88 Dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 17, nilai Durbin-
Watson untuk fungsi produksi diperoleh sebesar 1,715 dan untuk fungsi variance sebesar 2,342 dengan jumlah variabel independen sebanyak 10 dan jumlah data
sebanyak 31. Nilai hitung DW yang diperoleh tersebut dibandingkan dengan nilai pada tabel DW dan diperoleh nilai DL sebesar 0,741 dan 4-DU sebesar 2,333. Jika
nilai DW hitung lebih besar dari DU dan lebih kecil dari 4-DU maka dikatakan tidak ada autokorelasi. Berdasarkan hasil perbandingan antara nilai DW hitung
dengan DW tabel dapat dikatakan bahwa fungsi produksi tersebut tidak terdapat autokorelasi karena nilai DW hitung berada di antara DU dan 4-DU. Sedangkan
pada fungsi variance diperoleh nilai DW hitung yang lebih besar dari nilai 4-DU sehingga fungsi variance tersebut berada pada daerah tanpa keputusan apakah
terdapat autokorelasi atau tidak. Akan tetapi nilai DW tabel fungsi risiko ini tidak berbeda jauh dengan nilai 4-DU sehingga dapat dikatakan tidak terdapat
autokorelasi.
6.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Jagung Manis
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas jagung manis dapat dilihat dari hasil analisis untuk fungsi produksi rata-rata mean production
function. Dengan memasukkan faktor produksi sebagai variabel independen dan produktivitas jagung manis sebagai variabel dependen diperoleh model pendugaan
untuk fungsi produksi rata-rata untuk jagung manis. Hasil pendugaan fungsi produksi rata-rata dapat dilihat pada Tabel 19.
Berdasarkan hasil pendugaan fungsi produksi pada Tabel 19, maka fungsi produksi jagung manis dapat diduga dengan persamaan sebagai berikut:
Ln Produktivitas = 3,298 + 0,001 Ln Benih – 0,423 Ln Kandang + 0,201 Ln
Urea + 0,033 Ln Phonska + 0,044 Ln TSP + 0,012 Ln Pestisida Cair
– 0,056 Ln Furadan + 0,194 Ln Tenaga Kerja
– 0,158 D1 – 0,303 D2
Hasil pendugaan model fungsi produksi memberikan nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 52 persen dengan nilai koefisien determinasi terkorelasi R
2
adj sebesar 28,1 persen. Nilai R
2
tersebut menunjuukan bahwa 52 persen keragaman produktivitas jagung manis dapat dijelaskan secara bersama-sama oleh
faktor produksi benih, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk phonska, pupuk TSP,
89 pestisida cair, furadan, tenaga kerja, musim dan varietas benih. Sedangkan sisanya
sebesar 48 persen dijelaskan oleh faktor lain diluar model seperti serangan hama dan penyakit, kondisi alam angin, suhu, manajemen petani, dan kondisi sosial
ekonomi.
Tabel 19.
Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Rata-Rata Usahatani Jagung Manis Petani Responden
Variabel Koefisien
Regresi Simpangan
Baku Koefisien
T P-Value
Konstanta 3,298
1,600 2,061
0,053 Ln Benih
0,001 0,263
0,005 0,996
Ln Kandang -0,423
0,226 -1,868
0,076 Ln Urea
0,201 0,161
1,242 0,229
Ln Phonska 0,033
0,022 1,500
0,149 Ln TSP
0,044 0,016
2,812 0,011
Ln Pestisida Cair 0,012
0,010 1,254
0,224 Ln Furadan
-0,056 0,024
-2,352 0,029
Ln Tenaga Kerja 0,194
0,150 1,293
0,211 D1 Musim
-0,158 0,185
-0,854 0,403
D2 Varietas -0,303
0,220 -1,375
0,184 R-Sq = 52,0 R-Sq Adj = 28,1
Ket: ignifikan pada α 20
Hasil pendugaan fungsi produksi rata-rata diperoleh nilai F-hitung sebesar 2,171 yang berpengaruh nyata pada taraf nyata 10 persen. Hal ini menunjukkan
bahwa faktor-faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi jagung manis.
