Resiliensi Masyarakat sekitar Danau Rawa Pening

80

5.3 Resiliensi Masyarakat sekitar Danau Rawa Pening

Resiliensi bertujuan menghindarkan sistem sosial-ekologi berpindah ke formasi yang tidak dikehendaki. Kemampuan tersebut bergantung pada kemampuan suatu sistem lingkungan dalam menanggulangi berbagai tingkat gangguan yang bersifat eksternal. Dalam pengelolaan kolaboratif, pendekatan sistem sosial-ekologi diharapkan dapat meningkatkan resiliensi dan mengurangi tingkat kerentanan melalui tindakan-tindakan tertentu, baik dalam kerangka kerja tingkat lokal maupun nasional. Tahapan analisis untuk mengidentifikasikan tingkat resiliensi di suatu masyarakat adalah 1 mendeskripsikan sistem, 2 mengkaji gangguan eksternal dan kebijakan, 3 analisis resiliensi, serta 4 evaluasi stakeholders. Uraian dari empat tahapan analisis tersebut adalah sebagai berikut. 1 Deskripsi sistem Tujuan mendeskripsikan sistem adalah untuk mengembangkan suatu model konseptual dari sistem sosial-ekologi dengan berdasarkan masukan stakeholders . Dalam penelitian ini, sistem sosial-ekologi terdiri dari dua komponen utama, yaitu 1 sumberdaya Danau Rawa Pening, dan 2 masyarakat di sekitar Danau Rawa Pening. Pola hubungan antar komponen adalah bahwa keberadaan danau merupakan tempat bergantung berbagai aktivitas masyarakat. Hal ini, terkait dengan kebergantungan masyarakat terhadap sumberdaya danau, terutama pada jenis mata pencaharian penduduk sekitar danau. Kondisi lingkungan danau juga dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat sekitar danau. Menurut Carpenter dan Cottingham 1997, integrasi antara masyarakat dan danau harus mempertimbangkan proses kontrol terhadap kerusakan sumberdaya danau. Dalam hal ini, diperlukan beberapa pola hubungan untuk memahami proses interaksi antara masyarakat dan danau. Hasil analisis kerentanan masyarakat terhadap sumberdaya Danau Rawa Pening mengidentifikasikan bahwa Kecamatan Tuntang dan Ambarawa dapat dikategorikan pada wilayah yang memiliki tingkat kerentanan tinggi, yaitu suatu kondisi dengan potensi ancaman bahaya yang sudah tergolong tinggi untuk terjadinya kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan. Selanjutnya Kecamatan 81 Bawen dan Banyubiru dapat dikategorikan ke dalam wilayah yang memiliki tingkat kerentanan sedang, yaitu suatu kondisi dengan potensi ancaman bahaya tingkatan sedang untuk terjadinya kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan 2 Mengkaji gangguan eksternal dan kebijakan Tujuan mengkaji gangguan eksternal dan kebijakan adalah untuk mengembangkan batasan skenario di masa depan, termasuk hasil yang tidak terkontrol. Beberapa tindakan skala lokal dalam meningkatkan resiliensi masyarakat di sekitar Danau Rawa Pening disajikan pada Tabel 16. Tabel 16 Tindakan untuk meningkatkan resiliensi terkait kerentanan Danau Rawa Pening, Tahun 2010 No Kerentanan Tindakan Skala Lokal 1 Sensitivitas terhadap bencana dan kerusakan sumberdaya alam a Pengembangan usaha kecil berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. b Penegakan hukum terhadap pelanggaran kawasan yang dilindungi. c Konservasi tanah dan rehabilitasi lahan. d Penatagunaan dan pendayagunaan lahan berdasarkan keseimbangan dan kelestarian lingkungan. e Menjaga dan mempertahankan Rawa Pening sehingga bermanfaat bagi semua pihak. f Pengaturan alat tangkap atau jaring nelayan. g Membuat karantina Eceng Gondok. h Membuat rumpon untuk berkembangbiak ikan. i Melarang penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak, setrum, dan racun. j Normalisasi kawasan Danau Rawa Pening. k Pengembangan wisata berbasis masyarakat nelayan l Pemberdayaan masyarakat di sekitar Rawa Pening. m Memelihara kelestarian daerah tangkapan air n Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memanfaatkan Eceng Gondok dan gambut. o Pengendalian perijinan pemanfaatan potensi Danau Rawa Pening. 