Pembahasan Pohon MORT Pelaksanaan Risk Assessment Pada

116 Selanjutnya antara cabang Execution LTA dengan cabang Time LTA, Budget LTA, Scope LTA, Analytical Skill LTA dan Hazard Selection LTA terdapat simbol “gerbang ATAU”. Artinya apabila salah satu cabang bermasalah maka akan menyebabkan masalah pada cabang Execution LTA. Jadi berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa cabang Execution LTA bermasalah. Berdasarkan hasil penelitian cabang Knowledge LTA dan Execution LTA bermasalah. Antara cabang Task Spesific Risk Analysis LTA dengan cabang Knowledge LTA dan Execution LTA terdapat simbol “gerbang ATAU”, artinya apabila salah satu saja antara cabang Knowledge LTA dan Execution LTA bermasalah, maka akan menyebabkan masalah pada cabang Task Spesific Risk Analysis LTA. Dengan demikian, masalah pada cabang Knowledge LTA dan Execution LTA akan mempengaruhi cabang Task Spesific Risk Analysis LTA. Kemudian pada cabang Recommended Risk Controls LTA, cabang yang terkait diantaranya cabang Clarity LTA, Compatibility LTA, Testing of Control LTA, Directive LTA, Availability LTA, Adaptability LTA, dan Use Not Mandatory. Berikut ini hasil penelitiannya: a. Cabang Clarity LTA bermasalah karena pekerja masih bingung dengan cara pakai serta perawatan dari pengendalian yang ada. b. Cabang Compatibility LTA bermasalah karena pengendaian yang direkomendasikan tidak kompatibel dengan hirarki pengendalian. 117 c. Cabang Testing of Control LTA bermasalah karena pengendalian yang direkomendasikan tidak diuji sebelum diimplementasikan. d. Cabang Directive LTA tidak bermasalah karena arahan terkait pengendalian diberikan oleh leader supervisor terkait, serta terdapat prosedur terkait pengendalian. e. Cabang Availability LTA bermasalah karena pengadaan peralatan pengendalian secara kualitas dan kuantitas masih terbatas. f. Cabang Adaptability LTA bermasalah karena pengendalian dirasakan masih kurang sesuai dengan beberapa pekerjaan. g. Cabang Use Not Mandatory tidak bermasalah karena terdapat punishment apabila pengendalian tidak diterapkan. Antara Recommended Risk Controls LTA dengan cabang Clarity LTA, Compatibility LTA, Testing of Control LTA, Directive LTA, Availability LTA, Adaptability LTA, dan Use Not Mandatory terdapat simbol “gerbang ATAU”. Artinya apabila salah satu saja antara cabang Clarity LTA, Compatibility LTA, Testing of Control LTA, Directive LTA, Availability LTA, Adaptability LTA, dan Use Not Mandatory bermasalah, maka akan menyebabkan masalah pada cabang Recommended Risk Controls LTA. Jadi berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa cabang Recommended Risk Controls LTA bermasalah. Cabang Use Not Mandatory memilki simbol yang menyatakan akhir dari sebuah rangkaian tanpa informasi dan solusi yang cukup. Jika pengendalian merupakan pilihan untuk diterapkan di lokasi, maka akan 118 dilakukan analisis pada cabang Assumed Risk. Karena peneliti tidak menemukan pilihan mengenai rekomendasi pengendalian, maka tidak dilakukan analisis lebih lanjut. Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian cabang Task Spesific Risk Analysis LTA dan Recommended Risk Controls LTA bermasalah. Antara cabang Task Spesific Risk Assessment LTA dengan cabang Task Spesific Risk Analysis LTA dan Recommended Risk Controls LTA terdapat simbol “gerbang ATAU”, artinya apabila salah satu saja antara cabang Task Spesific Risk Analysis LTA dan Recommended Risk Controls LTA bermasalah, maka akan menyebabkan masalah pada cabang Task Spesific Risk Assessment LTA. Dengan demikian, masalah pada cabang Task Spesific Risk Analysis LTA dan Recommended Risk Controls LTA akan mempengaruhi cabang Task Spesific Risk Assessment LTA. Jadi, hal-hal yang menyebabkan tidak tepatnya pelaksanaan risk assessment adalah sistem pengumpulan informasi, penentuan waktu analisis risiko, lingkup lokasi pelaksanaan analisis risiko, tipe risiko yang dianalisis, pelaksana analisis risiko, identifikasi bahaya, kejelasan pengendalian untuk memudahkan pemahaman dan penggunaan, kesesuaian dengan hirarki pengendalian, pengujian pengendalian sebelum diimplementasikan, ketersediaan peralatan pengendalian, dan kesesuaian dengan situasi. 119

