Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

60

4.3 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Penduduk yang termasuk dalam desa inti di sekitar kawasan Danau Rawa Pening tersebar di 16 desakelurahan yang secara administratif termasuk dalam Kecamatan Tuntang, Banyubiru, Ambarawa, dan Bawen. Kondisi demografi desa- desa inti di sekitar kawasan Danau Rawa Pening disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Kondisi demografi desa inti di sekitar Danau Rawa Pening, Tahun 2010 Kecamatan Luas Jumlah Kepadatan Pertumbuhan No. DesaKelurahan km 2 orang orangkm 2 1 Kecamatan Tuntang 56,24 59.466 1.057 0,54 - Desa Tuntang 2,72 5.592 2.056 0,74 - Desa Lopait 3,65 4.419 1.211 1,14 - Desa Kesongo 4,28 6.608 1.544 0,50 - Desa Sraten 1,65 3.842 2.328 0,44 - Desa Candirejo 4,86 5.615 1.155 0,32 - Desa Jombor 1,19 3.125 2.626 1,10 - Desa Rowosari 4,93 1.901 386 1,22 2 Kecamatan Banyubiru 54,41 40.482 744 0,52 - Desa Rowoboni 5,23 2.317 443 1,71 - Desa Kebumen 3,96 5.032 1.271 0,78 - Desa Kebondowo 6,93 6.673 963 1,03 - Desa Banyubiru 6,74 6.633 984 1,08 - Desa Tegaron 5,93 4.852 818 1,42 3 Kecamatan Ambarawa 28,22 56.501 2.002 0,10 - Desa Bejalen 4,71 1.478 314 - 0,14 - Desa Pojoksari 3,21 2.631 819 - 0,42 - Kelurahan Tambakboyo 1,89 4.912 2.599 0,43 4 Kecamatan Bawen 46,57 50.989 1.095 1.14 - Desa Asinan 7,99 3.822 479 1,06 Sumber: BPS Kabupaten Semarang 2010 Tabel 8 menunjukkan, bahwa desa-desa di sekitar Danau Rawa Pening yang memiliki jumlah penduduk rendah adalah Desa Rowosari Kecamatan Tuntang dan Desa Bejalen Kecamatan Ambarawa. Jumlah penduduk tinggi terutama di desa-desa yang berdekatan dengan pusat pemerintahan dan memiliki kemudahan akses, seperti Desa Tuntang, Desa Kesongo, Desa Candirejo Kecamatan Tuntang, Desa Kebondowo, Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru, dan Kelurahan Tambakboyo Kecamatan Ambarawa. Dilihat dari angka pertumbuhan penduduk di tingkat kecamatan, maka Kecamatan Bawen memiliki pertumbuhan tertinggi, selanjutnya angka pertumbuhan penduduk terendah terjadi di Kecamatan Ambarawa. Hal ini mengindikasikan bahwa angka kelahiran dan migrasi penduduk di Kecamatan 61 Bawen masih relatif tinggi. Makna lainnya adalah bahwa Kecamatan Ambarawa lebih berhasil dalam program mengendalikan pertumbuhan penduduk. Bila dihubungkan antara luas wilayah dengan jumlah penduduk, maka diperoleh angka kepadatan penduduk. Kecamatan Ambarawa memiliki angka kepadatan penduduk tertinggi, apabila dibandingkan dengan angka kepadatan penduduk di tiga kecamatan lainnya. Hal ini disebabkan Kecamatan Ambarawa memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang besar, sehingga berpengaruh terhadap tingginya angka kepadatan penduduk di Kecamatan Ambarawa. Penduduk desa sampel memiliki jenis mata pencaharian yang beragam, seperti petani, buruh tani, nelayan, buruh industri, dan sektor swasta seperti disajikan pada Gambar 11. Sebagian besar penduduk usia angkatan kerja di Desa Kebondowo bekerja pada sektor pertanian, baik sebagai petani yang mengerjakan lahan pertanian milik sendiri maupun sebagai buruh tani. Lapangan kerja di sektor swasta dan perikanan juga menyerap tenaga kerja yang relatif banyak, selain lapangan kerja di sektor pertanian. 200 400 600 800 1000 Pe ta ni Bu ru h Tan i Bu ru h In dus tri Bu ru h B an gun an Ne la ya n Pe ng us ah a Sw as ta Pe rik ana n T er na k Pe dag an g An gk ut an PNS T NI P OL RI Pe ns iu na n La in -la in Jenis Mata Pencaharian Ju m la h o ra n g Desa Tuntang Desa Rowoboni Desa Kebondowo Desa Bejalen Sumber: BPS Kabupaten Semarang 2010 Gambar 11 Sebaran penduduk desa sampel berdasarkan jenis mata pencaharian, Tahun 2010 Dari sebaran mata pencaharian penduduk, terdapat jenis mata pencaharian lain-lain dengan persentase yang cukup besar, yaitu di Desa Kebondowo, Desa Rowoboni, dan Desa Bejalen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk pada ketiga desa tersebut memiliki mata pencaharian alternatif yang tidak hanya bergantung 62 pada sektor pertanian dan perikanan. Beberapa jenis mata pencaharian alternatif telah berkembang di desa tersebut, seperti pencari, pengumpul atau pengrajin Eceng Gondok, serta jasa pariwisata sewa perahu dan alat