77
semakin meningkat dari 68,88 pada tahun 2004 menjadi 72,49 di tahun 2010 Tabel 4. Secara umum, posisi pembangunan manusia selama periode tersebut
termasuk dalam kategori menengah atas dan dari sisi kualitas semakin menunjukkan peningkatan atau semakin membaik. Peringkat IPM Jawa Tengah
masih berada di urutan keempat belas dari 33 provinsi di Indonesia. Ketiga aspek penyusun IPM baik aspek kesehatan, aspek pendidikan dan
aspek daya beli penduduk semakin menunjukkan perbaikan dalam kualitas. Angka harapan hidup pada saat lahir meningkat dari 69,70 tahun menjadi 71,40
tahun di tahun 2010. Angka ini memiliki makna rata-rata usia harapan hidup yang akan dijalani oleh bayi yang lahir di tahun 2010 sampai akhir hayatnya adalah
71,40 tahun. Daya beli penduduk yang diukur dari konsumsi riil perkapita perbulan yang disesuaikan Purchasing Power ParityPPP juga meningkat dari
Rp 619 ribu pada tahun 2004 menjadi Rp 637 ribu di tahun 2010. Demikian pula dengan tingkat pengetahuan penduduk yang diukur dari rata-rata lama sekolah dan
angka melek huruf juga mengalami kenaikan yang signifikan. Rata-rata lama sekolah berada pada level 7,24 tahun, artinya rata-rata penduduk berusia kerja
14 tahun memiliki lama sekolah yang setara dengan kelas 7 atau SLTP tahun pertama.
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2011
Gambar 21 IPM Jawa Tengah menurut KabupatenKota, 2010
78
67.67 67.68
69.04 68.44
70.11 69.98
68.79 71.34
70.37 69.73
72.56 69.32
72.28 69.01
70.82 70.19
70.13 70.12
70.52 71.24
69.72 70.85
69.62 72.83
72.20 70.23
71.50 68.74
72.47 72.54
70.32 71.03
70.22 72.13
72.16
60 65
70 75
Brebes Pemalang
Banjarnegara Kendal
Batang Wonosobo
Tegal Blora
Boyolali Grobogan
Sragen Kebumen
Wonogiri Pekalongan
Cilacap Purbalingga
Rembang Magelang
Purworejo Demak
Banyumas Jepara
Kudus Pati
Karanganyar Sukoharjo
Klaten Kota Tegal
Semarang Temanggung
Kota Pekalongan Kota Salatiga
Kota Magelang Kota Semarang
Kota Surakarta
Angka harapan Hidup Tahun
5.70 6.49
6.33 6.91
6.71 6.27
6.56 6.25
7.37 6.76
6.99 6.87
6.32 6.66
6.85 7.18
6.85 7.26
7.75 7.59
7.73 7.40
8.11 6.95
7.39 8.36
8.27 8.25
7.75 7.01
8.66 9.94
10.21 9.98
10.32
3 6
9 12
Rata-rata Lama Sekolah Tahun
86.14 90.76
88.43 89.15
88.09 90.47
89.26 83.19
85.97 90.36
84.36 90.74
82.18 92.05
90.28 93.48
91.17 91.35
91.51 91.36
93.98 93.09
93.71 86.42
86.91 90.69
89.90 94.88
93.62 95.94
95.68 96.50
97.25 96.44
96.68
60 65 70 75 80 85 90 95 100
Angka Melek Huruf Persen
634 635
634 637
630 630
640 642
632 631
628 636
647 640
635 631
641 637
635 632
635 632
637 646
648 647
644 651
635 635
641 648
650 647
652
610 620
630 640
650 660
Daya Beli Rp 000
Karakteristik pembangunan manusia menurut kabupatenkota di Jawa Tengah pada tahun 2010 disajikan dalam Gambar 21. Nilai IPM di semua
kabupatenkota bervariasi antara 68,20 sampai 77,86 sehingga termasuk dalam kategori menengah atas. Peringkat nilai IPM secara kasar menunjukkan urutan
kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh setiap kabupatenkota, semakin rendah peringkatnya maka semakin baik kualitas pembangunan manusianya dan
semakin tinggi peringkatnya maka kualitas pembangunan manusia semakin buruk.
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2011
Gambar 22 Komponen IPM menurut KabupatenKota Tahun 2010
Lima daerah yang memiliki peringkat IPM tertinggi merupakan daerah yang berstatus kota dan secara berturut-turut adalah Kota Surakarta, Kota
Semarang, Kota Magelang, Kota Salatiga serta Kota Pekalongan. Tingginya IPM di kelima daerah dicirikan oleh nilai komponen penyusunnya, yakni indikator
pendidikan, kesehatan dan daya beli yang secara umum lebih tinggi dari level provinsi Gambar 22. Fenomena ini sangat terkait dengan ketersediaan
infrastruktur pendidikan, kesehatan maupun perekonomian di daerah kota yang relatif lebih baik dan lebih mudah diakses dibandingkan dengan daerah
kabupaten. Kemudahan penduduk perkotaan untuk memperoleh akses pelayanan
79
juga dipengaruhi oleh jarak tempat tinggal ke infrastruktur pelayanan, biaya serta ketersediaan sarana transportasi yang memadai. Hal ini menjadi penjelas
mengapa IPM daerah kota relatif lebih berkualitas dibandingkan dengan daerah kabupaten.
