator, inspektor dan fungsi terkait. Menyosialisasikan pengendalian ke pekerja. 5 Melaksanakan pengendalian bahaya di tempat kerja. Melaksanakan pengendalian bahaya. Berdasarkan pembagian tugas dan tanggung jawab, unit organisasi terkait bertugas memberikan data informasi kegiatan, termasuk informasi bahaya yang dihadapi para pekerja. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan supervisor terkait keterlibatannya dalam analisis risiko berikut ini: “ ... Kalo pekerja biasanya informasi bahaya-bahaya, nanti akan saya kumpulkan, saya simpulkan, untuk kemudian dilaporkan ke K3LH “ SA. Selain itu, pada pedoman kepemimpinan manajemen dan partisipasi karyawan dalam menerapkan SMK3LH PT. Dirgantara Indonesia, dijelaskan bahwa supervisor bertugas melakukan identifikasi bahaya. Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, diketahui bahwa pelaksana 83 analisis risiko menjadi tugas Departemen K3LH dengan melibatkan user pimpinan. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber: “ Ya tanggung jawab ada di kita Departemen K3LH, untuk pelaksana pastinya siapa saja yang bisa asalkan punya kemampuan dan memahami prosedur. “ KP. “ Berdasarkan pengalaman, mereka sudah memiliki kok. Kalau sertifiat sih tidak diharuskan. Yang penting mereka sudah membaca atau mempelajari prosedur. “ MK. Dari kutipan hasil wawancara tersebut, diketahui bahwa pelaksana tidak diwajibkan memiliki sertifikat ahli. Selain itu, pelaksana juga tidak ditetapkan berdasarkan surat tugas atau surat ketetapan. Seluruh staf harus siap dan mampu, yang penting sudah membaca dan mempelajari prosedur. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber: “ Untuk risk assessment ga ada surat tugas, tapi itu tugas kami. Kami melibatkan user, user itu ga semua, tapi yang bertanggung jawab, yang kompeten... “ KS. “ Sepertinya engga ada SK yah, tapi kita ya memang harus turut terlibat dalam upaya K3LH. “ SB. “ Tidak, biasanya hanya mandat dari saya untuk turut serta bersama tim K3LH. “ KD. 84 e. Cabang Hazard Selection LTA F11 Cabang dengan kode F11 ini menganggap bahaya yang tidak dicantumkan dapat memicu masalah. Temuan bahaya sangat penting untuk kecukupan analisis risiko. Terdapat 2 cabang yang mempengaruhi, yaitu: i. Cabang Hazard Identification LTA G1 Cabang dengan kode G1 ini mempertimbangkan kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi bahaya. Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia dalam mengidentifikasi bahaya terdapat form khusus yaitu form identifikasi aspek K3LH. Namun, pada form tersebut tidak melihat bahaya terhadap proses produksi. Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, diketahui bahwa terdapat prosedur khusus identifikasi aspek K3LH dengan form yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bahaya. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber: “ Ada itu prosedurnya, identifikasi aspek K3LH. Kan ada formnya bentuknya seperti apa. “ KS. “ Kita punya form khusus untuk identifikasi bahaya. Dari form itu kita isi sesuai judul kolomnya, misalnya awalnya pembagian tahapan kerja terus ke bahaya terhadap manusia, alat atau lingkungan. “ KP. 85 Hal tersebut didukung dengan hasil telaah dokumen yang dilakukan peneliti, memang benar terdapat form khusus identifikasi aspek K3LH dengan nomor dokumen GO-10-01. Hasil dari form ini yang akan dijadikan dasar pada kolom potensi bahaya di form risk assessment. Bahaya yang dianalisis adalah bahaya terhadap manusia, alat dan lingkungan. Berikut ini form identifikasi aspek K3LH: Sumber: Dokumen PT. Dirgantara Indonesia Gambar 5.6 Form Identifikasi Aspek K3LH PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 Selanjutnya pada prosedur risk assessment PT. Dirgantara Indonesia, dijelaskan bahwa data pendukung pelaksanaan identifikasi yaitu data informasi kegiatan kerja atau proses sesuai format form GO-03-01. Selain itu, 86 data pendukung identifikasi yaitu data hasil inspeksi, peraturan dan MSDS. Berikut ini contoh data pendukung identifikasi: Sumber: Dokumen PT. Dirgantara Indonesia Gambar 5.7 Form Proses Kerja PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 87 Sumber: Dokumen PT. Dirgantara Indonesia Gambar 5.8 Lembar Inspeksi PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 ii. Cabang Hazard Prioritisation LTA G2 Cabang dengan kode G2 ini mempertimbangkan metode yang digunakan dalam memprioritaskan bahaya yang telah diidentifikasi. Pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia terdapat ketidaksesuaian penentuan kategori analisis risiko konsekuensi dan kemungkinan antara prosedur dengan form hasil risk assessment. 88 Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, diketahui bahwa metode serta tahapan analisis terdapat pada prosedur yang telah ditetapkan. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber: “ Di prosedur risk assessment dijelaskan secara rinci kok metodenya, mulai dari pengkategorian probabilitas dan konsekuensi. “ KP. Selanjutnya berdasarkan telaah dokumen prosedur risk assessment PT. Dirgantara Indonesia, metode analisis yang digunakan adalah metode analisis kualitatif. Hal tersebut terlihat dari tahapan pelaksanaan pertama yaitu menentukan risk probability, selanjutnya menentukan risk consequence. Berikut ini pengkategorian risk probability dan risk consequence serta kategori indeks risiko dalam prosedur risk assessment PT. Dirgantara Indonesia tahun 2009: Tabel 5.3 Kategori Probabilitas Risiko Pada Prosedur Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2009 Probabilitas Kejadian Definisi Kualitatif Arti Frequent Mungkin terjadi berkali-kali telah berulang kali terjadi 5 Occasional Mungkin terja beberapa kali telah beberapa kali terjadi 4 Remote Kemungkinan kecil, tetapi bias terjadi telah terjadi tapi jarang 3 89 Improbable Sangat kecil kemungkinan terjadi belum pernah diketahui terjadi 2 Extremely Improbable Hampir tidak mungkin terjadi 1 Tabel 5.4 Kategori Konsekuensi Risiko Pada Prosedur Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2009 Keparahan Risiko Suatu Peristiwa Definisi Arti Nilai Catastrophic  Peralatan hancur  Banyak kematian  Kerusakan lingkungan A Hazardous  Penurunan besar dari batas keselamatan, tekanan fisik atau beban kerja sedemikian rupa sehingga operator tidak dapat diandalkan untuk dapat melaksanakan tugas dengan akurat atau paripurna  Cedera serius atau kematian bagi sejumlah orang  Kerusakan besar pada peralatan  Pencemaran yang menyebabkan kematian makhluk hidup B Major  Penurunan signifikan dari batas keselamatan, berkurangnya kemampuan operator dalam menghadapi kondisi operasi yang sulit sebagai akibat dari peningkatan beban kerja, atau sebagai akibat dari kondisi yang mempengaruhi efisiensi operator tersebut  Insiden serius  Cidera pada manusia  Penurunan kualitas lingkungan C Minor  Gangguan  Keterbatasan operasi  Penggunaan prosedur darurat  Insiden kecil D Negligible Konsekuensi kecil E 90 Tabel 5.5 Kategori Indeks Risiko Pada Prosedur Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2009 Probabilitas Risiko Keparahan Risiko Catastropic Hazardous Major Minor Negligible A B C D E Frequent 5 5A 5B 5C 5D 5E Occasional 4 4A 4B 4C 4D 4E Remote 3 3A 3B 3C 3D 3E Improbable 2 2A 2B 2C 2D 2E Extremely Improbable 1 1A 1B 1C 1D 1E Tabel 5.6 Simplifikasi Risk Assessment Matrix Pada Prosedur Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2009 Indeks Penilaian Risiko Kriteria Risiko 2A, 3A, 3B, 4A, 4B, 4C, 5A, 5B, 5C, 5D Unacceptable Tidak dapat diterima pada kondisi yang ada 1A, 2B, 2C, 3D, 4D, 4E, 5E Review 1B, 1C, 1D, 1E, 2D, 2E, 3E, 4E Acceptable Dapat diterima Selanjutnya berdasarkan telaah dokumen form hasil risk assessment PT. Dirgantara Indonesia, dalam pelaksanaan risk assessment terdapat ketidaksesuaian dengan prosedur, yaitu penentuan kategori konsekuensi dan kemungkinan. Berikut ini pengkategorian risk probability dan risk consequence serta kategori indeks risiko pada form hasil risk assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014: 91 Tabel 5.7 Pengkategorian Probabilitas Risiko Pada Form Hasil Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 Probabilitas Kejadian Definisi Kualitatif Arti Frequent Terjadi berkali-kali telah berulang kali terjadi A Likely Terjadi beberapa kali telah beberapa kali terjadi B Occasional Terjadi secara sporadis C Seldom Kecil kemungkinan terjadi, dan sewaktu-waktu bisa terjadi D Unlikely Dapat diasumsikan tidak mungkin terjadi E Tabel 5.8 Pengkategorian Konsekuensi Risiko Pada Form Hasil Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 Keparahan Risiko Suatu Peristiwa Definisi Arti Nilai Catastrophic  Property, peralatan, atau sistem hancur dan tidak bisa digunakan  Kematian cacat total permanen  Kerusakan lingkungan I Critical  Property, peralatan, atau sistem mengalamai kerusakan berat sistem tidak berfungsi  Cacat permanen parsial  Cacat total temporary untuk lebih dari 3 bulan  Pencemaran lingkungan berat indikator kolam belakang GPM dan atau sudah keluar area perusahaan II Moderate  Property, peralatan, atau sistem mengalami kerusakan sedang sebagian sistem tidak berfungsi  Kecelakaan penyakit akibat kerja menyebabkan kehilangan hari kerja lebih dari 1 hari dan tidak lebih dari 3 bulan III 92  Pencemaran lingkungan ringan masih di area TKP perusahaan Negligible  Property, peralatan, atau sistem mengalami kerusakan ringan gangguan ringan pada sistem  Hanya butuh perawatan medis ringan P3K IV Tabel 5.9 Pengkategorian Risiko Pada Form Hasil Risk Assessment PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 Probabilitas Risiko Frequent Likely Occasional Seldom Unlikely Severity A B C D E Catastrophic I E E H H M Critical II E H H M L Moderate III H M M L L Negligible IV M L L L L