pancing. Berkembangnya jasa pariwisata alam di Danau Rawa Pening telah membuka peluang berusaha, terutama penduduk Desa Tuntang, Kebondowo, Rowoboni, dan Asinan untuk usaha rumah makan, persewaan perahu motor dan sampan, serta usaha persewaan dan penjualan alat tangkap ikan. Kegiatan jasa persewaan perahu dan alat tamgkap ikan juga telah berkembang di sekitar obyek wisata Bukit Cinta. Kondisi perikanan yang semakin kritis menyebabkan sebagian nelayan beralih menjadi pencari Eceng Gondok. Pemanfaatan Eceng Gondok dilakukan oleh penduduk Desa Kebondowo dan Rowoboni, Kecamatan Banyubiru. Dalam sehari setiap orang rata-rata dapat mengumpulkan 300 kg batang Eceng Gondok basah dengan harga Rp.150kg. Sehingga pendapatan pencari Eceng Gondok sekitar Rp.45.000hari. Jumlah tersebut lebih banyak apabila dibandingkan dengan pendapatan nelayan yang rata-rata sebesar Rp.36.000hari. Jumlah Eceng Gondok yang dapat ditampung oleh empat pedagang pengumpul rata-rata 8 tonhari. Mencari gambut telah menjadi jenis matapencaharian alternatif penduduk di sekitar Danau Rawa Pening, terutama di Dusun Sumurup, Desa Asinan, Kecamatan Bawen. Dalam hal ini, gambut dimanfaatkan untuk media jamur atau sebagai bahan dasar pembuatan pupuk kompos. Saat ini terdapat sekitar 100 perahu yang beroperasi di sekitar Dusun Sumurup. Setiap perahu dengan dua orang pengumpul mampu mengangkat sekitar 4 kubik gambut. Dengan asumsi harga gambut sebesar Rp.35.000kubik, maka pendapatan rata-rata pengumpul gambut sekitar Rp.70.000hari. Hasil survai, sejumlah 45,83 responden memiliki pendapatan antara Rp.500.000–Rp.1.000.000bulan seperti disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Distribusi pendapatan responden di sekitar Danau Rawa Pening, Tahun 2010 No. Pendapatan Responden Jumlah orang Persentase 1 Rp.500.000-Rp.1.000.000 22 45,83 2 Rp.1.000.000-Rp.1.500.000 18 37,50 3 Rp.1.500.000-Rp.2.000.000 6 12,50 4 Rp.2.000.000 2 4,17 Jumlah 48 100,00 63 Nelayan mendapatkan ikan hasil tangkapan rata-rata 2,5 kghari sampai dengan 3 kghari. Dengan asumsi harga jual ikan Rp.10.000kg, maka rata-rata pendapatan nelayan dalam satu bulan adalah Rp.900.000. Pendapatan Rp.2.000.000bulan dimiliki oleh pengelola jasa wisata, pedagang pengumpul Eceng Gondok, pedagang pengumpul gambut atau pegawai pemerintahan yang memiliki mata pencaharian sampingan sebagai petani atau nelayan. Salah satu indikator untuk menilai kondisi perekonomian suatu daerah dalam waktu tertentu adalah dengan menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah. Distribusi PDRB Kabupaten Semarang pada Tahun 2005–2009 berdasarkan harga konstan Tahun 2000 disajikan pada Tabel 10. Tabel 10 Distribusi PDRB Kabupaten Semarang Tahun 2005-2009 berdasarkan harga konstan Tahun 2000 Kontribusi terhadap PDRB jutaan rupiah No SektorSub sektor 2005 2006 2007 2008 2009 1 Pertanian 596.026 616.563 640.078 659.841 693.711 -Tanaman Pangan 345.234 350.125 354.230 380.325 401.283 -Perkebunan 48.903 50.721 52.166 55.145 56.465 -Peternakan 161.914 184.811 206.000 196.409 209.221 -Kehutanan 34.003 24.802 21.346 21.543 19.921 -Perikanan 5.971 6.103 6.336 6.420 6.820 2 Penggalian 5.182 5.492 5.912 6.187 6.454 3 Industri 2.108.699 2.177.770 2.282.474 2.375.117 2.467.388 4 Listrik, gas, dan air 36.364 38.847 40.834 43.410 46.168 5 Kontruksi 169.911 175.538 183.885 186.359 191.825 6 Perdagangan 975.945 1.017.185 1.061.262 1.099.625 1.143.056 7 Angkutan, komunikasi 93.211 98.132 106.943 111.501 115.643 8 Lembaga keuangan 141.176 149.703 159.958 173.828 186.583 9 Jasa-jasa 354.843 372.811 390.099 423.136 449.891 Jumlah 4.481.358 4.652.042 4.871.444 5.079.004 5.300.723 Sumber: BPS Kabupaten Semarang 2010 Perhitungan nilai PDRB berdasarkan harga konstan, yang menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun 2000 sebagai harga dasar. Seluruh sektor mempunyai pertumbuhan positif dengan kontribusi terbesar dari sektor industri. Pada sektor pertanian, kontribusi sub sektor perikanan terhadap PDRB Kabupaten Semarang memiliki jumlah yang lebih kecil apabila dibandingkan dengan kontribusi dari sub sektor tanaman pangan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, dan sub sektor kehutanan. 64

4.4 Pengelolaan Danau Rawa Pening