2 Kapasitas adaptif a Memelihara keanekaragaman dalam konteks sistem ekologi danau. b Mengembangkan modal sosial dan kelembagaan lokal yang memiliki legitimasi. 3 Analisis resiliensi Tujuan analisis resiliensi adalah mengidentifikasi variabel dan proses dalam sistem yang menentukan dinamika variabel stakeholders yang dianggap penting dalam sistem ketahanan masyarakat terhadap gangguan eksternal. 82 Berdasarkan kajian terhadap gangguan eksternal, ditentukan dua skenario yang dianggap penting untuk meningkatkan resiliensi masyarakat, yaitu 1 memelihara keanekaragaman dalam konteks sistem ekologi danau, serta 2 mengembangkan modal sosial dan kelembagaan lokal yang memiliki legitimasi. Tindakan untuk memelihara keanekaragaman dalam konteks sistem ekologi danau dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan masyarakat dalam memperbaiki kerusakan sumberdaya danau. Beberapa strategi dalam memelihara keanekaragaman dalam konteks sistem ekologi adalah 1 belajar dari krisis sumberdaya danau, 2 memelihara keragaman, 3 membangun kapasitas dalam merespon kerusakan sumberdaya alam, dan 4 mengembangkan strategi penanggulangan kerusakan sumberdaya danau. Penilaian kriteria dalam memelihara keanekaragaman hayati ekosistem danau disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Penilaian kriteria dalam memelihara keanekaragaman dalam konteks sistem ekologi Danau Rawa Pening, Tahun 2010 No Indikator Uraian 1 Belajar dari krisis sumberdaya danau a Krisis sumberdaya perikanan akibat eksploitasi dan rusaknya ekosistem danau. b Rusaknya ekosistem danau akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat. 2 Memelihara keragaman a Penganekaragaman mata pencaharian selain di sektor perikanan. b Mengembangkan mata pencaharian masyarakat berbasis sumberdaya lokal. 3 Membangun kapasitas dalam merespon kerusakan sumberdaya danau a Melakukan evaluasi terhadap kondisi sumberdaya danau. b Melibatkan seluruh stakeholders. 4 Mengembangkan strategi penanggulangan kerusakan sumberdaya danau a Pemanfaatan sumberdaya danau dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. b Pemanfaatan sumberdaya danau berbasis pengetahuan lokal yang dimiliki. Mengembangkan modal sosial dan kelembagaan lokal yang sudah memiliki legitimasi dimaksudkan untuk memperbaiki sistem kelembagaan di masyarakat yang sudah ada. Pemberdayaan masyarakat melalui penguatan modal sosial berbasis penguatan nilai budaya dan kelembagaan lokal yang sudah dibangun harus dipandang sebagai bagian utama dalam perbaikan sistem ketahanan masyarakat di sekitar Danau Rawa Pening. 83 Menurut Pranadji 2006, apabila penguatan modal sosial hanya dianggap sebagai pengembangan jaringan hubungan fisik antara komponen kepercayaan atau trust, jaringan hubungan kerja atau network, dan kerjasama atau cooperation, maka belum menyentuh langsung inti dari penguatan modal sosial itu sendiri. Oleh sebab itu penguatan modal sosial harus diawali dari nilai-nilai budaya setempat. Elemen modal sosial lain yang dinilai penting dikembangkan dalam pemberdayaan masyarakat adalah kompetensi sumberdaya manusia, manajemen sosial dan organisasi masyarakat madani, kepeminpinan lokal yang kuat, sistem moral dan hukum yang kuat, serta penyelenggaran pemerintahan yang baik. Indikator-indikator dalam memelihara keanekaragaman dalam konteks sistem ekologi adalah 1 membangun kapasitas pengorganisasian masyarakat, serta 2 menentukan tujuan kelembagaan. Penilaian kriteria dalam pengembangan modal sosial dan kelembagaan lokal yang sudah memiliki legitimasi disajikan pada Tabel 18. Tabel 18 Penilaian kriteria pengembangan modal sosial dan kelembagaan lokal yang sudah memiliki legitimasi No Indikator Uraian 1 Membangun kapasitas pengorganisasian masyarakat a Melibatkan seluruh stakeholders. b Meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia melalui pendidikan dan latihan. c Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan danau. 