Enam daerah yang memiliki peringkat nilai IPM terendah di Jawa Tengah terdiri dari Kabupaten Brebes, Pemalang, Banjarnegara, Kendal, Batang dan
Wonosobo. Rendahnya kualitas pembangunan manusia di keenam daerah dicirikan oleh indikator usia harapan hidup, rata-rata lama sekolah dan angka
melek huruf penduduk berusia produktif, serta daya beli penduduk yang lebih rendah dari rata-rata pada level provinsi.
4.2 Dinamika Pertumbuhan, Pengangguran, Ketimpangan Pendapatan
dan Kemiskinan
4.2.1 Dinamika Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Perkapita
Kinerja perekonomian Jawa Tengah yang diukur dengan pertumbuhan ekonomi selama periode 1990-2010 memiliki pola yang berfluktuasi. Sampai
tahun 1996, perekonomian mampu tumbuh positif dengan rata-rata pertumbuhan di atas 7 persen per tahun. Krisis ekonomi yang bermula dari krisis mata uang
pada pertengahan tahun 1997 menyebabkan kinerja perekonomian di level regional memburuk. Dampak krisis menyebabkan pertumbuhan ekonomi Jawa
Tengah melambat hingga 3,03 persen di tahun 1997 dan puncaknya terjadi kontraksi atau pertumbuhan negatif sebesar 11,74 persen di tahun 2008. Pasca
krisis ekonomi, kinerja perekonomian secara perlahan mulai bangkit yang ditandai oleh laju pertumbuhan rata-rata di atas 4 persen per tahun.
Pendapatan perkapita yang diukur dengan pendekatan PDRB perkapita mencerminkan tingkat kesejahteraan penduduk secara rata-rata dalam suatu
wilayah. Perkembangan PDRB perkapita penduduk Jawa Tengah selama periode 2004-2010 sajikan dalam Gambar 23. Secara umum, level PDRB perkapita per
tahun atas dasar harga berlaku ADHB maupun atas dasar harga konstan ADHK tahun 2000 menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Pada
tahun dasar 2000, PDRB perkapita berada pada level 3,67 juta per tahun dan secara bertahap meningkat hingga 13,72 juta di tahun 2010. Atas dasar harga
konstan tahun 2000, maka nilainya setara dengan 5,77 juta per tahun.
80
Perkembangan level PDRB perkapita yang selalu meningkat secara kasar menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk secara rata-rata yang semakin
membaik.
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah
Gambar 23 Level PDRB Perkapita Penduduk Jawa Tengah Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan serta Pertumbuhannya, 2000-2010
Pola pertumbuhan pendapatan perkapita selama periode 2000-2010 hampir sama dengan pola pertumbuhan ekonomi, namun level pertumbuhannya selalu
lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi. Secara umum, perubahan pendapatan perkapita selama periode tersebut memiliki tren yang positif sebesar 0,046. Hal
ini berarti pendapatan perkapita Jawa Tengah setiap tahun setiap tahun mengalami pertumbuhan dengan rata-rata sebesar 4,6 persen.
Gambar 24 mengilustrasikan pola perkembangan pendapatan perkapita riil kabupatenkota di Jawa Tengah yang diproksi dengan PDRB perkapita selama
periode 2004-2010. Tujuh daerah yang memiliki level PDRB perkapita tertinggi secara berturut-turut adalah Kabupaten Kudus, Kabupaten Cilacap, Kota
Semarang, Kota Surakarta, Kota Magelang, Kota Pekalongan dan Kabupaten Karanganyar. Tingginya level PDRB perkapita riil di Kabupaten Kudus didorong
oleh nilai tambah industri pengolahan tembakaurokok, Kabupaten Karanganyar didorong industri tekstil dan produk tekstil, sementara di Cilacap didorong oleh
industri pengolahan migas. Pendapatan perkapita di daerah berstatus kota juga relatif lebih tinggi karena daerah kota menjadi pusat kegiatan ekonomi terutama di
sektor perdagangan dan jasa.
4,24 4,82
5,43 6,09
7,36 8,82
9,74 11,41
12,32 13,72
3,67 3,78
3,90 4,08
4,28 4,49
4,71 4,96
5,22 5,47
5,77 3,43
3,59 3,55
4,98 5,13
5,35 5,33
5,59 5,61
5,14 5,84
2,95 3,02
3,16 4,59
4,75 4,97
4,97 5,24
5,26 4,80
5,54
3 6
9 12
15
2000 2001
2002 2003
2004 2005
2006 2007
2008 2009
2010
PDRB Perkapita ADHB Juta Rp PDRB Perkapita ADHK Juta Rp
Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan PDRB Perkapita ADHK Persen