3 menjadi latar belakang pentingnya dilakukan penilaian kerentanan untuk
mengidentifikasi masyarakat atau tempat yang paling rentan terhadap bahaya serta mengidentifikasi tindakan untuk mengurangi kerentanan.
Pengelolaan Danau Rawa Pening bersifat multi stakeholders yang melibatkan banyak pihak seperti pemerintah, swasta, akademisi, lembaga non-
pemerintah, petani, nelayan, dan pelaku perikanan lainnya. Model pengelolaan sentralistik dengan kontrol mutlak oleh pemerintah telah menghasilkan pola
pengelolaan sumberdaya berbasis pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah mendominasi dalam penentuan kebijakan dan kurang mengakomodasikan
kepentingan masyarakat. Otoritas tunggal terbukti tidak efektif dalam pengelolaan Danau Rawa Pening, khususnya dalam mengurangi kerusakan sumberdaya serta
menggalang dukungan dari masyarakat pemanfaat sumberdaya. Di lain pihak, apabila masyarakat melakukan kontrol penuh terhadap pengelolaan akan
menghasilkan pola pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat. Model pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat tidak dapat menjamin keberlanjutan
pemanfaatan sumberdaya dan mengakibatkan konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumberdaya.
Ketidakseimbangan distribusi peran antara pemerintah dan masyarakat menjadi latar belakang pentingnya pendekatan pengelolaan kolaboratif untuk
memperbaiki sistem pengelolaan Danau Rawa Pening dan mengakhiri konflik antar stakeholders tanpa adanya pihak yang dikalahkan. Seiring dengan tuntutan
desentralisasi dan kemandirian dalam pengelolaan sumberdaya alam, pengelolaan kolaboratif merupakan model pengelolaan sumberdaya alam yang paling masuk
akal. Pengelolaan kolaboratif dapat menciptakan perimbangan peran dan tanggung jawab antara pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam.
Dalam hal ini, masyarakat pemanfaat sumberdaya bertindak sebagai pelaku yang mendayagunakan dan sekaligus memelihara sumberdaya alam, selanjutnya
pemerintah berperan sebagai fasilitator.
1.2 Perumusan Masalah
Sumberdaya Danau Rawa Pening dianggap sebagai free goods barang bebas atau common property sumberdaya milik bersama. Konsekuensi terhadap
4 sumberdaya milik bersama adalah bahwa semua orang berhak mengeksplorasi dan
mengeksploitasi sumberdaya yang ada atau yang lebih dikenal dengan prinsip open access
. Menurut Nasution et al. 2007, dampak negatif dari prinsip open access
dalam pengelolaan sumberdaya alam adalah tidak adanya pihak yang peduli untuk mengembalikan atau memulihkan potensi sumberdaya yang telah
rusak. Kerusakan sumberdaya alam dapat menurunkan produktivitas ekonomi dalam pemanfaatannya, sehingga dapat mengakibatkan menurunnya tingkat
kesejahteraan masyarakat. Eksploitasi sumberdaya danau dilakukan secara intensif untuk memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat sekitar kawasan. Pemanfaatan sumberdaya semakin meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Hal ini dapat
mengancam keberadaan danau sebagai ekosistem penyangga kehidupan dan penyedia langsung mata pencaharian masyarakat Anshari 2006. Kebergantungan
masyarakat terhadap sumberdaya danau tidak hanya terbatas pada upaya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, akan tetapi telah berkembang menjadi upaya
untuk memperoleh hasil yang lebih untuk dapat dipasarkan. Dalam hal ini, telah berkembang beberapa mata pencaharian alternatif terkait dengan pemanfaatan
sumberdaya danau, yaitu industri rumah tangga, jasa pariwisata alam, serta usaha perdagangan di sekitar Danau Rawa Pening.
Kebergantungan masyarakat sekitar Danau Rawa Pening terhadap sumberdaya danau terkait dengan 1 kegiatan sektor pertanian lahan pasang surut
seluas 1.020 hektar, 2 nelayan dan petani ikan sebanyak 1.589 orang, 3 budidaya karamba ikan berjumlah 200 keramba jaring apung dan 500 keramba
tancap, 4 pemanfaatan Eceng Gondok dengan kapasitas 1.000 kghari, 5 pemanfaatan gambut untuk kompos dengan kapasitas 54.000 m
3
tahun, serta 6 pariwisata dengan jumlah pengunjung 50-100 oranghari BPSDA Jratun
2009. Konsep terpadu dalam pemberdayaan masyarakat belum tersusun, oleh sebab itu pemanfaatan potensi sumberdaya danau menghadapi banyak kendala.
Konflik horisontal antar pemanfaat sumberdaya yang terus berlanjut telah menyebabkan tidak efektifnya program pemberdayaan masyarakat.
Danau Rawa Pening merupakan sebuah sistem ekologi yang mempunyai peran sosial ekonomi bagi masyarakat sekitarnya. Fungsi ekologi danau mulai
5 terancam oleh berbagai tekanan, baik yang bersifat alamiah maupun antropogenik.