2 Menentukan tujuan kelembagaan a Menentukan tujuan yang akan dicapai dengan melibatkan masyarakat. b Memperkuat kelembagaan lokal yang sudah dibangun. c Mengusahakan adanya pengakuan terhadap kelembagaan masyarakat yang sudah dibangun. Kelembagaan lokal yang sudah memiliki legitimasi dalam pengelolaan Danau Rawa Pening adalah kelompok nelayan Sedyo Rukun. Seiring dengan dinamika beroganisasi, kelompok nelayan tersebut mengalami beberapa permasalahan terkait dengan konflik kepentingan. Salah satu penyebabnya adalah hilangnya sistem nilai dalam budaya berorganisasi. Hal ini dapat mengurangi keterikatan anggota kelompok terhadap organisasi yang telah dibangun dan memiliki legitimasi. Hilangnya keterikatan dengan organisasi mengakibatkan 84 berkurangnya motivasi anggota kelompok, serta kepatuhan terhadap aturan organisasi yang telah disepakati. Menurut Mangkuprawira 2012, untuk membangun keterikatan antara individu dengan organisasi adalah melalui pendekatan sistem nilai. Sistem budaya organisasi yang efisien, transparan, dan akuntabilitas harus ditanamkan, sehingga sistem nilai sudah menjadi kebutuhan pada sebuah organisasi. Pendekatan sistem nilai untuk membangun kapasitas berorganisasi masyarakat pemanfaat sumberdaya di Danau Rawa Pening adalah dengan berpedoman pada prinsip-prinsip sebagai berikut 1 sumberdaya alam adalah milik Allah SWT, 2 alam sudah diciptakan serba sempurna oleh Allah SWT, 3 pemanfaatan sumberdaya alam oleh manusia, akan tetapi tanpa harus merusaknya, 4 adanya niat yang bersih dalam pemanfaatan sumberdaya alam, serta 5 adanya perbaikan kinerja dalam kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam Hartoto DI 28 September 2011, komunikasi pribadi. 4 Evaluasi stakeholders Tujuan evaluasi stakeholders adalah untuk mengevaluasi seluruh proses dan implikasi pemahaman untuk tindakan pengelolaan dan kebijakan. Berdasarkan hasil evaluasi diharapkan dapat menentukan model pengelolaan adaptif yang tahan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Kebijakan untuk meningkatkan resiliensi masyarakat berdasarkan peran dan wewenang pihak- pihak yang terlibat dalam pengelolaan Danau Rawa Pening adalah: 1 Peran dan wewenang pemerintah adalah a pengembangan usaha kecil berbasis sumberdaya lokal untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, b penegakan hukum terhadap pelanggaran kawasan yang dilindungi, c konservasi tanah dan rehabilitasi lahan, d penatagunaan dan pendayagunaan lahan berdasarkan keseimbangan dan kelestarian lingkungan, e normalisasi kawasan Danau Rawa Pening, f mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memanfaatkan Eceng Gondok dan gambut, serta g pengendalian perijinan pemanfaatan potensi Danau Rawa Pening. 2 Peran dan wewenang masyarakat pemanfaat sumberdaya adalah a menjaga dan mempertahankan Danau Rawa Pening sehingga dapat bermanfaat bagi 85 semua pihak, b pengaturan alat tangkap ikan atau jaring nelayan, c membuat karantina Eceng Gondok, d membuat rumpon untuk tempat berkembangbiak ikan, e melarang penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak, setrum, dan racun, f pengembangan wisata berbasis masyarakat nelayan, g pemberdayaan masyarakat sekitar Danau Rawa Pening, serta h memelihara kelestarian daerah tangkapan air. 86 VI KEBIJAKAN PENGELOLAAN KOLABORATIF DI DANAU RAWA PENING

6.1 Identifikasi Stakeholders dalam Pengelolaan Danau Rawa Pening