21 merupakan input produksi yang digunakan oleh petani. Dalam model yang
diestimasikan juga memasukkan variabel dummy musim dan varietas untuk melihat pengaruh kedua variabel tersebut terhadap risiko produksi. Penelitian ini
menggunakan pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas untuk fungsi produksi maupun fungsi variance fungsi risiko. Fungsi produksi Cobb-Douglas dipilih
karena dapat melihat pengaruh penambahan input terhadap perubahan marjinal output. Selain itu dalam penelitian ini akan dikaji pula bagaimana pengaruh risiko
produksi terhadap pendapatan usahatani.
2.4 Analisis Pendapatan Usahatani Jagung
Pendapatan usahatani merupakan salah satu ukuran keberhasilan dalam melakukan kegiatan usahatani. Tingkat pendapatan usahatani yang diperoleh
petani berbeda-beda tergantung dengan jenis dan hasil produksi komoditas yang dihasilkan, penggunaan input produksi, harga input dan harga output. Kegiatan
usahatani yang dilakukan oleh petani diharapkan mampu menghasilkan pendapatan bagi petani sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Beberapa penelitian terdahulu yang melakukan analisis pendapatan usahatani jagung diantaranya dilakukan oleh Putra 2011, Setiyanto 2008,
Suroso 2006 dan Ali 2005. Putra 2011 dan Ali 2005 meneliti mengenai pendapatan pada komoditas jagung manis sedangkan Setiyanto 2008 dan Suroso
2006 meneliti pendapatan usahatani pada komoditas jagung. Penelitian Putra 2011 dan Ali 2005 menghitung pendapatan berdasarkan kepemilikan lahan
yaitu pendapatan petani pemilik dan pendapatan petani penyewa. Akan tetapi Ali 2005 mengelompokkan lagi pendapatan usahatani berdasarkan petani mitra dan
non mitra. Sementara itu, Setiyanto 2008 menghitung pendapatan usahatani untuk lahan sawah dan lahan tegal sedangkan, Suroso 2006 menghitung
pendapatan usahatani untuk lahan sempit dan lahan luas. Sebelum melakukan penghitungan pendapatan usahatani maka terlebih
dahulu dilakukan penghitungan penerimaan usahatani. Penerimaan usahatani merupakan nilai produk usahatani dikali dengan harga jualnya. Penerimaan
usahatani terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan yang diperhitungkan. Penerimaan tunai merupakan penerimaan dari hasil penjualan produk usahatani
yang diterima secara langsung oleh petani. Penerimaan tidak tunai merupakan
22 nilai produk yang tidak dijual oleh petani seperti nilai produk yang disimpan atau
dikonsumsi sendiri. Penelitian Putra 2011, Setiyanto 2008, Suroso 2006 dan Ali 2005 menghitung penerimaan tunai usahatani saja tanpa memperhitungkan
penerimaan yang diperhitungkan. Hal ini dikarenakan semua hasil produksi petani dijual seluruhnya. Pendapatan tunai jagung manis diperoleh dari jumlah produksi
jagung manis segar dikali dengan harga jualnya Putra 2011, Ali 2005. Berbeda dengan jagung manis, pendapatan tunai jagung diperoleh dari harga jual jagung
pipil kering dikali dengan harga jualnya Setiyanto 2008, Suroso 2006. Penerimaan usahatani jagung manis bervariasi dari Rp 4.000.000
– 7.000.000 per hektar Putra 2011, Ali 2005. Sedangkan untuk penerimaan usahatani jagung
pipilan berkisar Rp 8.000.000 per hektar Suroso 2006 bahkan menurut Setiyanto 2008 penerimaan jagung pipil bisa mencapai Rp 18.000.000. Perbedaan
penerimaan usahatani ini dikarenakan perbedaan jumlah produksi dan harga jual yang diterima petani.
Setelah dilakukan perhitungan penerimaan usahatani maka dilakukan perhitungan untuk pengeluaran ushatani. Pengeluaran usahatani merupakan biaya
yang dikeluarkan petani untuk kegiatan usahatani yang terdiri dari pengeluaran tunai dan pengeluaran yang diperhitungkan. Pengeluaran tunai terdiri dari biaya
pengeluaran input produksi termasuk biaya sewa lahan, pajak lahan, sewa alat, biaya pengangkutan dan biaya lainnya biaya pemipilan dan biaya pengairan.
Sedangkan biaya diperhitungkan meliputi biaya tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan, dan sewa lahan yang diperhitungkan Putra 2011, Setiyanto 2008,
Suroso 2006 dan Ali 2005. Pengeluaran untuk biaya tunai memiliki presentase terbesar terhadap total
pengeluaran usahatani antara 61,42 persen sampai 72,87 persen Setiyanto 2008, Suroso 2006 dan Ali 2005. Akan tetapi penelitian Putra 2011 menunjukkan
hasil yang berbeda. Penelitian Putra 2011 menunjukkan bahwa biaya yang tidak diperhitungkan memiliki presentase terbesar terhadap biaya total. Hal ini
dikarenakan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga sangat besar. Diantara komponen biaya tunai, biaya tenaga kerja di luar keluarga memiliki presentase
terbesar terhadap pengeluaran total Setiyanto 2008, Suroso 2006, dan Putra 2011. Akan tetapi pada penelitian Ali 2005, petani mitra lahan sewa
23 mengeluarkan biaya tunai terbesar untuk pupuk kandang dan petani non mitra
lahan sewa mengeluarkan biaya tunai terbesar untuk benih. Pengeluaran untuk biaya tenaga kerja dalam keluarga memiliki presentase
terbesar terhadap total pengeluaran usahatani yang tidak diperhitungkan Putra 2011, Setiyanto 2008, Suroso 2006 dan Ali 2005. Bahkan pada penelitian Putra
2011 dan Ali 2005 pengeluaran untuk biaya tenaga kerja dalam keluarga ini memiliki presentase terbesar terhadap total pengeluaran usahatani. Besarnya
pengeluaran tenaga kerja dalam keluarga ini menunjukkan bahwa partisipasi petani dan anggota keluarga petani dalam melakukan kegiatan usahatani masih
sangat besar. Setelah mengetahui penerimaan dan pengeluaran usahatani, maka dapat
ditentukan berapa pendapatan usahatani yang diperoleh oleh petani. Pendapatan usahatani diperoleh dengan mengurangi total penerimaan usahatani dengan total
biaya usahatani. Pendapatan usahatani dibagi menjadi dua yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Hasil penelitian Putra 2011,
Setiyanto 2008, Suroso 2006 dan Ali 2005 menunjukkan bahwa pendapatan atas biaya tunai rata-rata petani memiliki angka yang positif dan lebih dari nol.
Hal ini menunjukkan bahwa usahatani jagung dan jagung manis yang dilakukan petani secara tunai menguntungkan. Jika dilihat pendapatan atas biaya total,
pendapatan usahatani ada yang menunjukkan angka positif dan juga angka negatif. Pada penelitian Ali 2005 terhadap petani non mitra lahan sewa dan
Putra 2011 terhadap petani penyewa menunjukkan angka yang negatif. Hal ini berarti petani mengalami kerugian. Meskipun mengalami kerugian, usahatani
jagung manis masih bisa dilaksanakan untuk periode musim selanjutnya karena biaya tunai masih bisa tertutupi oleh pendapatan tunai usahatani Putra 2011.
Untuk mengetahui efisiensi pendapatan usahatani dilakukan penghitungan RC ratio. Nilai RC ratio merupakan perbandingan antara nilai pendapatan yang
diperoleh petani dengan biaya yang dikeluarkan, sehingga dapat dilihat berapa pendapatan yang bisa diterima petani dari setiap biaya yang dikeluarkan. RC
ratio harus lebih besar daripada satu. Artinya, setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan petani diharapkan pendapatan yang diterima lebih dari satu rupiah.
Nilai RC ratio ini juga dilihat atas biaya tunai dan atas biaya total. Penelitian
24 Putra 2011 menunjukkan nilai RC ratio atas biaya tunai dan atas biaya total
petani lahan pemilik secara berturut-turut 2,48 dan 1,08. Sedangkan, pada petani lahan sewa secara berturut-turut 1,8 dan 0,8. Nilia RC ratio petani penyewa atas
biaya total menunjukkan nilai kurang dari satu sedangkan pada petani pemilik memiliki nilai lebih dari satu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
usahatani jagung manis lahan pemilik lebih efisien dari sisi pendapatan. Pada penelitian ini juga akan melakukan analisis pendapatan usahatani
jagung manis. Akan tetapi analisis pendapatan pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini analisis pendapatan usahatani akan
dikelompokkan berdasarkan musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh musim sebagai salah satu
sumber risiko produksi terhadap pendapatan usahatani. Selain itu juga akan dilakukan uji beda untuk mengetahui apakah rata-rata pendapatan pada kedua
musim tersebut berbeda nyata.
25
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Teori Produksi