75 sumberdaya dan lingkungan dalam waktu tertentu. Hasil perhitungan indeks
pertumbuhan populasi penduduk pada empat kecamatan studi disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12 Nilai indeks pertumbuhan populasi penduduk di sekitar Danau Rawa Pening, Tahun 2010
No Kecamatan Kepadatan
Penduduk orangkm
2
Pertumbuhan Penduduk
Indeks Pertumbuhan
Populasi Penduduk 1 Tuntang
1.057 0,54
5,71 2 Banyubiru
747 0,52
3,87 3 Ambarawa
2.002 0,10
2,00 4 Bawen
1.095 1,14
12,48
Sumber: Analisis data BPS Kabupaten Semarang 2010
Tabel 12 menunjukkan, bahwa Kecamatan Bawen memiliki indeks pertumbuhan populasi penduduk tertinggi apabila dibandingkan dengan tiga
kecamatan lainnya. Faktor utama yang berpengaruh terhadap tingginya indeks pertumbuhan populasi penduduk di Kecamatan Bawen adalah tingginya angka
pertumbuhan penduduk di kecamatan tersebut. Kecamatan Ambarawa memiliki angka kepadatan tertinggi dibandingkan
dengan tiga kecamatan lainnya. Namun demikian, tingginya angka kepadatan penduduk di Kecamatan Ambarawa bukan merupakan faktor penentu utama
terhadap tingginya nilai indeks pertumbuhan populasi penduduk. Faktor lain yang berpengaruh terhadap tingginya indeks pertumbuhan populasi penduduk adalah
tingkat pertumbuhan penduduk suatu wilayah. Semakin tinggi nilai pertumbuhan penduduk
,
maka semakin tinggi nilai indeks pertumbuhan populasi penduduk. Hal ini berarti bahwa semakin berbahaya wilayah tersebut dalam hal tekanan
pertumbuhan populasi penduduk
5.2.2 Degradasi Lahan Terbangun
Lahan terbangun adalah lahan berupa pekarangan danatau sawah yang telah terkonversi untuk kegiatan permukiman penduduk atau fasilitas lainnya.
Faktor utama yang berpengaruh terhadap indeks degradasi lahan terbangun adalah luas lahan yang ada serta luas lahan yang telah terbangun. Hasil perhitungan
indeks degradasi lahan terbangun pada empat kecamatan studi disajikan pada Tabel 13.
76 Tabel 13 Nilai indeks degradasi lahan terbangun di sekitar Danau Rawa Pening,
Tahun 2010 No Kecamatan
Luas Lahan km
2
Luas Lahan Terbangun
km
2
Indeks Degradasi Lahan
Terbangun 1 Tuntang
56,24 11,79
20,96 2 Banyubiru
54,41 6,07
11,16 3 Ambarawa
28,22 6,52
23,10 4 Bawen
46,57 6,36
13,66
Sumber: Analisis data BPS Kabupaten Semarang 2010
Kecamatan Ambarawa memiliki indeks degradasi lahan terbangun tertinggi. Faktor utama yang mempengaruhi tingginya nilai indeks degradasi lahan
terbangun di Kecamatan Ambarawa adalah tingginya luas lahan terbangun dibandingkan dengan luas ketersediaan lahan. Semakin tingginya kebutuhan
pemanfaatan lahan telah mengakibatkan meningkatnya alih fungsi lahan produktif menjadi kawasan permukiman penduduk. Hal ini menggambarkan bahwa semakin
tinggi luas lahan terbangun, maka semakin tinggi indeks degradasi lahan terbangun.
Kecamatan Tuntang memiliki indeks degradasi lahan terbangun tertinggi kedua setelah Ambarawa. Jumlah penduduk yang terus meningkat di Kecamatan
Tuntang berpengaruh pada pola pemanfaatan lahan. Tingginya kebutuhan pemenuhan lahan untuk permukiman penduduk di Kecamatan Tuntang telah
menimbulkan permasalahan pemanfaatan lahan sehingga mendorong masyarakat untuk bermukim di daerah yang telah ditetapkan sebagai kawasan lindung yang
sebenarnya tidak sesuai untuk dijadikan area permukiman. Alih fungsi kawasan lindung menjadi kawasan permukiman atau kawasan
peruntukan lainnya bertentangan dengan pasal 17 dan 18 Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, yang menyatakan:
Pasal 17 Perlindungan terhadap kawasan sekitar danauwaduk dilakukan untuk
melindungi danau waduk dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danauwaduk.
Pasal 18 Kriteria kawasan sekitar danauwaduk adalah daratan sepanjang tepian
danau waduk yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danauwaduk antara 50 – 100 meter dari titik pasang tertinggi ke
arah darat.
77 Kasus aktual adalah pemanfaatan kawasan lindung seluas 1,1 hektar di
Dusun Cikal, Desa Tuntang, Kecamatan Tuntang untuk kawasan permukiman. Rencana pembangunan tersebut sampai penilitian ini dilaksanakan masih
menimbulkan konflik kepentingan antara pihak swasta, dalam hal ini pengembang dengan Pemerintah Kabupaten Semarang, dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
Perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya telah menimbulkan permasalahan, baik dari aspek lingkungan maupun sosial yaitu
dengan munculnya konflik kepentingan antar stakeholders. Sesuai dengan peruntukannya, perlindungan terhadap kawasan resapan air di sekitar danau
sebenarnya dimaksudkan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan
banjir, baik untuk kawasan tersebut maupun kawasan di bawahnya.
5.2.3 Keterbukaan Ekonomi