120
mencerminkan efek pertumbuhan. Efek pertumbuhan mampu mendorong penurunan jumlah penduduk miskin selama dua periode yang diilustrasikan oleh
berkurangnya luas area di sebelah kiri garis kemiskinan dan di bawah kurva density. Meskipun demikian, terdapat pola distribusi pendapatan selama dua periode justru
bergeser ke arah kanan, artinya distribusi menjadi semakin tidak merata atau timpang. Jumlah penduduk miskin tetap mengalami penurunan dari 21,11 persen
di tahun 2004 menjadi 16,56 persen pada tahun 2010, tetapi efektifitas dalam penurunannya menjadi berkurang akibat meningkatnya ketimpangan dalam
distribusi pendapatan.
Sumber : Diolah dari Susenas 2004 dan 2010, BPS Jawa Tengah
Gambar 41 Kurva Distribusi Penduduk menurut Pengeluaran Perkapita di Jawa Tengah Tahun 2004 dan 2010
5.5 Simulasi Kebijakan
Simulasi merupakan salah satu tahapan dalam permodelan yang dapat digunakan untuk mengkaji arah hubungan dan besarnya pengaruh dari perubahan
variabel eksogen tertentu dalam model terhadap semua variabel endogen. Simulasi memiliki beberapa tujuan, yakni melakukan pengujian dan evaluasi
terhadap model expost, mengevaluasi kebijakan pada masa lampau backasting dan membuat peramalan pada masa datang ex-ante.
2. 00e-
06 4.
00e- 06
6. 00e-
06 8.
00e- 06
200000 400000
600000 800000
1000000
2. 00e-
06 4.
00e- 06
6. 00e-
06 8.
00e- 06
200000 400000
600000 800000
1000000 Pengeluaran Perkapita
Garis Kemiskinan Rata-rata Pengeluaran Perkapita
121
5.5.1 Validasi Model
Tahapan yang dilakukan sebelum melakukan simulasi adalah validasi model. Validasi berguna untuk mengetahui daya prediksi model hasil estimasi
atau sejauh mana hasil estimasi mampu menjelaskan kondisi yang sebenarnya. Model dikatakan valid untuk melakukan simulasi jika memenuhi semua atau
sebagian dari kriteria Root Mean Square Percent Error RMPSE di bawah 100 persen, Theil’s Innequality Coeficient U-Theil’s mendekati 0 dan koefisien
determinasi mendekati 1. Hasil validasi model secara ringkas disajikan dalam Tabel 12. Secara
umum, keempat persamaan sudah memenuhi aspek kelayakan dan dapat digunakan untuk melakukan simulasi. Hal ini terlihat dari nilai RMPSE pada
semua persamaan berkisar antara 0,028-0,216, artinya berada di bawah 100 persen. Nilai U-Theil’s dari semua persamaan juga sudah mendekati 0, tetapi dari
validasi menggunakan koefisien determinasi menunjukkan belum semua persamaan memiliki nilai R
2
di atas 80 persen. Persamaan ketimpangan Gini rasio pendapatan hanya memiliki koefisien determinasi di bawah 50 persen,
artinya model hanya mampu menjelaskan keragaman variabel indeks ketimpangan sebesar 50 persen dan 50 persen yang lainnya dijelaskan oleh variabel lain di luar
persamaan.
Tabel 12 Hasil Validasi Variabel Endogen Pada Model Estimasi
Variabel Endogen Validasi Model
RMPSE
Root Mean Percent Squares Error
U-Theil’s
Theil’s Inequality Coefficient
R
2
Koefisien Determinasi KAP Pendapatan Perkapita
0,028 0,015
0,996 UN Jumlah Penganggur
0,216 0,099
0,881 IGINI Gini Rasio Pendapatan
0,114 0,051
0,496 HC Jumlah Penduduk Miskin
0,104 0,047
0,986
Sumber: Hasil pengolahan
5.5.2 Dampak Kenaikan Belanja Pembangunan
Analisis dampak kenaikan belanja pembangunan dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kebijakan pemerintah melalui instrumen
belanja pembangunanmodal terhadap pertumbuhan pendapatan perkapita,
122
pengangguran, ketimpangan dan kemiskinan di Jawa Tengah berdasarkan model yang telah dibangun. Simulasi dilakukan melalui dua skenario utama. Skenario
pertama adalah meningkatkan pengeluaran belanja pembangunan di semua kabupatenkota sebesar 22 persen Sim-a. Skenario 22 persen didasarkan pada
tren pertumbuhan belanja pembangunan per tahun selama periode 2004-2010 di Provinsi Jawa Tengah.
