128
pendidikan SLTA ke atas dan SLTP ke bawah, sementara determinan negatifnya adalah pertumbuhan pendapatan perkapita. Upah minimum
kabupatenkota tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap jumlah penganggur. Ketimpangan pendapatan memiliki hubungan yang searah
dengan pertumbuhan pendapatan perkapita, ketimpangan pendidikan dan perubahan indeks harga serta memiliki hubungan yang tidak searah dengan
belanja pembangunan.
6.2 Saran dan Implikasi Kebijakan
Beberapa saran dan implikasi kebijakan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut:
1. Pentingnya pertumbuhan pendapatan perkapita bagi pengentasan kemiskinan perlu disikapi pemerintah dengan kebijakan mempertajam kualitas
pertumbuhan melalui perbaikan infrastruktur, kualitas modal manusia dan kegiatan investasi, terutama di kabupaten yang perekonomiannya masih
tertinggal dan belum berkembang. 2. Pengeluaran pemerintah untuk belanja pembangunan harus lebih diarahkan
untuk perbaikan kualitas infrastruktur terutama di kabupaten yang termasuk kategori tertinggal dan daerah perdesaan melalui program pembangunan yang
berbasis lokalwilayah, bersifat padat karya dan memiliki tujuan akhir pengentasan kemiskinan. Rasio pengeluaran pemerintah untuk belanja
pembangunan terhadap APBD secara bertahap harus ditingkatkan dengan cara mengurangi alokasi anggaran yang sifatnya rutin dan kurang bermanfaat.
3. Pertumbuhan yang tinggi juga membawa pada distribusi pendapatan ke arah yang semakin tidak merata. Pemerintah seharusnya tidak hanya fokus dalam
mengejar akselerasi pertumbuhan, tetapi juga fokus dalam memperbaiki distribusi pendapatan penduduk melalui kebijakan redistribusi yang lebih
progresif. Efektivitas kebijakan transfer subsidi yang sedangakan dilakukan harus dipertajam melalui evaluasi dan pengawasan terhadap mekanisme dan
sasaran. 4. Pola kemiskinan dan ketimpangan di beberapa daerah berstatus kota yang
cenderung meningkat harus diintervensi dengan meningkatkan efektivitas
129
program redistribusi baik dari sisi rumah tangga sasaran penerima maupun format program yang lebih bersifat pemberdayaan. Rumah tangga miskin
sasaran pada umumnya bersifat persisten, mudah berpindah tempat atau belum tercakup dalam database satuan lingkungan setempat sehingga program
penanggulangan kemiskinan harus dikoordinasi pada tingkatan birokrasi yang terendah RTRW melibatkan unsur keterwakilan dari rumah tangga sasaran
dan tokoh masyarakat. Kemiskinan kota juga sangat terkait dengan tingginya kepadatan penduduk, sehingga arus urbanisasi ke kota harus dikurangi dengan
meningkatkan kualitas infrastruktur di daerah yang pinggiranpenyangga. 4. Kualitas pendidikan menjadi sumber pertumbuhan yang terpenting dan
menjadi variabel antara bagi pengentaskan kemiskinan, namun dihadapkan pada realita masih terdapat ketimpangan dalam mengaksesnya. Kebijakan
yang harus ditempuh pemerintah adalah memperluas kesempatan dan menjamin pemerataan bersekolah bagi penduduk usia sekolah dari rumah
tangga berpendapatan rendah sampai level yang tertinggi. Cara yang dapat ditempuh berupa pemberian kuota tempat bagi siswa dari rumah tangga
berpendapatan rendahmiskin untuk bersekolah secara gratis pada level pendidikan dasar dan menengah serta memberi beasiswa bagi siswa dari
keluarga miskin yang berprestasi untuk tingkat pendidikan tinggi disertai dengan pengawasan secara ketat dalam implementasinya. Ketimpangan
pendidikan antar daerah perkotaan dan perdesaan harus dikurangi dengan meningkatkan kualitas infrastruktur pendidikan dan menjamin ketersediaan
tenaga pendidik di daerah perdesaan sampai level pendidikan dasar sembilan tahun.
5. Distribusi pendapatan dan kemiskinan sangat sensitif terhadap perubahan indeks harga, sehingga diperlukan kebijakan untuk menjamin stabilitas harga
terutama harga kebutuhan dasar. Pada level regional, pemerintah daerah dapat melakukan intervensi dengan memperlancar alur distribusi dan transportasi
barang, mengurangi retribusipungutan serta mengalokasikan sebagian dari APBD untuk membangun gudang sebagai sarana menyimpan hasil produksi
pertanian terutama kebutuhan pokok pada saat panen raya sebagai stok
130
penyangga pada masa paceklik dan melakukan pembelian pada saat harga komoditas jatuh.
6.3 Saran Lebih Lanjut
1. Secara keseluruhan model dapat diperluas dengan memperpanjang unsur waktu time series serta memasukkan dummy kabupatenkota atau dummy
karakteristik geografis pesisirdaratan. 2. Proksi variabel pertumbuhan pendapatan perkapita menggunakan
pertumbuhan PDRB perkapita untuk beberapa daerah menjadi kurang tepat, sehingga dapat diproksi menggunakan alternatif lain seperti pertumbuhan
pengeluaran perkapita dari data survei pengeluaran rumah tangga. 3. Model Pertumbuhan dapat diperluas dengan memasukkan variabel daya saing
wilayah, pengaruh sektoral, keterbukaan perekonomian dan tata kelola pemerintahan. Model ketimpangan dapat diperluas dengan memasukkan
variabel ketimpangan dalam kepemilikan aset lahan serta transfer program perlindungan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, T. 2006. Analisis Pengaruh Pembangunan Infrastruktur terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional di Indonesia
. [Tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia.
[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2010. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2009-2014
. Jakarta: Bappenas. Baltagi, B.H. 2005. Econometrics Analysis of Panel Data 3
rd
Edition. Chicester:
John Wiley Sons. Ltd. Barro, R. J.1991. “Economic Growth in a Cross Section of Countries”. Quarterly
Journal of Economics 1062: 407-433.
Barro, R. J., Sala-I-Martin. 1995. Economic Growth. Cambridge MA: MIT Press. Barro, R.J. 1997. Determinants of Economic Growth.: A Cross-Country Empirical
Study . Cambridge: MIT Press.
Blanchard, O. 2009. Macroeconomics. New York: Prentice Hall Business Publishing
Bourguignon, F. 2004. The Poverty-Growth-Inequality Triangle. Washington: World Bank.
[BPS] Badan Pusat Statistik. Website BPS, Berbagai Publikasi. www.bps.go.id. . 2004. Indikator Ketenagakerjaan. Jakarta.
. 2008. Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan 2008. Jakarta .2009. Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan 2009. Jakarta
.2007-2011. Berita Resmi Statistik. Jakarta. . 2002-2010. Data dan Informasi Kemiskinan. BPS. Jakarta
[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawah Tengah. 2004-2010. Daerah dalam Angka Provinsi Jawa Tengah
. Semarang: BPS Provinsi Jawa Tengah. Dollar, D., Kraay, A. 2002. Growth is Good for the Poor. Washington: The World
Bank Development Research Group. Dornbusch, R., Fischer, S., Startz, R. 2008. Makroeconoms Edisi 10 Penerjemah:
Roy Indra M.. Jakarta: PT Global Edukasi. Fan, S. P., Hazell, Thorat, S. 2002. Linkages between Government Spending,
Growth, and Poverty in Rural India. Washington: International Food
Policy Research Institute. Firdaus, M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series.
Cetakan Pertama. Bogor: IPB Press.