Konflik dalam Pemanfaatan Sumberdaya Alam

15 Resiliensi ekologi terkait dengan perubahan variabel secara perlahan seperti tanah atau kandungan nutrien, struktur habitat, laut, dan faktor iklim. Resiliensi telah diuji dengan gangguan dalam bentuk kekeringan atau siklus banjir dan sedimentasi. Resiliensi erosi merupakan hasil dari intervensi manusia yang menstabilkan proses ekosistem, seperti mitigasi dari banjir dan kekeringan atau kebakaran Gunderson et al. 2006. Menurut Folke et al. 2002, terdapat empat faktor penting yang saling berhubungan untuk mengatasi dinamika sumberdaya alam selama perubahan dan re-organisasi, yaitu 1 belajar dengan perubahan dan ketidakpastian, 2 memelihara keragaman, 3 mengkombinasikan berbagai macam pengetahuan, dan 4 menciptakan peluang untuk pengorganisasian diri.

2.5 Konflik dalam Pemanfaatan Sumberdaya Alam

Konflik dapat didefinisikan sebagai hubungan antara dua pihak atau lebih individu atau kelompok yang memiliki tujuan yang bertentangan. Konflik secara konseptual dapat dibedakan dengan violence kekerasan, yaitu tindakan, kata- kata, sikap, struktur atau sistem yang menyebabkan kerusakan fisik, psikis, lingkungan, serta menutup kemungkinan orang untuk mengembangkan potensinya Jamil 2007. Menurut Pomeroy dan Rivera-Guieb 2006, konflik dalam pemanfaatan sumberdaya alam memiliki banyak dimensi dan tidak terbatas pada kekuasaan, teknologi, politik, jenis kelamin, usia dan etnis. Konflik dapat terjadi pada berbagai tingkatan, mulai dari tingkat rumah tangga, masyarakat, wilayah, atau dalam skala global. Konflik dapat disebabkan adanya perbedaan kekuatan diantara individu atau kelompok, serta tindakan-tindakan yang dapat mengancam mata pencaharian. Pemanfaatan sumberdaya alam rentan terhadap timbulnya konflik yang disebabkan oleh: 1. Pemanfaatan sumberdaya alam dalam suatu wilayah dimana terjadi interaksi antar individu atau kelompok dapat berdampak keluar dari teritorialnya. 2. Pemanfaatan sumberdaya alam dalam aspek sosial dan dalam hubungan tidak setara, terbentuk dari berbagai aktor sosial, seperti lembaga pemerintah, swasta, pengusaha, dan lembaga non pemerintah. Dalam hal ini, aktor sosial 16 yang memiliki akses terhadap kekuasaan dapat mengontrol dan mempengaruhi keputusan-keputusan terkait dengan pemanfaatan sumberdaya alam. 3. Sumberdaya alam tunduk pada peningkatan kelangkaan akibat perubahan lingkungan yang cepat, seperti peningkatan permintaan dan distribusi yang tidak merata. Langkah penting dalam pemahaman konflik adalah menggali faktor-faktor yang menyebabkan konflik. Hal ini dapat membantu dalam pendekatan pengelolaan konflik. Menurut Mangkuprawira 2008, model pendekatan pengelolaan konflik bergantung pada jenis lingkup, bobot, dan faktor-faktor penyebab konflik. Beberapa pendekatan yang diterapkan antara lain: pendekatan negosiasi, dinamika kelompok, pendekatan formal dan informal, pendekatan gender, pendekatan kompromi, dan pendekatan mediasi. Menurut Pomeroy dan Rivera-Guieb 2006, para pihak yang terlibat dalam suatu konflik memiliki pandangan yang bertentangan mengenai solusi yang tepat untuk suatu permasalahan. Masing-masing kelompok mengakui bahwa pandangan dari kelompoknya lebih rasional dan memiliki legitimasi. Pengelolaan konflik bertujuan untuk tidak menghindari konflik, tetapi mengembangkan keterampilan yang dapat membantu dalam mengekspresikan perbedaan dan memecahkan permasalahan dengan cara kolaboratif. Faktor utama yang perlu dianalisis dalam menentukan cakupan suatu konflik adalah: 1. Karakterisasi konflik dan stakeholders: jenis konflik yang dihadapi, jumlah stakeholders yang terlibat, dan hubungan antara pihak yang berkonflik. Selanjutnya dianalisis sifat dan asal-usul konflik, serta keseimbangan kekuasaan di antara pihak yang berkonflik. 2. Tahap dalam periode perencanaan: konflik pada tahap awal mungkin berbeda dengan konflik pada tahap pelaksanaan. Stakeholders baru mungkin akan muncul sebagai hasil perencanaan. 3. Tahap dalam proses konflik: suatu penentuan apakah konflik berada pada titik dimana intervensi dapat diterima. 4. Hukum dan kelembagaan: penyelesaian konflik dapat melalui lembaga formal dan informal, serta berdasarkan asas-asas hukum formal yang berlaku. 17 Pomeroy dan Rivera-Guieb 2006, mengidentifikasi tanggapan terhadap konflik berdasarkan tingkat kepentingan dalam mencapai tujuan atau mempertahankan hubungan pribadi adalah: 1. Akomodasi: ketika salah satu pihak ingin mempertahankan hubungan pribadi dengan pihak lain, maka dapat dilakukan dengan mengakomodasi tujuan pihak lain. 2. Penarikan: salah satu pihak dapat memilih untuk menghindari konfrontasi atau menarik diri dari konflik karena tidak tertarik dalam memelihara hubungan pribadi atau terkait pencapaian tujuan. 3. Kekuatan: salah satu pihak lebih memegang kekuasaan atas pihak lain dan tidak peduli dapat merusak hubungan dalam mencapai tujuan. 4. Kompromi: salah satu pihak memberikan sesuatu agar tidak ada salah satu pihak yang dikalahkan 5. Konsensus: menghindari adanya pihak yang dikorbankan dan mencari hasil yang memenangkan semua pihak. Konflik yang terjadi dalam pemanfaatan sumberdaya Danau Rawa Pening adalah jenis konflik horisontal, yaitu terjadi pada pihak-pihak yang memiliki hirarki yang sama terkait dengan pemanfaatan sumberdaya danau. Pendekatan pemecahan konflik dengan mengidentifikasi penyebab terjadinya konflik dan mengembangkan tujuan bersama dari pihak yang berkonflik terkait dengan pemanfaatan sumberdaya danau.

2.6 Pengelolaan Sumberdaya Alam Berbasis Ko-manajemen Pengelolaan Kolaboratif