B. Cabang Recommended Risk Controls LTA

1. Cabang Clarity LTA E6

Cabang dengan kode E6 ini mempertimbangkan rekomendasi dari penilaian risiko cukup jelas untuk memudahkan memahami dan melaksanakannya. Pekerja pada Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia masih bingung dengan cara pakai serta perawatan pengendalian yang direkomendasikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, diketahui bahwa rekomendasi pengendalian tertulis dalam form 93 hasil risk assessment. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber: “ Pengendalian yang kita rekomendasikan sudah tercantum jelas dalam form risk assessment, form ini nantinya akan disebarluaskan ke unit. “ KP. Selain itu, pekerja diberi arahan oleh atasan terkait pengendalian yang direkomendasikan. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber: “ Pekerja rata-rata sudah paham kok, paling diberi arahan sedikit. “ SA. “ Pekerja sih kalau kita beri arahan, beri petunjuk kerja gitu yah, cepet paham. Karena memang mudah dipahami dan diterapkan. “ SC. Namun, form beserta arahan belum menjelaskan dengan baik terkait rekomendasi pengendalian. Pekerja masih belum memahami dengan baik cara pakai dan perawatan dari jenis pengendalian. Berikut ini kutipan pernyataan narasumber: “ Nah itu dia mba, kita suka bingung misalnya ada APD baru, itu cara pakai yang benernya kayak gimana, perawatannya terutama kita bingung. “ PD. “ Sudah jelas sih harus apa harus apanya, tapi ga ada petunjuknya untuk cara pakai dan lain-lain. “ PE. Selanjutnya berdasarkan telaah dokumen form hasil risk assessment PT. Dirgantara Indonesia, memang benar terdapat 94 kolom rekomendasi pengendalian. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 5.5 form hasil risk assessment PT. Dirgantara Indonesia. Kolom tersebut diisi dengan rekomendasi pengendalian yang telah dipertimbangkan. Kemudian pada prosedur risk assessment PT. Dirgantara Indonesia, dijelaskan bahwa hasil risk assessment harus disosialisasikan ke manajemen, operator, dan fungsi pendukung. Dokumen hasil risk assessment harus disebarluaskan ke unit terkait. Dalam petunjuk pengendalian dokumen K3LH dan produktivitas dengan nomor dokumen D4 GO 09, dijelaskan bahwa setiap pengiriman dan penerimaan dokumen harus disertai tanda bukti penerimaan. Berikut ini contoh tanda bukti penerimaan dokumen serta penanggung jawab dokumen K3LH: Sumber: Dokumen PT. Dirgantara Indonesia Gambar 5.9 Bukti Penerimaan Dokumen PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 95 Sumber: Dokumen PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2014 Gambar 5.10 Penanggung Jawab Dokumen K3LH PT. Dirgantara Indonesia

2. Cabang Compatibility LTA E7

Cabang dengan kode E7 ini mempertimbangkan pengendalian yang direkomendasikan kompatibel dengan persyaratan yang ada. Direktorat Produksi PT. Dirgantara Indonesia dalam memberi rekomendasi pengendalian tidak kompatibel dengan hirarki pengendalian.