Analisis Kebergantungan Masyarakat Analisis Kerentanan Masyarakat

44 SU B JE C TS B YSTA N D E R S P LA YE R S A C TO R S Pengaruh T inggi R endah R endah T inggi Ke p enti nga n Gambar 7 Matriks hasil analisis stakeholders Grimble dan Chan 1995 Posisi kuadran seperti disajikan pada Gambar 7 menggambarkan peranan dari masing-masing stakeholders dalam pengelolaan kolaboratif. Kuadran subjects merupakan kelompok stakeholders yang memiliki kepentingan tinggi dengan tingkat pengaruh rendah, kuadran players memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh yang tinggi, kuadran actors memiliki kepentingan yang rendah dengan pengaruh tinggi, dan kuadran bystanders mewakili kelompok stakeholders yang memiliki tingkat kepentingan dan pengaruh rendah.

3.6.2 Analisis Kebergantungan Masyarakat

Data yang berkaitan dengan tingkat kebergantungan masyarakat terhadap sumberdaya danau dianalisis secara deskriptif. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk menggambarkan masalah-masalah dan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, termasuk hubungan, kegiatan, sikap, serta pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Tingkat kebergantungan masyarakat atau perceived value of dependency terhadap sumberdaya danau dinilai berdasarkan distribusi jenis mata pencaharian, pendapatan masyarakat, dan tingkat partisipasi masyarakat.

3.6.3 Analisis Kerentanan Masyarakat

Analisis kerentanan masyarakat dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan mengidentifikasi tingkat pertumbuhan populasi penduduk, degradasi lahan terbangun, dan keterbukaan ekonomi. Uraian dari masing-masing tahapan dalam analisis kerentanan masyarakat adalah sebagai berikut. 45 1 Pertumbuhan Populasi Penduduk Indeks populasi penduduk merupakan ukuran tekanan keberadaan populasi penduduk terhadap lingkungan dalam waktu tertentu. Dalam hal ini, populasi penduduk dihitung pada empat kecamatan yang secara administratif melingkupi kawasan Danau Rawa Pening, yaitu Kecamatan Tuntang, Banyubiru, Ambarawa, dan Bawen. Untuk menghitung indeks pertumbuhan populasi penduduk digunakan formulasi Dahl 1986 diacu dalam Rahman 2009, yaitu: NA it Trend i,t-1 PopI it = X 5 50 2 dimana: PopI it : tekanan populasi kecamatan i pada tahun t NA it : rata-rata populasi per km 2 kecamatan i pada tahun t Trend i ,t-1 : pertumbuhan populasi per tahun pada kecamatan i 50, 2 : konstanta Secara konsisten, bahwa semakin tinggi nilai pertumbuhan penduduk, maka semakin tinggi nilai indeks pertumbuhan populasi penduduk. Hal ini berarti bahwa semakin berbahaya wilayah tersebut dalam hal tekanan pertumbuhan populasi penduduk. 2 Degradasi Lahan Terbangun Indeks degradasi lahan terbangun dihitung dengan membandingkan luas lahan terbangun di tingkat kecamatan dengan luas wilayah kecamatan. Degradasi lahan disebabkan oleh aktivitas penduduk, terutama terkait dengan permukiman dan pembangunan fasilitas lainnya. Nilai indeks degradasi lahan terbangun pada masing-masing kecamatan studi dihitung dengan menggunakan persamaan: LT i DLT i = X 100 6 A i dimana: DLT : degradasi lahan terbangun LT : luas lahan terbangun km 2 A : luas kecamatan km 2 i : nama kecamatan 46 3 Keterbukaan Ekonomi Indeks keterbukaan ekonomi dihitung dengan mengukur rasio rerata nilai perdagangan masuk inflow dan perdagangan keluar outflow pada waktu t di kecamatan i terhadap jumlah keseluruhan GDP kecamatan i pada waktu t. Untuk menghitung indeks keterbukaan ekonomi pada masing-masing kecamatan studi dengan mengacu formulasi Adrianto dan Matsuda 2004, yaitu: M it + X it ET it = X 100 7 2GDP it dimana: ET it : tingkat keterbukaan ekonomi kecamatan i tahun t M it : total nilai perdagangan inflow kecamatan i pada tahun t. X it : total perdagangan outflow kecamatan pada tahun t. GDP it : GDP dari kecamatan i pada tahun t Tahap selanjutnya adalah melakukan standarisasi terhadap semua variabel indeks kerentanan untuk menyamakan satuan unit-unit yang digunakan dalam pengukuran tingkat kerentanan. Standarisasi variabel indeks kerentanan dengan menggunakan formulasi Briguglio 1995; Atkinson et al. 1997 diacu dalam Adrianto dan Matsuda 2004, yaitu: X ij – Min X j SV ij = , 0 ≤ SV ij ≤ 1 8 MaxX j – MinX j j = 1, 2, 3 PopI, DLT, ET dimana: SV ij : standarisasi variabel j untuk kecamatan i X ij : nilai dari variabel j untuk kecamatan i MinX j : nilai minimum dari variabel j untuk semua kecamatan di dalam indeks MaxX j : nilai maksimum dari variabel j untuk semua kecamatan di dalam indeks PopI : tekanan populasi penduduk kecamatan i DLT : degradasi lahan terbangun kecamatan i ET : keterbukaan ekonomi kecamatan i Penentuan tingkat kerentanan dalam penelitian ini menggunakan metode yang dikembangkan Briguglio 1995; Adrianto dan Matsuda 2002, 2004, dimana tingkat kerentanan ditentukan secara kuantitatif dan kualitatif berdasarkan 47 nilai komposit indeks kerentanan atau Composite Vulnerability Index CVI yang memiliki kisaran dari 0 hingga 1 atau 0 ≤CVI≤1. Dalam hal ini, nilai CVI yang mendekati batas bawah memiliki tingkat kerentanan rendah, nilai sekitar pertengahan memiliki tingkat kerentanan sedang, dan nilai yang mendekati batas atas memiliki tingkat kerentanan tinggi.

3.6.4 Analisis Resiliensi