Faktor-faktor produksi yang dimasukkan dalam model diduga berpengaruh terhadap produktivitas jagung manis. Dari hasil pendugaan menunjukkan bahwa
tidak semua faktor produksi tersebut berpengaruh nyata terhadap produktivitas jagung manis. Dengan menggunakan nilai P-Value dapat diketahui variabel
independen faktor produksi mana saja yang berpengaruh signifikan terhadap produktivitas jagung manis. Jika nilai P-
alue lebih kecil dari taraf nyata α maka variabel tersebut berpengaruh signifikan. Variabel pupuk kandang, pupuk
TSP, furadan, pupuk phonska dan varietas benih berpengaruh nyata pada taraf nyata 20 persen. Faktor produksi tersebut berpengaruh nyata terhadap
90 produktivitas jagung manis, sehingga jika terjadi penambahan atau pengurangan
pada faktor produksi tersebut akan berpengaruh terhadap produktivitas jagung manis. Sedangkan untuk benih, pupuk urea, pestisida cair, tenaga kerja, dan
musim tidak berpengaruh nyata pada taraf nyata 20 persen terhadap produktivitas jagung manis. Secara rinci pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap
produktivitas jagung manis dijelaskan sebagai berikut:
1. Benih
Nilai pendugaan parameter untuk variabel benih bernilai positif. Hal ini berarti apabila jumlah benih yang digunakan bertambah maka produktivitas
jagung manis akan meningkat pula. Besarnya koefisien parameter benih ini adalah 0,001 yang artinya apabila jumlah benih yang digunakan meningkat sebesar 1
persen maka produktivitas jagung manis akan meningkat sebesar 0,001 persen dengan asumsi variabel input lainnya tetap. Akan tetapi variabel benih ini tidak
berpengaruh nyata terhadap produktivitas jagung manis pada taraf nyata 20 persen yang ditunjukkan dengan nilai P-Value variabel benih lebih besar daripada 20
persen. Hal ini diduga benih yang digunakan sudah berlebih dan jarak tanam yang digunakan sempit. Sedangkan, penelitian Putra 2011 menunjukkan bahwa
penambahaan penggunaan benih secara nyata dapat meningkatkan produksi jagung manis.
Penggunaan benih rata-rata petani responden mencapai 7,46 kgha. Jumlah ini telah melebihi dari dosis yang dianjurkan dalam penelitian Putra 2011 yaitu
sebesar 6-7 kgha. Penggunaan benih yang berlebih ini dikarenakan jarak tanam yang digunakan petani lebih sempit yaitu 25 X 50 cm daripada jarak tanam
anjuran yaitu 25 X 80 cm Anonim 1992. Alasan petani menanam jagung manis dengan menggunakan jarak tanam yang lebih sempit yaitu petani ingin
mendapatkan jumlah tongkol jagung yang lebih banyak. Walaupun jumlah tongkol yang dihasilkan lebih banyak, ukuran tongkolnya lebih kecil sehingga
berat per tongkolnya juga relatif lebih kecil. Jika penggunaan benih ditingkatkan maka jarak tanam yang akan digunakan petani menjadi lebih sempit lagi. Hal ini
akan berdampak pada peningkatan jumlah tongkol tetapi berat per tongkol jagung manis akan menurun sehingga tidak berdampak secara signifikan terhadap
peningkatan produktivitas jagung manis.
91
2. Pupuk Kandang
Pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap produktivitas jagung manis pada taraf nyata 20 persen. Koefisien parameter dugaan menunjukkan nilai negatif
sehingga setiap penambahan pupuk kandang akan mengakibatkan penurunan produktivitas jagung manis. Nilai koefisien pupuk kandang yaitu sebesar -0,423
yang artinya setiap penambahan jumlah pupuk kandang sebesar 1 persen akan menurunkan produktivitas sebesar 0,423 persen dengan asumsi variabel produksi
lainnya dianggap tetap. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penggunaan pupuk
kandang secara signifikan mampu meningkatkan produksi jagung Suroso 2006; Setiyanto 2008. Akan tetapi dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa
penambahan pupuk kandang dapat menurunkan produktivitas. Penggunaan rata- rata pupuk kandang yang dilakukan oleh petani adalah 3,57 tonha sedangkan
menurut Anonim 1992 kebutuhan pupuk kandang untuk budidaya jagung manis mencapai lebih kurang 10 tonha. Penggunaan pupuk kandang oleh petani
responden masih jauh dari kebutuhan seharusnya. Akan tetapi, peningkatan penggunaan pupuk kandang tersebut akan menurunkan produktivitas jagung
manis. Hal ini dikarenakan penggunaan pupuk kandang ayam dapat menimbulkan panas dari proses fermentasi pada pupuk tersebut sehingga menyebabkan benih
jagung manis tidak dapat tumbuh. Petani memberikan pupuk kandang ini tiga hari sebelum tanam dimana seharusnya pupuk kandang ini diberikan bersamaan pada
saat pengolahan lahan yaitu 7-15 hari sebelum tanam Anonim 1992. Pemberian pupuk kandang pada tiga hari sebelum tanam menyebabkan proses fermentasi
masih berlangsung sehingga dapat menimbulkan panas.
3. Pupuk Urea
Koefisien parameter dugaan untuk variabel urea memiliki tanda positif yang artinya setiap penambahan pupuk urea akan mengakibatkan produktivitas
jagung manis juga meningkat. Nilai koefisien parameter pupuk urea adalah 0,201, maka setiap penambahan penggunaan pupuk urea sebesar 1 persen dapat
meningkatkan produktivitas jagung manis sebesar 0,201 persen dengan asumsi variabel produksi lainnya dianggap tetap. Akan tetapi variabel pupuk urea ini
92 tidak berpengaruh nyata pada taraf nyata 20 persen terhadap produktivitas. Nilai
P-Value urea 0,229 lebih besar daripada 20 persen. Pupuk urea digunakan oleh seluruh petani responden. Penggunaan rata-
rata pupuk urea ini mencapai 412,27 kgha. Jumlah ini tidak terlalu berbeda jauh dengan penggunaan yang disarankan oleh Anonim 1992 yaitu 435 kgha.
Sedangkan menurut Made 2010, pemberian pupuk urea sebanyak 400 kgha sangat nyata dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung
manis. Penggunan pupuk urea petani responden ternyata masih berada pada selang toleransi penggunaan pupuk urea menurut Made 2010 dan Anonim
1992. Hal ini menyebabkan peningkatan penggunaan pupuk urea berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan produktivitas jagung manis. Penelitian
sebelumnya menunjukkan hasil yang berbeda. Penelitian Suroso 2006 menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan pupuk urea secara nyata dapat
meningkatkan produksi jagung. Akan tetapi pada penelitian ini pengaruh peningkatan penggunaan pupuk urea tidak nyata terhadap peningkatan
produktivitas jagung manis. Penggunaan pupuk urea ini sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman
karena mengandung unsur Nitrogen yang berperan untuk pertumbuhan jaringan maristematik Anonim 1992. Tanaman jagung manis yang kekurangan nitrogen
akan tumbuh kerdil, daun-daunnya menguning, dan tidak mampu berbuah. Penampakan lain kekurangan nitrogen ini yaitu tanaman yang tumbuh tinggi akan
tampak kurus. Petani melakukan pemupukan dengan urea sebanyak dua kali yaitu pada 12 HST dan 30 HST. Penggunaan pupuk urea pada kedua pemupukan
tersebut jumlahnya sama. Ada beberapa petani melakukan pemupukan ketiga. Pemupukan ketiga dilakukan apabila menurut petani tanaman tumbuh kurang baik
yang dilihat dari warna daun. Apabila warna daun menguning maka petani akan melakukan pemupukan ketiga.
