Karakteristik Perekonomian Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah .1 Karakteristik Wilayah Administrasi

80 Perkembangan level PDRB perkapita yang selalu meningkat secara kasar menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk secara rata-rata yang semakin membaik. Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Gambar 23 Level PDRB Perkapita Penduduk Jawa Tengah Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan serta Pertumbuhannya, 2000-2010 Pola pertumbuhan pendapatan perkapita selama periode 2000-2010 hampir sama dengan pola pertumbuhan ekonomi, namun level pertumbuhannya selalu lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi. Secara umum, perubahan pendapatan perkapita selama periode tersebut memiliki tren yang positif sebesar 0,046. Hal ini berarti pendapatan perkapita Jawa Tengah setiap tahun setiap tahun mengalami pertumbuhan dengan rata-rata sebesar 4,6 persen. Gambar 24 mengilustrasikan pola perkembangan pendapatan perkapita riil kabupatenkota di Jawa Tengah yang diproksi dengan PDRB perkapita selama periode 2004-2010. Tujuh daerah yang memiliki level PDRB perkapita tertinggi secara berturut-turut adalah Kabupaten Kudus, Kabupaten Cilacap, Kota Semarang, Kota Surakarta, Kota Magelang, Kota Pekalongan dan Kabupaten Karanganyar. Tingginya level PDRB perkapita riil di Kabupaten Kudus didorong oleh nilai tambah industri pengolahan tembakaurokok, Kabupaten Karanganyar didorong industri tekstil dan produk tekstil, sementara di Cilacap didorong oleh industri pengolahan migas. Pendapatan perkapita di daerah berstatus kota juga relatif lebih tinggi karena daerah kota menjadi pusat kegiatan ekonomi terutama di sektor perdagangan dan jasa. 4,24 4,82 5,43 6,09 7,36 8,82 9,74 11,41 12,32 13,72 3,67 3,78 3,90 4,08 4,28 4,49 4,71 4,96 5,22 5,47 5,77 3,43 3,59 3,55 4,98 5,13 5,35 5,33 5,59 5,61 5,14 5,84 2,95 3,02 3,16 4,59 4,75 4,97 4,97 5,24 5,26 4,80 5,54 3 6 9 12 15 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 PDRB Perkapita ADHB Juta Rp PDRB Perkapita ADHK Juta Rp Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan PDRB Perkapita ADHK Persen 81 5 10 15 20 Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal 5 10 15 20 2 004 2 005 2 006 2 007 2 008 2 009 2 010 Brebes 2 004 2 005 2 006 2 007 2 008 2 009 2 010 Kota Magelang 2 004 2 005 2 006 2 007 2 008 2 009 2 010 Kota Surakarta 2 004 2 005 2 006 2 007 2 008 2 009 2 010 Kota Salatiga 2 004 2 005 2 006 2 007 2 008 2 009 2 010 Kota Semarang 2 004 2 005 2 006 2 007 2 008 2 009 2 010 Kota Pekalongan 2 004 2 005 2 006 2 007 2 008 2 009 2 010 Kota Tegal 5 10 15 20 Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak 5 10 15 20 Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen 5 10 15 20 Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Sumber : PDRB 2004-2010, BPS Provinsi Jawa Tengah Gambar 24 Pola Perkembangan PDRB Perkapita Riil Jawa Tengah menurut KabupatenKota, 2004-2010 Rp Juta Pendapatan perkapita riil yang terendah dimiliki oleh Kabupaten Grobogan, Blora, Kebumen, Wonosobo, Pemalang, Demak, Banyumas dan Purbalingga dengan level masing-masing di bawah 3 juta per tahun di tahun 2010. Secara kasar hal ini menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan daerah lainnya. Mayoritas daerah dengan level pendapatan perkapita rendah memiliki struktur perekonomian yang dominan di sektor pertanian. Pola pertumbuhan pendapatan perkapita di semua kabupatenkota selama periode 2004-2010 memiliki tren positif, artinya semua kabupatenkota mengalami pertumbuhan pendapatan perkapita meskipun besaran nilainya bervariasi Gambar 25. Daerah yang memiliki tren pertumbuhan pendapatan perkapita tertinggi adalah Kota Surakarta dan Kota Tegal dengan rata-rata pertumbuhan per tahun masing-masing sebesar 5,3 dan 5,1 persen. Sementara, daerah yang memiliki tren pertumbuhan terendah adalah Kabupaten Batang, Semarang dan Wonosobo dengan rata-rata pertumbuhan per tahun di bawah 3 persen.