Teori Pertumbuhan Endogen Teori Pertumbuhan Ekonomi .1 Teori Pertumbuhan Harrod-Domar

23 garis pemerataan maka ketidakmerataan semakin besar atau ketimpangan semakin meningkat. Sumber : Todaro dan Smith 2006 Gambar 6 Kurva Lorenz Indikator yang paling populer digunakan untuk mengukur derajat ketimpangan dalam distribusi pendapatan adalah Gini rasio. Gini rasio merupakan ukuran ketimpangan yang memenuhi empat prinsip pengukuran, sehingga dapat digunakan untuk membandingkan ketimpangan distribusi pendapatan antar waktu maupun antar wilayah Todaro dan Smith, 2006. Keempat kriteria atau prinsip pengukuran tersebut didefinisikan sebagai berikut: 1. Prinsip anonimitas anonimity principle, artinya ukuran ketimpangan seharusnya tidak tergantung pada siapa yang mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi atau apakah itu orang kaya atau miskin. 2. Prinsip independensi skala scale independence pronciple, ukuran ketimpangan tidak tergantung pada ukuran perekonomian suatu negara dan cara mengukur pendapatannya. Artinya, tidak tergantung apakah kondisi negara kaya atau miskin serta diukur dalam dolar atau mata uang lainnya. 3. Prinsip independensi populasi population independence principle, ukuran ketimpangan tidak tergantung pada jumlah penduduk suatu negarawilayah, sehingga perekonomian Indonesia tidak boleh dikatakan lebih meratatimpang dari Vietnam hanya karena jumlah penduduk Indonesia lebih banyak. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 P er sen ta se P en d a p a ta n Persentase Populasi Garis Pemerataan Kurva Lorenz I II ���� ����� = ������ � ������ � + �� 24 4. Prinsip transfer Pique-Dalton Pique-Dalton transfer principle, jika diasumsikan semua pendapatan lain konstan maka dengan mentransfer sejumlah pendapatan dari orang kaya kepada orang miskin maka akan dihasilkan distribusi pendapatan yang baru dan lebih merata. Nilai Gini rasio dihitung berdasarkan perbandingan luas daerah I dengan luas daerah I+II dalam kurva Lorenz Gambar 6. Secara matematis, Ray 1998 menyajikan formula untuk menghitung Gini rasio sebagai berikut: � = 1 2 � 2 � � � � � � � �� � − � � � � �=1 � �=1 2.16 dimana: � = 1 � ∑ � � � � � �=1 merupakan rata-rata pendapatan penduduk total pendapatan dibagi dengan jumlah penduduk; n=jumlah penduduk; � � =jumlah penduduk kelompok ke-j; � � =jumlah penduduk kelompok ke-k; � � = jumlah pendapatan kelompok penduduk ke-j; � � = jumlah pendapatan kelompok penduduk ke-k. Nilai Gini rasio G berkisar antara nol sampai satu, semakin mendekati nol menunjukkan tingkat distribusi pendapatan yang semakin merata. Sebaliknya, jika nilai Gini rasio semakin mendekati satu menunjukkan distribusi pendapatan yang semakin tidak merata atau semakin timpang. Oshima 1970 membagi tingkat ketimpangan pendapatan menjadi tiga kriteria, yakni ketimpangan rendah jika Gini rasio kurang dari 0,3, ketimpangan sedang jika Gini rasio berada antara 0,3 sampai 0,4 dan ketimpangan tinggi jika lebih dari 0,4. Todaro dan Smith 2006 menyatakan adanya ketimpangan yang tinggi antara kelompok kaya dan miskin akan menimbulkan beberapa dampak negatif, yakni terjadinya inefisiensi ekonomi serta melemahkan stabilitas dan solidaritas sosial. Inefisiensi ekonomi terjadi karena kelompok penduduk miskin akan semakin kesulitan untuk mengakses kredit, sementara kelompok penduduk kaya cenderung berperilaku konsumtif terutama dalam mengkonsumsi barang-barang mewah impor. Adanya ketimpangan menunjukkan belum terwujudnya sistem keadilan sosial sehingga ketika ketimpangan terus meningkat dan berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka akan melemahnya stabilitas serta solidaritas sosial. 25 2.4 Teori Kemiskinan 2.4.1 Definisi Kemiskinan Kemiskinan memiliki makna yang sangat luas dan bersifat multidimensional, sehingga definisi kemiskinan juga sangat multitafsir dan selalu mengalami perluasan seiring dengan kompleksitas faktor penyebab maupun permasahalan lain yang melingkupinya. Dimensi kemiskinan tidak hanya menyangkut aspek ekonomi, namun juga menyangkut dimensi sosial, kultural maupun politik. Kemiskinan dapat diukur melalui dua pendekatan yaitu pendekatan ekonomi atau incomekekayaan dan pendekatan non-ekonomi. Sen dalam Todaro dan Smith 2006 menyatakan bahwa status miskin atau tidaknya seseorang tidak dapat ditentukan oleh tingkat pendapatan atau utilitas yang dimiliki seperti dalam pandangan konvensional. Status miskin atau tidaknya seseorang lebih ditentukan oleh kapabilitas untuk berfungsi capabilities to function dan pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang penting, namun tidak dapat dianggap sebagai tujuan akhir. Hal yang terpenting bukan pada besarnya pendapatan yang diperoleh atau utilitas seseorang terhadap suatu barang, tetapi apa yang dapat dilakukan orang dengan pendapatan atau barang yang dimilikinya. Kemiskinan dianggap bentuk kegagalan tidak berfungsinya beberapa kapabilitas dasar yang dimiliki seseorang, atau seseorang dikatakan miskin jika kekurangan kesempatan untuk mencapai atau mendapatkan kapabilitas dasar ini. Dalam perkembangannya, kemiskinan pendekatan income lebih sering digunakan karena lebih mudah dalam aspek pengukuran. Kemiskinan dengan pendekatan income dibedakan menjadi dua, yakni kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut. Kemiskinan secara relatif didefinisikan sebagai kondisi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan dalam distribusi pendapatan yang diterima penduduk. Ukuran kemiskinan relatif sangat tergantung pada distribusi pendapatanpengeluaran penduduk di wilayah tersebut, sehingga dengan definisi ini “orang miskin selalu ada” di semua tempat. Garis kemiskinan relatif tidak dapat digunakan untuk membandingkan tingkat kemiskinan antar wilayah dan waktu karena tidak mencerminkan tingkat kesejahteraan yang sama. Artinya, seseorang yang dikatakan miskin di negara