4. Pupuk Phonska
Nilai koefisien parameter dugaan untuk variabel pupuk phonska adalah sebesar 0,033. Hal ini berarti bahwa apabila penggunaan pupuk phonska
ditingkatkan 1 persen, ceteris paribus, maka dapat meningkatkan produktivitas jagung manis sebesar 0,033 persen. Pupuk phonska ini berpengaruh nyata
93 terhadap produktivitas pada taraf nyata 20 persen. Penelitian Suroso 2006
menunjukkan hal yang sama yaitu peningkatan penggunaan pupuk phonska secara nyata dapat meningkatkan jumlah produksi jagung.
Pupuk phonska merupakan pupuk yang banyak digunakan oleh hampir seluruh petani responden. Hanya tiga orang petani responden yang tidak
menggunakan pupuk phonska. Penggunaan rata-rata pupuk phonska mencapai 219,21 kgha. Pupuk phonska merupakan pupuk majemuk yang terdiri dari unsur
nitrogen N, fosfor P, dan kalium K dengan perbandingan 15:15:15. Menurut hasil penelitian Solihat 2005, penggunaan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 300
kgha menghasilkan bobot tongkol yang besar. Hal ini dikarenakan pupuk NPK mengandung unsur-unsur penting yang dibutuhkan tanaman. Kandungan nitrogen
berperan penting dalam pertumbuhan vegetatif tanaman. Unsur fosfor berperan penting dalam pembentukan biji, mempercepat pemasakan buah dan menstimulir
pembentukan akar pada pertumbuhan awal Anonim 1992. Unsur Kalium dapat meningkatkan pertumbuhan akar dan meningkatkan penyerapan air dan hara tanah
oleh akar Fageria 1942. Rata-rata penggunaan pupuk phonska yang digunakan oleh petani masih dibawah dosis menurut Solihat 2005. Oleh karena itu
penggunaan pupuk phonska masih dapat ditambah untuk memenuhi kebutuhan unsur natrium, fosfor, dan kalium supaya pertumbuhan jagung menjadi optimal.
Pemberian pupuk phonska ini dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada saat 12 HST dan 30 HST bersamaan dengan pemberian pupuk urea. Dosis yang
digunakan sama untuk kedua pemupukan tersebut. Jika dibandingkan dengan penggunaan urea, petani menggunakan pupuk phonska lebih sedikit daripada
pupuk urea. Hal ini dikarenakan pupuk urea telah mengandung banyak unsur nitrogen sehingga penggunaan pupuk phonska tidak terlalu banyak. Selain itu
harga pupuk phonska lebih mahal daripada pupuk urea.
5. Pupuk TSP
Pupuk TSP berpengaruh nyata terhadap produktivitas jagung manis pada taraf nyata 20 persen. Koefisien parameter dugaan menunjukkan nilai positif
sehingga setiap penambahan pupuk TSP akan mengakibatkan peningkatan produktivitas jagung manis. Nilai koefisien pupuk TSP yaitu sebesar 0,044 yang
artinya setiap penambahan jumlah pupuk TSP sebesar 1 persen akan
94 meningkatkan produktivitas jagung manis sebesar 0,044 persen dengan asumsi
variabel produksi lainnya dianggap tetap. Penelitian Putra 2011 juga menunjukkan hasil yang sama yaitu penambahan penggunaan pupuk TSP secara
signifikan dapat meningkatkan jumlah produksi jagung manis. Petani yang menggunakan pupuk TSP sebanyak 27 orang sedangkan
sisanya sebanyak 4 orang tidak menggunakan pupuk TSP. Rata-rata penggunaan pupuk TSP ini mencapai 216,76 kgha. Penggunaan pupuk TSP petani masih
rendah jika dibandingkan dengan dosis anjuran umum yaitu sebesar 335 kgha Anonim 1992. Penggunaan yang masih dibawah anjuran ini menunjukkan
bahwa petani masih bisa meningkatkan penggunaan pupuk TSP untuk meningkatkan produksi jagung manis. Pupuk TSP mengandung unsur fosfor
sebanyak 36 persen. Unsur fosfor ini berperan penting dalam pembentukan biji dan pemasakan buah. Jika terjadi kekurangan unsur fosfor dapat mengakibatkan
tanaman menjadi kerdil atau menghasilkan tongkol yang tidak sempurna Anonim 1992.
6. Pestisida Cair
Koefisien parameter dugaan untuk variabel pestisida cair memiliki tanda positif yang artinya setiap penambahan pestisida cair akan mengakibatkan
produktivitas jagung manis juga meningkat. Nilai koefisien parameter pestisida cair adalah 0,012, maka setiap penambahan penggunaan pestisida cair sebesar 1
persen dapat meningkatkan produktivitas jagung manis sebesar 0,012 persen dengan asumsi variabel produksi lainnya dianggap tetap. Akan tetapi variabel
pestisida cair ini tidak berpengaruh nyata pada taraf nyata 20 persen terhadap produktivitas. Nilai P-Value pestisida cair 0,224 lebih besar daripada 20 persen.
Peningkatan penggunaan pestisida cair berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas jagung manis. Hal ini diduga karena tidak semua petani
menggunakan pestisida cair sehingga tidak dapat menjelaskan keragaman data. Sebanyak 20 petani responden menggunakan pestisida sedangkan sisanya
sebanyak 11 orang tidak menggunakan pestisida cair. Selain itu, penggunaan pestisida cair ini telah berlebih. Pestisida cair yang digunakan petani responden
rata-rata mencapai 1,2 literha. Menurut Widiyanti 2000, penggunaan pestisida cair dibatasi pada dosis 0,6-1 liter per hektar. Rata-rata penggunaan pestisida
95 petani responden tersebut telah melebihi dosis anjuran dalam penelitian Widiyanti
2000. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Suroso 2006 dan Putra 2011 menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan pestisida secara nyata dapat
meningkatkan jumlah produksi jagung. Akan tetapi dalam penelitian ini, peningkatan penggunaan pestisida cair tidak berpengaruh nyata terhadap
peningkatan produktivitas. Penyemprotan dengan pestisida cair akan dilakukan apabila populasi hama
menurut petani sudah terlampau meningkat. Penyemprotan biasanya dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada 15 HST dan 30 HST. Pestisida cair ini digunakan
untuk membasmi hama seperti ulat grayak dan belalang. Pestisida yang digunakan mengandung racun lambung dan racun kontak sehingga sangat ampuh untuk
membasmi hama. Merek pestisida cair yang banyak digunakan oleh petani adalah Decis.
7. Furadan
Penggunaan furadan berpengaruh nyata terhadap produktivitas jagung manis pada taraf nyata 20 persen. Koefisien parameter dugaan menunjukkan nilai
negatif sehingga setiap penambahan furadan akan mengakibatkan penurunan produktivitas jagung manis. Nilai koefisien furadan yaitu sebesar -0,056 yang
artinya setiap penambahan jumlah furadan sebesar 1 persen akan menurunkan produktivitas sebesar 0,056 persen dengan asumsi variabel produksi lainnya
dianggap tetap. Peningkatan penggunaan furadan dapat menurunkan produktivitas jagung
manis. Hal ini disebabkan oleh penggunaan furadan yang telah melebihi dosis anjuran. Furadan digunakan petani responden sebagai insektisida untuk
membunuh hama seperti semut, ulat dan belalang. Rata-rata penggunaan furadan oleh petani yaitu sebesar 15,72 kgha sedangkan dosis furadan dalam penelitian
Widiyanti 2000 sebesar 12 kgha. Jika dilihat dari penggunaanya, petani menggunakan furadan melebihi dari dosis anjuran dalam penelitian Widiyanti
2000. Hal ini yang menyebabkan peningkatan penggunaan furadan dapat menurunkan produktivitas jagung manis. Menurut petani, penggunaan furadan
untuk insektisida kurang ampuh dibandingkan dengan menggunakan pestisida cair. Selain itu, dampak penggunaan atau reaksi yang ditimbulkan terhadap hama
96 lebih lambat sehingga hama tidak dapat hilang secara cepat. Oleh karena itu
penggunaanya berlebih. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang berlawanan. Penelitian Widiyanti 2000 menunjukkan bahwa peningkatan
penggunaan fungisida berupa furadan secara nyata dapat meningkatkan produksi jagung manis.
Penggunaan furadan ini dilakukan pada saat tanam untuk mencegah benih dimakan oleh semut dan pada usia 7-15 HST dan 30 HST digunakan sebagai
pestisida untuk membunuh ulat dan belalang. Untuk membasmi hama ulat dan belalang petani melakukannya dengan menabur furadan pada ujung daun muda,
ketiak daun dan ujung tongkol jagung muda serta ditabur ditanah seperti aplikasi pupuk kimia. Furadan merupakan insektisida sistemik yang masuk ke dalam
jaringan tanaman. Furadan mengandung bahan aktif karbofuran. Jika furadan diaplikasikan ke dalam tanah atau pada tanaman dengan segera karbofuran akan
terserap oleh tanaman. Karbofuran akan masuk ke dalam seluruh jaringan tanaman tidak terkecuali daun dan buahnya. Ketika ada serangga yang memakan
salah satu bagian tanaman tersebut serangga tersebut akan keracunan karbofuran dan akhirnya akan mati. Furadan yang diberikan terlalu sering dapat
menyebabkan terjadinya penumpukan zat karbofuran pada jaringan tanaman sehingga akan mengganggu sistem metabolisme dalam tubuh tanaman Nuraeni
2007. Dalam penelitian Nuraeni 2007, aplikasi furadan pada ubi jalar yang dilakukan setiap bulan menghasilkan daun ubi jalar yang paling rendah daripada
aplikasi furadan yang hanya dilakukan satu kali. Hal ini dikarenakan terjadi penumpukan zat karbofuran pada tanaman sehingga metabolisme tanaman
terhambat.
8. Tenaga Kerja
Koefisien parameter dugaan untuk variabel tenaga kerja memiliki tanda positif yang artinya setiap penambahan tenaga kerja akan mengakibatkan
produktivitas jagung manis juga meningkat. Nilai koefisien parameter tenaga kerja adalah 0,194, maka setiap penambahan penggunaan tenaga kerja sebesar 1
persen dapat meningkatkan produktivitas jagung manis sebesar 0,194 persen dengan asumsi variabel produksi lainnya dianggap tetap. Akan tetapi variabel
tenaga kerja ini tidak berpengaruh nyata pada taraf nyata 20 persen terhadap
97 produktivitas. Nilai P-Value tenaga kerja 0,211 lebih besar daripada 20 persen.
Hal ini diduga penggunaan tenaga kerja telah berlebih. Tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan usahatani jagung manis ini
terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja di luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga rata-rata sebesar 48,86 HOKha,
sedangkan penggunaan tenaga kerja di luar keluarga rata-rata mencapai 135,14 HOKha. Jika dihitung secara keseluruhan penggunaan tenaga kerja, petani
menggunakan rata-rata 166,66 HOKha. Sedangkan menurut penelitian Widiyanti 2000 penggunaan tenaga kerja untuk usahatani jagung manis cukup hanya 60
HOKha. Penggunaan tenaga kerja ternyata sangat berlebihan sehingga menyebabkan peningkatan jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap
peningkatan produktivitas.
Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa
penambahan tenaga kerja pada usahatani jagung secara nyata dapat meningkatkan produksi jagung Suroso 2006.
9. Musim
Nilai koefisien parameter dugaan untuk variabel musim adalah negatif 0,158. Variabel musim merupakan variabel dummy. Hal ini berarti bahwa
produktivitas jagung manis pada musim kemarau lebih rendah daripada produktivitas jagung manis pada musim hujan. Musim ini tidak berpengaruh nyata
terhadap produktivitas pada taraf nyata 20 persen. Hal ini dikarenakan pada kedua musim tanaman jagung sama-sama rentan terkena cekaman lingkungan.
