7 3.
Bagaimana masyarakat sekitar Danau Rawa Pening dapat menyerap gangguan-gangguan yang bersifat eksternal?
4. Bagaimana merancang model pengelolaan kolaboratif di Danau Rawa Pening
yang mampu memperbaiki sistem pengelolaan sumberdaya dengan mengintegrasikan seluruh stakeholders?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: 1.
Mengidentifikasi tingkat kebergantungan masyarakat terhadap sumberdaya Danau Rawa Pening.
2. Menganalisis tingkat kerentanan masyarakat sekitar Danau Rawa Pening.
3. Menganalisis tingkat resiliensi masyarakat sekitar Danau Rawa Pening.
4. Merumuskan model dan kebijakan strategis pengelolaan kolaboratif di Danau
Rawa Pening. 1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk: 1.
Menghasilkan informasi ilmiah sebagai dasar dalam pembuatan kebijakan pengelolaan danau dengan mempertimbangkan tingkat kebergantungan
masyarakat terhadap sumberdaya danau, kerentanan masyarakat, dan resiliensi masyarakat dalam menyerap perubahan dan gangguan-gangguan yang bersifat
eksternal. 2.
Bahan pertimbangan dalam perbaikan sistem pengelolaan sumberdaya danau dengan mengintegrasikan pengakuan hak dan kemitraan dari seluruh
stakeholders yang terlibat.
1.5 Kebaruan Penelitian
Konsep pengelolaan kolaboratif telah banyak diterapkan dalam pengelolaan sumberdaya alam, terutama dalam pengelolaan sumberdaya
perikanan dan hutan. Konsep yang mengintegrasikan antara masyarakat dan ekosistem danau belum dipertimbangkan dalam pengelolaan danau. Adanya pola
interaksi antara masyarakat dan ekosistem danau akan mempermudah kontrol terhadap kerusakan ekosistem danau.
8 Kebaruan penelitian ini apabila dibandingkan dengan penelitian-penelitian
yang pernah dilakukan adalah: 1.
Strategi pengelolaan dengan mempertimbangkan tingkat kebergantungan masyarakat, kerentanan masyarakat, dan resiliensi masyarakat sekitar danau.
2. Model pengelolaan yang mengintegrasikan masyarakat dan danau dengan
lebih memfokuskan pada masyarakat serta adanya inisiasi kemitraan antara pemerintah dan masyarakat pemanfaat sumberdaya.
9
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perairan Umum Daratan
Air merupakan sumberdaya yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia. Kebutuhan manusia terhadap air cenderung meningkat seiring dengan
pertumbuhan jumlah penduduk dan semakin beragamnya jenis pemanfaatan terhadap sumberdaya air. Menurut Odum 1998, habitat air tawar menempati
daerah yang relatif kecil pada permukaan bumi apabila dibandingkan dengan habitat laut dan daratan. Kepentingan bagi manusia jauh lebih berarti
dibandingkan dengan luas daerahnya, karena 1 habitat air tawar merupakan sumber air yang paling praktis dan murah untuk kepentingan domestik dan
industri, 2 komponen air tawar adalah daerah kritis pada daur hidrologi, dan 3 ekosistem air tawar menawarkan sistem pembuangan yang memadai dan
murah. Selanjutnya Gunderson et al. 2006, meyatakan bahwa ekosistem akuatik merupakan sistem paling produktif yang menyediakan layanan dalam bentuk
kualitas air serta kehidupan akuatik lainnya. Menurut Suwignyo et al. 2003, semua badan air yang ada di daratan
diistilahkan sebagai inland water atau perairan umum daratan. Dalam kajian ilmu lingkungan, badan-badan air tersebut dapat dibedakan antara perairan dengan
ekosistem tertutup dan perairan dengan ekosistem terbuka. Perairan dengan ekosistem tertutup tidak terpengaruh oleh lingkungan di sekitarnya, misalnya
kolam buatan dan kolam budidaya. Perairan dengan ekosistem terbuka terpengaruh oleh keadaan lingkungan di sekitarnya, misalnya sungai, rawa,
waduk, dan danau. Kajian tentang ekosistem danau telah mengalami perkembangan dalam
berbagai disiplin ilmu. Danau dipandang sebagai sistem berbatasan yang ditentukan oleh permukaan perairan darat, sehingga dari sisi limnologi danau
harus dipahami dalam konteks lansekap penampungan. Perubahan yang disebabkan oleh kegiatan pertanian, pemanfaatan lahan, kehutanan, konsumsi
bahan bakar fosil, dan permintaan jasa ekosistem terkait dengan danau telah memberikan manfaat sosial ekonomi yang lebih besar Carpenter dan Cottingham
1997. Menurut Kumurur 2002, danau adalah salah satu bentuk ekosistem yang
10 menempati daerah yang relatif kecil pada permukaan bumi dibandingkan dengan
habitat laut dan daratan. Berdasarkan tingkat produktivitasnya, danau dapat dikelompokkan
menjadi oligotrophic dan eutrophic. Danau oligotrophic memiliki kualitas air yang bersih dan bernilai tinggi bagi masyarakat. Danau eutrophic memiliki
kualitas air rendah dan bernilai rendah bagi masyarakat Odum 1998. Selanjutnya menurut Janssen dan Carpenter 1999, penyuburan yang disebabkan oleh
kelebihan masukan nutrien menjadi permasalahan yang berkembang luas pada ekosistem danau.
Penyuburan menjadi permasalahan yang dapat terjadi pada ekosistem perairan seiring dengan perkembangan pertanian, industri dan urbanisasi.
Permasalahan menjadi semakin serius apabila terjadi pada ekosistem lentik tergenang, seperti danau. Hal ini disebabkan waktu tinggal bahan pencemar dan
masa pemulihan di danau lebih lama jika dibandingkan pada ekosistem lotik mengalir. Laju penyuburan yang meningkat pesat pada ekosistem perairan
tergenang dapat mengakibatkan pendangkalan danau Soeprobowati dan Hadisusanto 2009.
Danau Rawa Pening merupakan tempat berkembangnya keanekaragaman hayati akuatik, terutama spesies asli setempat. Keanekaragaman hayati danau
sangat rentan terhadap gangguan terutama dari spesies asing yang bukan asli setempat. Hilangnya spesies endemik yang disebabkan oleh berkembangbiaknya
spesies asing dapat mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan danau manjadi ekosistem daratan. Pertumbuhan Eceng Gondok yang tidak terkendali telah
mengakibatkan dampak negatif terhadap ekosistem dan berbagai fungsi dan manfaat Danau Rawa Pening.
2.2 Sistem Sosial-Ekologi Danau