6.4 Pembahasan Penyebab Masalah dalam Pelaksanaan Risk Assessment

6.4.1 Cabang Task Spesific Risk Analysis LTA

A. Cabang Knowledge LTA

Cabang ini mempertimbangkan pengetahuan yang memadai harus tersedia untuk analisis risiko. Terdapat dua cabang yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu: 1. Cabang Use of Workers’ Suggestion and Inputs LTA Saran dan input pekerja yang memadai digunakan dalam analisis risiko. Pelaksanaan analisis risiko dengan melibatkan pekerja akan membantu meminimalkan kelalaian orang yang menganalisis risiko, memastikan kualitas analisis dan memperdalam analisis untuk solusi ASNZS, 2004. PT. Dirgantara Indonesia dalam pelaksanaan analisis risiko mendukung adanya keterlibatan pekerja, dibuktikan dalam pedoman kepemimpinan manajemen dan partisipasi karyawan dalam menerapkan SMK3LH PT. Dirgantara Indonesia, yang menyatakan bahwa karyawan harus melaporkan kondisi bahaya yang belum bisa ditanggulangi di area kerjanya kepada atasan yang bersangkutan. Kemudian berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa pekerja dilibatkan dalam memberikan informasi terkait bahaya dan risiko yang dihadapi. Pekerja adalah orang yang berkaitan langsung dengan risiko yang ada dalam pekerjaan yang dilakukan. Dengan 120 demikian, informasi tersebut akan membantu pelaksana meminimalkan kelalaian dalam mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada. Seluruh informasi akan dijadikan input baik saat pelaksanaan risk assessment maupun sebagai dasar peninjauan ulang risk assessment. Hal tersebut sesuai dengan salah satu ketentuan peninjauan ulang dalam Peraturan Pemerintah no. 50 Tahun 2012, yaitu apabila adanya masukan dari pekerja buruh. Selanjutnya hasil pengamatan juga mendukung adanya keterlibatan pekerja, diketahui beberapa pekerja cukup kritis dalam menyampaikan masukan dengan dasar hak atas keselamatan diri mereka. Hal tersebut sesuai Undang-undang no. 1 tahun 1970, pertimbangan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian, cabang Use of Workers’ Suggestion and Inputs tidak bermasalah. Hal tersebut karena pekerja dilibatkan dalam pemberian masukan terkait risiko yang dihadapi. 2. Cabang Technical Information Systems LTA Analisis risiko perlu didukung oleh sistem informasi. Salah satu sistem informasi terbaik adalah pertemuan atau rapat. 121 Rapat merupakan suatu bentuk media komunikasi kelompok yang bersifat tatap muka yang sering diselenggarakan oleh banyak organisasi, baik swasta maupun pemerintah Wursanto, 2000. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa terdapat sistem pertemuan berjenjang di PT. Dirgantara Indonesia. Hal tersebut juga didukung hasil pengamatan, bahwa setiap hari memang ada pertemuan dengan agenda membahas SQCDP Safety, Quality, Control, Delivery, Person. Pertemuan ini menjadi salah satu sumber informasi untuk mendukung analisis risiko. Dalam setiap pertemuan, pimpinan diarahkan untuk mengisi dokumen safety sheet serta lembar action plan untuk mengetahui status safety di lokasi. Dokumen tersebut akan dijadikan salah satu sumber informasi dalam pelaksanaan risk assessment. Namun diketahui tidak semua unit melaksanakan pertemuan level 1, karena terlalu pagi. Selain itu, dalam beberapa pertemuan yang dilaksanakan tidak selalu membahas safety, karena waktu yang singkat namun banyak yang harus dibahas selain safety. Hal tersebut membuktikan bahwa sistem pertemuan berjenjang yang ada di PT. Dirgantara Indonesia belum efektif. Padahal dalam Peraturan Pemerintah no. 50 tahun 122 2012 tentang penerapan SMK3 pasal 13 ayat 1, dijelaskan bahwa prosedur informasi harus memberikan jaminan bahwa informasi K3 dikomunikasikan. Berdasarkan hasil penelitian, cabang Technical Information Systems bermasalah. Hal tersebut karena sistem pertemuan berjenjang yang ada tidak dilaksanakan dengan baik, yaitu tidak semua unit melaksanakan pertemuan level 1 serta pertemuan tidak selalu membahas safety. Dampaknya adalah tidak terkumpulnya informasi untuk analisis risiko dari pekerja tingkat bawah. Untuk itu, sebaiknya PT. Dirgantara Indonesia mengubah waktu sistem pertemuan level 1 menjadi lebih siang yaitu jam 08.00 – 08.15 WIB. Selain itu, dapat dipertimbangkan untuk penambahan waktu pertemuan, atau membagi waktu yang ada untuk membahas SQCDP secara merata, misalnya untuk satu pembahasan hanya 3 menit.

B. Cabang Execution LTA

Cabang ini mempertimbangkan hal-hal yang memengaruhi kualitas analisis risiko. Terdapat 5 cabang yang mempengaruhi kualitas analisis risiko, yaitu: