96 Pemanfaatan sumberdaya perikanan atau sumberdaya lainnya, seperti
Eceng Gondok dan gambut akan mempengaruhi masyarakat pedagang ikan, masyarakat pengumpul gambut, masyarakat pengumpul Eceng Gondok, serta
masyarakat pengrajin berbahan baku Eceng Gondok. Hal ini akan mendorong tumbuhnya sektor industri rumah tangga yang akan berpengaruh pada industri
pariwisata serta tingkat pendapatan masyarakat.
6.2.2 Elemen Kendala Utama dalam Pengelolaan Kolaboratif
Identifikasi elemen kendala utama dalam pengelolaan kolaboratif dimaksudkan untuk mengetahui kendala dan permasalahan dalam pelaksanaan
pengelolaan kolaboratif. Elemen kendala utama dalam pengelolaan kolaboratif di Danau Rawa Pening dijabarkan dalam 10 sub-elemen, yaitu:
1. Tingginya ketergantungan penduduk terhadap kawasan Rawa Pening.
2. Pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan tata guna lahan.
3. Konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumberdaya.
4. Kurangnya akses terhadap sumber modal usaha.
5. Belum terbentuknya struktur kelembagaan pengelolaan danau.
6. Belum dimilikinya grand design dalam pengelolaan Rawa Pening.
7. Keterlibatan masyarakat rendah.
8. Kurangnya koordinasi antar stakeholders.
9. Perilaku masyarakat yang kurang ramah terhadap lingkungan.
10. Pelaksanaan program yang masih parsial atau sektoral.
Berdasarkan nilai driver power dan dependence, 10 sub-elemen kendala utama dalam pengelolaan kolaboratif dapat dipetakan ke dalam empat kuadran
seperti disajikan pada Gambar 19. Pengelompokan sub-elemen kendala utama menunjukkan, bahwa sub-elemen 3 konflik kepentingan dalam pemanfaatan
sumberdaya, sub-elemen 5 belum terbentuknya struktur kelembagaan pengelolaan danau, sub-elemen 6 belum dimilikinya grand design dalam
pengelolaan Rawa Pening, sub-elemen 8 kurangnya koordinasi antar stakeholders
, dan sub-elemen 10 pelaksanaan program yang masih parsial atau sektoral merupakan peubah independent. Dalam hal ini, peubah independent
merupakan sub-elemen yang memiliki kekuatan penggerak besar, tetapi memiliki sedikit ketergantungan dalam pengelolaan kolaboratif di Danau Rawa Pening.
97
3 5, 6, 8
7, 9 1, 2, 4
10
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11
Dependence Dri
ver Pow er
IV Independent III Linkage
I Autonomous II Dependent
Selanjutnya, sub-elemen 1 tingginya ketergantungan penduduk terhadap kawasan Rawa Pening, sub-elemen 2 pemanfaatan lahan yang tidak sesuai
dengan tata guna lahan, sub-elemen 4 kurangnya akses terhadap sumber modal usaha, sub-elemen 7 keterlibatan masyarakat rendah, dan sub-elemen 9
perilaku masyarakat yang kurang ramah terhadap lingkungan merupakan peubah dependent.
Sub-elemen yang termasuk dalam peubah dependent adalah sub- elemen yang dipengaruhi oleh sub-elemen dari peubah independent dalam sistem
pengelolaan kolaboratif di Danau Rawa Pening. Dalam hal ini, dengan hilangnya sub-elemen kendala utama dalam kuadran independent, maka akan mempermudah
menyelesaikan atau menghilangkan sub-elemen kendala utama yang ada pada kuadran dependent. Pada elemen kendala utama, tidak ada sub-elemen yang
termasuk dalam peubah linkage dan autonomous. Struktur sistem dari elemen kendala utama dalam pengelolaan kolaboratif
terdiri atas lima level seperti disajikan pada Gambar 20. Hubungan kontekstual yang digunakan untuk menganalisis keterkaitan antar peubah kendala utama
Gambar 19 Matriks driver power dan dependence elemen kendala utama dalam pengelolaan kolaboratif di Danau Rawa Pening, Tahun 2010
98 adalah hubungan pengaruh, yaitu hilangnya kendala utama akan membantu
mengurangi kendala lainnya.
3 Konflik kepentingan dalam pemanfaatan
sumberdaya 9 Perilaku masyarakat
yang kurang ramah terhadap lingkungan
7 Keterlibatan masyarakat rendah
1 Tingginya tekanan penduduk terhadap kawasan
Rawa Pening
Level 5 Level 4
Level 3 Level 2
Level 1
5 Belum terbentuknya struktur kelembagaan
pengelolaan danau 8 Kurangnya koordinasi
antar stakeholders 2 Pemanfaatan lahan yang
tidak sesuai dengan tata guna lahan
4 Kurangnya akses terhadap sumber modal
usaha
6 Belum dimilikinya grand design
dalam pengelolaan Rawa Pening
10 Pelaksanaan program yang masih parsial atau
sektoral
Gambar 20 Struktur sistem elemen kendala utama dalam pengelolaan kolaboratif di Danau Rawa Pening, Tahun 2010
Gambar 20 menunjukkan, bahwa sub-elemen 3 konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumberdaya merupakan peubah kunci dalam sistem
pengelolaan kolaboratif di Danau Rawa Pening. Peubah kunci ini menjadi penggerak utama dan mempengaruhi peubah-peubah yang berada pada tingkat di
bawahnya. Konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumberdaya disebabkan adanya perbedaan kekuatan di antara individu atau kelompok masyarakat, serta
tindakan-tindakan yang dapat mengancam kelangsungan hidup masyarakat, terutama terkait dengan mata pencaharian.
Pengelolaan Danau Rawa Pening melibatkan banyak pihak berkepentingan, seperti pemerintah, swasta, pengusaha, dan masyarakat.
Perbedaan kepentingan dari masing-masing pihak menyebabkan munculnya konflik kepentingan dalam pemanfaatan sumberdaya. Sependapat dengan
99 Pomeroy dan Rivera-Guieb 2006, yang menyatakan bahwa pemanfaatan
sumberdaya alam rentan terhadap timbulnya konflik kepentingan. Dalam hal ini, pemanfaatan sumberdaya alam dalam aspek sosial dan dalam hubungan tidak
setara terbentuk dari berbagai aktor sosial. Aktor sosial yang memiliki akses terhadap kekuasaan dapat mengontrol dan mempengaruhi keputusan-keputusan
terkait dengan pemanfaatan sumberdaya alam. Dalam pengelolaan Danau Rawa Pening, aktor yang berasal dari institusi
pemerintah, baik dari lembaga eksekutif maupun legislatif memiliki tingkat pengaruh yang tinggi dalam pengambilan keputusan terkait dengan penentuan
kebijakan pengelolaan. Mekanisme dialog antara pemerintah dengan masyarakat pemanfaat sumberdaya yang diwakili oleh kelompok nelayan masih dalam tahap
menginformasikan segala sesuatu yang telah diputuskan oleh pemerintah. Konflik yang terjadi adalah antara masyarakat pemanfaat sumberdaya
dengan pemerintah, atau antar masyarakat pemanfaat sumberdaya. Sebagai contoh, terjadinya konflik antara masyarakat nelayan dengan masyarakat
pemanfaat Eceng Gondok. Masyarakat nelayan menghendaki pembasmian gulma Eceng Gondok karena dianggap telah menyebabkan menurunnya produksi ikan di
Rawa Pening serta mengganggu jalur transportasi perahu nelayan. Di sisi lain, masyarakat pemanfaat Eceng Gondok, baik sebagai pencari maupun pedagang
pengumpul sangat membutuhkan Eceng Gondok untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri guna menunjang pendapatan.
Langkah dalam pemahaman konflik adalah menggali faktor-faktor yang menyebabkan konflik untuk membantu dalam pendekatan pengelolaan konflik.
Langkah yang dapat diterapkan dalam pengelolaan konflik yang terjadi dalam pemanfaatan sumberdaya Danau Rawa Pening adalah pendekatan negosiasi.
Dalam hal ini masing-masing pihak yang berkonflik dapat melakukan negosiasi untuk mendefinisikan pembagian peran dan tanggung jawab dalam pemanfaatan
sumberdaya Danau Rawa Pening. Sependapat dengan Mangkuprawira 2008, bahwa pendekatan pengelolaan konflik bergantung pada jenis lingkup, bobot, dan
faktor-faktor penyebab konflik. Beberapa pendekatan yang diterapkan antara lain pendekatan negosiasi, dinamika kelompok, pendekatan formal dan informal,
pendekatan gender, pendekatan kompromi, dan pendekatan mediasi.
100
6.2.3 Elemen Tujuan Pengelolaan Kolaboratif