Tekanan yang bersifat alamiah disebabkan oleh pemanasan suhu bumi secara global dan perubahan iklim yang ekstrim. Selanjutnya tekanan yang bersifat
antropogenik merupakan faktor terpenting yang mengakibatkan kerusakan ekosistem danau. Hal ini menjadikan danau sebagai sistem yang rentan terhadap
gangguan atau tekanan eksternal. Tingkat kerentanan yang tinggi merupakan penghalang atau hambatan bagi keberlanjutan danau.
Penanggulangan terhadap kerusakan ekologi akan mempertinggi resiliensi untuk dapat kembali pada kondisi keseimbangan setelah adanya gangguan.
Tingkat resiliensi bergantung pada kemampuan suatu sistem lingkungan dalam menanggulangi berbagai gangguan eksternal. Kapasitas beradaptasi merupakan
kemampuan sistem sosial-ekologi untuk menghadapi situasi baru tanpa kehilangan pilihan di masa depan. Dalam hal ini, resiliensi merupakan kunci
untuk meningkatkan kapasitas beradaptasi. Pengelolaan Danau Rawa Pening bersifat lintas sektoral dan melibatkan
banyak stakeholders. Lemahnya koordinasi antar stakeholders mengakibatkan pelaksanaan program pengelolaan cenderung sektoral. Model pengelolaan
sentralistik dengan tidak memberikan ruang bagi peranserta masyarakat pemanfaat sumberdaya tidak mampu melindungi ekosistem danau dari kerusakan
ekologi. Ketidakadilan distribusi peran dalam pemanfaatan sumberdaya alam telah mengakibatkan munculnya konflik kepentingan. Konflik internal terjadi akibat
adanya ketidakharmonisan hubungan antar stakeholders dalam kegiatan pemanfaatan sumberdaya. Dalam hal ini, tidak ada kerangka hukum dan peraturan
yang secara tegas dapat dipakai untuk menyelesaikan berbagai konflik yang terjadi dalam pemanfaatan sumberdaya Danau Rawa Pening.
Ekosistem Danau Rawa Pening merupakan penyangga kehidupan dan penyedia langsung mata pencaharian masyarakat sekitarnya. Terdapat keterkaitan
antara aktivitas masyarakat terhadap kondisi ekosistem Danau Rawa Pening. Identifikasi permasalahan dalam pengelolaan Danau Rawa Pening mengacu
penilaian biodiversity pada kerangka Drivers-Pressures-States-Impacts-Responses DPSIR yang dikembangkan Bin et al. 2009 diacu dalam Sulistiawati 2011
seperti disajikan pada Gambar 1. Menurut Bowen dan Riley 2003, model DPSIR
6 bertujuan mengidentifikasi aspek-aspek atau parameter-parameter kunci pada
suatu sistem dan memantau tingkat keberlanjutan dari pengelolaan.
Petumbuhan populasi penduduk,
kepentingan ekonomi
permintaan sumberdaya,
kegiatan perikanan Faktor Penggerak
Drivers D
Tekanan Lingkungan
Environmental Pressures
P Perubahan Kondisi
Lingkungan Environmental
States Changes S
Dampak Impacts I Krisis perikanan,
produktivitas ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat
menurun, dan konflik kepentingan
Eksploitasi sumberdaya,
degradasi lahan di sekitar danau,
sedimentasi, ekspansi Eceng
Gondok Kerusakan
ekosistem danau dan potensi
sumberdaya
Respon ekologi, ekonomi, dan
sosial Responses
R
Pengurangan Peningkatan
K ebut
uh an
Peng u
rangan Pen
guran gan
Gambar 1 Identifikasi permasalahan dalam pengelolaan Danau Rawa Pening dengan kerangka DPSIR Sulistiawati 2011
Kondisi ekosistem Danau Rawa Pening dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan populasi penduduk dan aktivitas masyarakat ekonomi seperti
pemanfaatan sumberdaya dan kegiatan perikanan. Hal ini mengakibatkan tekanan terhadap ekosistem danau berupa eksploitasi sumberdaya, degradasi lahan di
sekitar danau, sedimentasi dan penyuburan yang mengakibatkan kerusakan ekosistem danau dan kerusakan potensi sumberdaya danau. Sebagai dampaknya
adalah terjadinya krisis sumberdaya perikanan, menurunnya tingkat produktivitas ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat, serta terjadinya konflik
kepentingan dalam pemanfaatan sumberdaya. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dengan kerangka
DPSIR, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1.
Bagaimana tingkat kebergantungan masyarakat terhadap sumberdaya Danau Rawa Pening?
2. Bagaimana tingkat gangguan eksternal yang dapat mempengaruhi ekosistem
dan masyarakat sekitar Danau Rawa Pening?
7 3.
Bagaimana masyarakat sekitar Danau Rawa Pening dapat menyerap gangguan-gangguan yang bersifat eksternal?
4. Bagaimana merancang model pengelolaan kolaboratif di Danau Rawa Pening
yang mampu memperbaiki sistem pengelolaan sumberdaya dengan mengintegrasikan seluruh stakeholders?
1.3 Tujuan Penelitian