Skenario yang kedua adalah meningkatkan proporsi atau rasio belanja pembangunan terhadap APBD di semua kabupatenkota menjadi beberapa
tingkatan, yakni 18 persen Sim-b1, 20 persen Sim-b2 dan 23 persen Sim-b3. Nilai skenario 23 persen didasarkan atas rata-rata rasio belanja pembangunan
terhadap APBD kabupatenkota di level nasional selama tahun 2011. Sementara itu, nilai rasio sebesar 18 persen dan 20 persen digunakan sebagai simulasi
pembanding. Sampai tahun 2010, rata-rata rasio belanja pembangunan terhadap APBD kabupatenkota di Jawa Tengah masih sebesar 14,5 persen dan menempati
peringkat kedua yang terendah secara nasional Depkeu, 2011. Hasil simulasi menggunakan skenario kenaikan belanja pembangunan
sebesar 22 persen Sim-a secara ringkas disajikan dalam Tabel 13. Simulasi ini menghasilkan nilai pendapatan perkapita sebesar Rp 4,78 juta atau meningkat 0,4
persen dari nilai dasar sebesar Rp 4,76 juta. Jumlah penganggur dan indeks ketimpangan mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,58 persen dan 0,002
poin. Sementara itu, jumlah penduduk miskin turun 0,75 persen menjadi 5.696 ribu jiwa. Simulasi dengan skenario ini memberikan pengaruh yang sama di
semua daerah berdasarkan klasifikasi pada tipologi Klassen Lampiran 14.
Tabel 13 Hasil Simulasi Peningkatan Belanja Pembangunan Sebesar 22 Persen
Variabel Keterangan
Dasar Simulasi
Perubahan
KAP Pendapatan Perkapita Rp Juta
4,76 4,78
0,40 UN
Jumlah Pengangguran Jiwa 849,29
844,38 -0,58
GINI Indeks Ketimpangan
0,2842 0,2818
-0,002 HC
Jumlah Penduduk Miskin Jiwa 5.739
5.696 -0,75
Sumber : Hasil Pengolahan
Hasil simulasi dengan meningkatkan proporsi belanja pembangunan terhadap APBD semua kabupatenkota menjadi 18 persen Sim-b1, 20 persen
123
Sim-b2 dan 23 persen Sim-b3 disajikan dalam Tabel 14. Secara umum, simulasi menjggunakan Sim-b1, Sim-b2 dan Sim-b3 menghasilkan respon yang
lebih baik dalam meningkatkan pertumbuhan, maupun mengurangi pengangguran, ketimpangan dan kemiskinan dibandingkan dengan simulasi pertama Sim-a.
Tabel 14 Hasil Simulasi Peningkatan Rasio Belanja Pembangunan Terhadap APDB KabupatenKota Sebesar 18 Persen, 20 Persen dan 23 Persen
Tipe DaerahVariabel Endogen
Data Dasar
Simulasi Perubahan
Sim-b1 Sim-b2
Sim-b3 Sim-b1
Sim-b2 Sim-b3
Daerah Maju KAP
9,39 9,51
9,53 9,56
1,33 1,55
1,83 UN
129,65 127,52
127,12 126,61
-1,65 -1,95
-2,35 GINI
0,3017 0,2962
0,2950 0,2933
-0,006 -0,007
-0,008 HC
458,8 449,7
447,9 445,6
-1,98 -2,37
-2,89 Daerah Tertekan
KAP 8,55
8,66 8,68
8,71 1,33
1,55 1,83
UN 138,93
135,99 135,57
135,02 -2,12
-2,42 -2,81
GINI 0,2940
0,2870 0,2858
0,2842 -0,0070
-0,0082 -0,0099
HC 607,9
590,2 587,9
584,8 -2,90
-3,29 -3,80
Daerah Tertinggal KAP
3,45 3,50
3,51 3,52
1,35 1,56
1,85 UN
263,28 258,29
257,50 256,45
-1,90 -2,20
-2,59 GINI
0,2746 0,2673
0,2661 0,2644
-0,0073 -0,0085
-0,0101 HC
2085,09 2036,83
2028,73 2018,04
-2,31 -2,70
-3,22 Daerah Berkembang
KAP 2,99
3,02 3,03
3,04 1,24
1,45 1,74
UN 317,43
312,05 311,10
309,83 -1,69
-1,99 -2,39
GINI 0,2790
0,2718 0,2706
0,2689 -0,0072
-0,0084 -0,0100
HC 2587,2
2529,1 2519,0
2505,7 -2,25
-2,64 -3,15
Jawa Tengah KAP
4,76 4,83
4,84 4,85
1,31 1,53
1,81 UN
849,29 833,85
831,29 827,91
-1,82 -2,12
-2,52 GINI
0,2842 0,2772
0,2759 0,2743
-0,0070 -0,0082
-0,0099 HC
5739,0 5605,9
5583,6 5554,2
-2,32 -2,71
-3,22
Sumber : Hasil Pengolahah Keterangan: Sim-b1 : Peningkatan Rasio Belanja Pembangunan terrhadap APBD KabupatenKota menjadi 18.
Sim-b2 : Peningkatan Rasio Belanja Pembangunan terrhadap APBD KabupatenKota menjadi 20 Sim-b3 : Peningkatan Rasio Belanja Pembangunan terrhadap APBD KabupatenKota menjadi 23
. Pada level provinsi, simulasi dengan meningkatkan porsi belanja pembangunan sampai 23 persen Sim-b1 merupakan skenario yang paling efektif.
Skenario ini menghasilkan pendapatan perkapita sebesar Rp 4,85 juta atau tumbuh 1,81 persen. Jumlah penganggur, indeks ketimpangan maupun jumlah penduduk
miskin juga menurun dengan perubahan masing-masing sebesar 2,52 persen, 0,0099 poin dan 3,22 persen. Sementara, Sim-b2 dan Sim-b3 juga menunjukkan
hasil yang sama meskipun besarnya perubahan lebih kecil. Sim-b1 menjadi