57 6.
Mendukung peningkatan pendapatan masyarakat lokal melalui usaha penangkapan ikan dengan jala, budidaya ikan karamba, pemanfaatan Eceng
Gondok untuk bahan baku kerajinan, dan pengembangan teknologi pemanfaatan gambut untuk pupuk organik.
4.2 Kondisi Perikanan Danau Rawa Pening
Sektor perikanan merupakan salah satu bidang usaha masyarakat di sekitar Rawa Pening, selain di sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, dan
peternakan. Masyarakat nelayan Rawa Pening dapat dibedakan menjadi petani ikan dan nelayan perikanan tangkap. Petani ikan adalah orang yang memiliki mata
pencaharian membudidayakan ikan dengan kegiatan memelihara, membesarkan danatau membiakkan ikan serta memanen hasilnya. Nelayan adalah orang yang
mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan di Danau Rawa Pening. Kegiatan budidaya ikan dapat dilakukan oleh perorangan atau badan hukum
dengan menggunakan keramba jaring apung, keramba tancap, tambak widik, dan kolam pemancingan terapung. Jumlah keramba ikan di Danau Rawa Pening
adalah 200 keramba jaring apung dan 500 keramba tancap. Masyarakat nelayan telah membentuk kelompok nelayan yang anggotanya
berasal dari nelayan atau orang yang secara langsung turut memanfaatkan sumberdaya Rawa Pening. Pembentukan kelompok nelayan bertujuan
memudahkan pembinaan masyarakat nelayan dengan sasaran meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Jumlah anggota kelompok nelayan bervariasi antara
10-100 orang untuk setiap kelompok. Kelompok nelayan di Danau Rawa Pening berjumlah 32 kelompok, yaitu di Kecamatan Tuntang 12 kelompok, Kecamatan
Banyubiru 9 kelompok, Kecamatan Ambarawa 6 kelompok, dan Kecamatan Bawen 5 kelompok. Kelompok-kelompok nelayan tersebut tergabung dalam
Paguyuban Nelayan Sedyo Rukun yang memiliki jumlah anggota 1.265 nelayan dari sekitar 1.589 nelayan yang ada di Danau Rawa Pening.
Menurut Disnakan Kabupaten Semarang 2007, produksi perikanan tangkap di perairan umum Kabupaten Semarang pada Tahun 2006 mencapai
1.042,80 ton. Dari jumlah tersebut, sejumlah 957,80 ton 92 berasal dari perikanan tangkap perairan Rawa Pening dengan nilai produksi Rp.5.797.650.000.
58 Produksi perikanan tangkap rata-rata dari 32 kelompok nelayan di Danau Rawa
Pening adalah 746.079 kgtahun. Dari seluruh desakelurahan yang ada, Desa Asinan dengan 5 kelompok
nelayan memiliki jumlah produksi perikanan tangkap tertinggi, yaitu 171.192 kgtahun. Dari empat desa sampel penelitian, Desa Bejalen dengan 5 kelompok
nelayan memiliki jumlah produksi perikanan tangkap tertinggi, yaitu 103.372 kgtahun. Jumlah produksi perikanan tangkap yang dihasilkan oleh kelompok
nelayan dari masing-masing desakelurahan yang tergabung dalam Kelompok Nelayan Sedyo Rukun secara rinci disajikan pada Gambar 9.
171,192 103,372
95,523 90,054
70,350 70,145
59,520 34,879
26,358 16,710
7,976
- 40,000
80,000 120,000
160,000 200,000
Asinan Bejalen
Rowoboni Tuntang
Candirejo Kesongo
Rowosari Kebondowo
Kebumen Tambakboyo
Tegaron
D es
a K
el u
rah an
ProduksiTahun kg
Sumber: Disnakan Kabupaten Semarang 2007
Gambar 9 Jumlah produksi ikan di Danau Rawa Pening, Tahun 2007 Jenis ikan di perairan Danau Rawa Pening didominasi oleh jenis Nila
Hitam, Mujair, dan udang tawar. Ikan Nila Hitam merupakan jenis ikan yang memiliki jumlah produksi tertinggi, yaitu 346,1 tontahun. Dengan asumsi harga
Rp.6.000kg maka nilai produksi ikan Nila Hitam sebesar Rp.2.131.100.000. Ikan Betutu dengan jumlah produksi 9,7 ton merupakan jenis ikan yang memiliki nilai
jual termahal, yaitu Rp.20.000kg. Jumlah produksi perikanan tangkap berdasarkan jenis ikan di perairan Danau Rawa Pening secara rinci disajikan pada
Gambar 10.
59
346.1 191.4
84.9 72
63.3 56.6
40.2 34.2
27 24.3
9.7 6.9
0.5 0.4
0.3
50 100
150 200
250 300
350 400
Nila Hitam Mujair
Udang Tawar Ikan Teri
Wader Ijo Udang lainnya
Gabus Siput
Binatang lunak Sepat Siam
Betutu Lele
Nila Merah Karper Mas
Tawes
Jeni s I
k an
Produksi ton
Sumber: Disnakan Kabupaten Semarang 2007
Gambar 10 Jumlah produksi ikan menurut jenis ikan di Danau Rawa Pening, Tahun 2007
Pemerintah Kabupaten Semarang menyediakan sarana Tempat Pelelangan Ikan di Desa Rowoboni untuk memudahkan pemasaran hasil tangkapan. Fakta di
lapangan menunjukkan, bahwa nelayan lebih suka menjual ikan hasil tangkapan ke pedagangtengkulak. Selanjutnya, pedagang memasarkan ke Kota Salatiga,
Ungaran, dan Semarang. Dalam hal ini, nelayan memiliki posisi tawar yang lemah, karena penentuan harga ikan ada pada pedagang. Guna meningkatkan nilai
ekonomi ikan hasil tangkapan, penduduk Desa Kebondowo dan Rowoboni telah mengembangkan usaha industri rumahtangga dengan mengolah ikan hasil
tangkapan menjadi produk makanan olahan. Jenis alat tangkap ikan yang diijinkan di Rawa Pening telah diatur dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 25 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Sumberdaya Ikan di Rawa Pening. Dalam pasal 5 ditentukan bahwa
kegiatan penangkapan ikan di perairan Rawa Pening hanya diperbolehkan dengan menggunakan alat penangkap ikan berupa branjang arang, branjang kerep, jala,
jaring unyil , sodo dorong, sodo tarik, pancing rawe, bubu, icir, embakan, dan
pancing tunggal . Fakta di lapangan menunjukkan, bahwa masih ada nelayan di
Rawa Pening yang tidak mematuhi ketentuan tentang penggunaan alat tangkap, misalnya menggunakan jala dengan ukuran mata jaring kurang dari 2 inchi.
60
4.3 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat