39
yang harus ditanggung yakni meningkatnya harga-harga inflasi. Sebaliknya, jika kebijakan yang ditetapkan adalah mengendalikan inflasi maka resikonya
adalah akan meningkatkan pengangguran. Kebijakan penentuan upah minimum regional juga memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan jumlah
pengangguran. Variabel yang memengaruhi ketimpangan distribusi pendapatan terdiri
dari pertumbuhan pendapatan perkapita, alokasi kepemilikan aset atau kekayaan, ketimpangan dalam skill atau keterampilan, perubahan harga atau inflasi dan
pengeluaran pemerintah. Berdasarkan beberapa studi sebelumnya, tidak terdapat relasi yang sistematis antara pertumbuhan pendapatan perkapita dengan
ketimpangan distribusi pendapatan dan pola di setiap negara berbeda-beda. Meskipun secara rata-rata pendapatan perkapita meningkat, distribusi dapat
bergeser semakin timpang, semakin merata atau tetap. Ketimpangan dalam mengakses pendidikan antar penduduk menurut golongan pendapatan
menyebabkan perbedaan dalam skill atau keterampilan dan produktivitas sehingga upah atau pendapatan diterima juga akan berbeda. Secara rata-rata, penduduk
miskin memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah sehingga mayoritas memilih bekerja di sektor informal meskipun tingkat upah dan pendapatan yang
diterima lebih rendah. Sebaliknya, rata-rata pendidikan penduduk golongan atas cenderung lebih tinggi sehingga akan lebih selektif dalam menerima pekerjaan.
Dengan pendidikan yang lebih tinggi maka produktivitasnya juga akan semakin tinggi sehingga tingkat upah dan pendapatan yang diterimanya juga akan semakin
besar. Determinan kemiskinan menurut Bourguignon 2004 terdiri dari
pertumbuhan pendapatan perkapita, distribusi pendapatan dan redistribusi pendapatan sehingga semua determinan pertumbuhan dan ketimpangan secara
tidak langsung juga akan memengaruhi kemiskinan.
2.7 Tinjauan Empiris Penelitian Terdahulu
Penelitian dengan topik yang serupa telah banyak dilakukan baik di dalam lingkup nasional antar negara menggunakan metode yang berbeda-beda. Wodon
1999 mengembangkan model regresi data panel dalam penelitian mengenai
40
keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi, ketimpangan distribusi pendapatan dan kemiskinan di Banglades. Ada tiga model persamaan regresi data panel yang
digunakan, yakni: ���
��
= ∝ +����
��
+ �
�
+ �
��
; ���
��
= � + ����
��
+ ����
��
+ �
�
+ �
��
; dan
���
��
= � + ��
��
+ �
�
+ �
��
2.25 dimana:
� = Gini rasio; � =Level pendapatankonsumsi perkapita; � = Indikator kemiskinan FGT;
∝, �, � = koefisien; �
�
, �
�
, �
�
= fixedrandom effect; �
��
, �
��
, �
��
= error term
; i=Provinsi; t=Tahun. � = Elastisitas ketimpangan terhadap
pertumbuhan; �=Elastisitas kemiskinan terhadap ketimpangan; � = Elastisitas
netto kemiskinan terhadap pertumbuhan; λ = Elastisitas total kemiskinan terhadap
pertumbuhan, dimana λ = � + ��.
Ada beberapa temuan yang dihasilkan oleh penelitian ini. Pertama, tidak ada hubungan yang sistematis yang signifikan antara pertumbuhan dan
ketimpangan pendapatan di wilayah perdesaan, sedangkan di daerah perkotaan ada hubungan positif. Artinya, pertumbuhan yang dihasilkan di wilayah
perkotaan semakin meningkatkan ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Kedua, ada hubungan searah antara perubahan ketimpangan dengan perubahan
kemiskinan baik di perkotaan maupun perdesaan sehingga jika ketimpangan meningkat maka kemiskinan juga meningkat. Ketiga, ada hubungan berlawanan
antara pertumbuhan dengan perubahan kemiskinan sehingga jika pertumbuhan meningkat maka kemiskinan akan menurun. Hal ini berarti ada manfaat yang
diterima penduduk miskin dari pertumbuhan yang dihasilkan. Meng et al. 2005 melakukan penelitian dengan topik yang serupa di
kawasan perkotaan China selama periode 1986-2000. Model yang digunakan adalah regresi data panel menggunakan data di level provinsi dan dispesifikasi
sebagai: ���
��
= � + ����
��
+ ����
��
+ ����
��
+ �����
��
+ ����
��
+ �
�
+ �
��
2.26 Perubahan kemiskinan merupakan fungsi dari pertumbuhan pendapatan perkapita,
perubahan gini rasio, perubahan tingkat tabungan, perubahan share pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan dan perumahan, perubahan rata rata jumlah anggota
rumah tangga yang bekerja, dan perubahan harga relatif inflasi kelompok bahan
41
makanan. Hasil temuannya adalah pertumbuhan pendapatan perkapita merupakan determinan utama dalam penurunan kemiskinan selama waktu 15 tahun dalam
penelitian. Perubahan tabungan dan pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan dan perumahan memiliki hubungan yang tidak searah dengan perubahan kemiskinan.
Laju inflasi bahan makanan dan ketimpangan pendapatan memiliki hubungan yang searah dengan kemiskinan, artinya jika nilai dari variabel-variabel tersebut
meningkat maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk miskin. Nayyar 2005 membangun sebuah model untuk mengkaji proses
penurunan kemiskinan di kawasan perdesaan India melalui dua pendekatan, yakni pendekatan langsung dan tidak langsung. Pendekatan tidak langsung mengacu
pada konsep pembangunan dualistik yang menekankan pada interaksi dual economic
antara sektor pertanian tradisional dan sektor industri modern sebagai dampak dari proses pembangunan. Akumulasi kapital di sektor industri
merupakan motor penggerak pertumbuhan dalam pembangunan ekonomi dan pembangunan ekonomi sebagai prasyarat transformasi struktural yang progresif
dari sektor pertanian menuju sektor industri modern. Pendekatan tidak langsung menekankan pada aspek redistribusi pendapatan melalui kebijakan peningkatan
daya beli, peningkatan akses terhadap aset dan pendidikan, subsidi bahan pangan dan program anti kemiskinan lainnya.
Dengan pendekatan model data panel penelitian Nayyar menghasilkan temuan beberapa determinan yang memengaruhi perubahan kemiskinan di
kawasan perdesaan India. Determinan yang berhubungan searah atau positif adalah perubahan indeks harga konsumen inflasi dan distribusi kepemilikan
lahan. Determinan yang berhubungan negatif adalah output perkapita sektor non pertanian, pertumbuhan output per pekerja sektor pertanian, pengeluaran untuk
program anti kemiskinan, indeks ketimpangan gender dan pertumbuhan infrastruktur fisik.
Fan et al 2002 melalukan penelitian dengan topik yang serupa di kawasan perdesaan China dan lebih menekankan pada peran investasi publik.
Metode yang mereka gunakan adalah persamaan simultan dengan data panel di level provinsi serta menggunakan beberapa variabel eksogen seperti pertumbuhan
penduduk perdesaan, belanja pemerintah untuk pendidikan, belanja investasi dan
42
pengembangan RD sektor pertanian, belanja pemerintah untuk infrastruktur perdesaan seperti telekomunikasi, listrik dan jalan. Hasil temuan dari penelitian
menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk pendidikan memiliki pengaruh yang paling kuat terhadap penurunan kemiskinan melalui peningkatan
usia lama sekolah dan kemampuan baca tulis penduduk. Peningkatan kualitas pendidikan ini akan meningkatkan produktivitas pertanian, upahincome,
pertumbuhan output PDB di sektor pertanian dan non pertanian dan dampak akhirnya adalah menurunkan kemiskinan. Pengeluaran pemerintah untuk kegiatan
pengembangan dan RD di sektor pertanian juga memiliki andil yang besar dalam meningkatkan produktivitas pertanian, GDP sektor pertanian dan
penurunan kemiskinan. Beberapa variabel lain yang juga berpengaruh signifikan adalah pengeluaran investasi pemerintah untuk infrastruktur jalan, telekomunikasi
dan listrik. Penelitian serupa juga telah banyak dilakukan di Indonesia. Hajiji 2010
mengkaji keterkaitan pertumbuhan, ketimpangan dan kemiskinan di Provinsi Riau menggunakan spesifikasi model yang dikembangkan oleh Wodon 1999. Hasil
temuan utamanya adalah pertumbuhan ekonomi menjadi variabel penting dalam proses penurunan kemiskinan di Provinsi Riau. Namun, tingkat efektivitasnya
menjadi berkurang karena pertumbuhan yang dihasilkan juga menyebabkan naiknya ketimpangan dalam distribusi pendapatan yang diterima oleh penduduk.
Siregar dan Wahyuniarti 2007 melakukan penelitian mengenai pengaruh pertumbuhan ekonomi dan faktor lainnya terhadap kemiskinan di Indonesia.
Temuan yang diperoleh adalah pertumbuhan ekonomi berpengaruh signifikan terhadap penurunan jumlah penduduk miskin meskipun pengaruhnya relatif kecil.
Faktor yang memiliki pengaruh relatif besar dalam menurunkan kemiskinan adalah tingkat pendidikan. Faktor lainnya yang berpengaruh adalah inflasi,
populasi penduduk, share sektor pertanian, dan sektor industri. Hasil penelitian empiris di berbagai negarawilayah termasuk Indonesia,
menunjukkan adanya keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan dan pengentasan kemiskinan. Secara umum, ada tiga temuan utama,
yakni: pertumbuhan ekonomi menjadi determinan penting bagi pengentasan kemiskinan; belum ada cukup bukti untuk menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi
43
Kultural
Tidak dianalisis dalam penelitian Dianalisis dalam penelitian
Distribusi Pendapatan Perluasan Kesempatan Kerja
dan Pengangguran Pertumbuhan Ekonomi dan
Pendapatan Perkapita
Rekomendasi Kebijakan Pengentasan Kemiskinan
Struktural
Permasalahan Kemiskinan Jawa Tengah
Tingkat Kemiskinan Tinggi di atas sasaran MDG’s dan RPJM Pola Kemiskinan antar KabupatenKota Sangat Heterogen
Pertumbuhan Tinggi, Distribusi Pendapatan Tidak Berubah Penurunan Kemiskinan Berjalan Lambat
Faktor Penyebab
Akumulasi Modal Fisik Investasi Modal Manusia Tenaga Kerja,
Pendidikan, dan Kesehatan Infrastruktur Perekonomian
Transportasi , Komunikasi dan Listrik Pengeluaran PemerintahBelanja
Pembangunan Keterbukaan Perekonomian
Tata Kelola Pemerintahan
memengaruhi distribusi pendapatan semakin merata atau semakin timpang; perubahan distribusi pendapatan ke arah yang lebih merata memberikan dampak
yang positif bagi pengentasan kemiskinan.
2.8 Kerangka Pemikiran
Keragaman dalam potensi ekonomi, kualitas infrastruktur maupun sumber daya manusia antar kabupatenkota di Jawa Tengah menyebabkan keragaman
dalam struktur perekonomian dan pola kemiskinan. Pertumbuhan pendapatan perkapita yang dihasilkan di level provinsi dan mayoritas kabupatenkota sudah
cukup tinggi, namun pengentasan kemiskinan belum berjalan secara efektif dan masih jauh di atas sasaran yang diharapkan. Fokus utama penelitian ini adalah
mengkaji hubungan antara pertumbuhan pendapatan perkapita, pengangguran ketimpangan distribusi pendapatan, pengangguran dan kemiskinan serta
mengidentifikasi determinan yang memengaruhi penurunan kemiskinan melalui variabel pertumbuhan, perluasan kesempatan
kerjapengangguran dan ketimpangan pendapatan dengan pendekatan model ekonometrika. Secara umum
kerangka pemikiran dalam penelitian ini disusun dengan sistematika Gambar 12.
Gambar 12 Kerangka Pemikiran