Rata-rata produktivitas jagung manis petani responden pada musim kemarau sebesar 8,04 tonha. Sedangkan, rata-rata produktivitas jagung manis
petani responden pada musim hujan sebesar 8,30 tonha. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada musim hujan produktivitas jagung manis lebih besar
daripada musim kemarau walaupun perbedaannya tidak terlalu jauh. Selain itu, petani yang menanam jagung manis pada musim kemarau rentan terkena
kekeringan yang dapat menyebabkan tanaman mati. Kekeringan dapat menyebabkan benih tidak dapat berkecambah, tanaman yang masih muda menjadi
layu dan kering, dan terganggunya proses pembungaan. Pada musim hujan, tanaman rentan terkena hama dan penyakit karena menurut petani populasi hama
dan penyakit ini meningkat pada saat musim hujan. Selain itu tanaman jagung
98 manis juga rentan terkena genangan air karena curah hujan yang berlebih.
Menurut petani, kelebihan air bisa menyebabkan akar tanaman membusuk. Oleh
karena itu musim tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas jagung manis. 10.
Varietas Benih
Nilai koefisien parameter dugaan untuk variabel varietas benih adalah sebesar -0,303. Variabel varietas benih merupakan variabel dummy. Hal ini berarti
bahwa penggunaan benih varietas Hawai dapat menghasilkan produktivitas jagung manis yang lebih rendah daripada menggunakan benih varietas non
Hawai. Petani yang menggunakan benih selain Hawai mampu menghasilkan produksi lebih besar daripada petani yang menggunakan benih Hawai. Varietas
benih ini berpengaruh nyata terhadap produktivitas pada taraf nyata 20 persen. Varietas benih jagung manis yang mayoritas digunakan petani responden
adalah varietas Hawai 80,65. Selain Hawai petani juga menggunakan benih Varietas Golden 6,45, Sweet Boy 3,23, dan Talenta 9,68. Jika
dibandingkan rata-rata produktivitas yang diperoleh petani responden untuk varietas Hawai dengan varietas non Hawai, maka varietas Hawai hanya mampu
menghasilkan jagung manis 7,54 tonha sedangkan varieatas non Hawai mampu menghasilkan rata-rata 10,81 tonha. Hal ini telah menunjukkan bahwa
penggunaan benih dengan varietas non Hawai memiliki produktivitas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan varietas Hawai.
Benih varietas Hawai merupakan benih yang paling sering digunakan oleh petani. Alasan petani menggunakan benih ini karena dianggap lebih mudah
beradaptasi dengan kondisi lapang di Desa Gunung malang, harganya murah, dan mudah didapat. Dari hasil produksi, benih Hawai menghasilkan produksi yang
banyak tetapi dengan ukuran dan berat tongkol yang lebih kecil. Produktivitas
potensial yang dapat dicapai benih varietas Hawai ini sebesar 15 tonha sesuai dengan yang tertera pada kemasan benih. Keberadaan benih baru seperti benih
varietas Talenta mampu memberikan produksi 18-25 tonha seperti yang tertera pada kemasan benih. Menurut petani benih Talenta lebih tahan terhadap penyakit
bulai. Hasil tongkol jagungnya juga lebih besar daripada varietas Hawai. Menurut penelitian Putra 2011 dan Ali 2005, benih varietas Sweet Boy
dan Golden lebih bagus dibandingkan dengan varietas Hawai. Varietas Sweet Boy
99 dan Golden mampu menghasilkan jagung manis dengan kadar air lebih banyak
dan rasanya lebih manis serta tanaman lebih rentan terhadap penyakit. Sedangkan produktivitas potensial Sweet Boy bisa mencapai 22,8 tonha Sari 2012.
Produktivitas benih varietas Golden mampu mencapai 10-12 tonha
8
. Hasil penjumlah nilai-nilai parameter penjelas adalah sebesar -0,455. Nilai
tersebut menunjukkan bahwa usahatani jagung manis ini tersebut berada pada skala kenaikan hasil yang berkurang diminishing return to scale karena memiliki
elastisitas lebih kecil daripada satu. Hal ini berarti, apabila peningkatan satu persen pada masing-masing faktor produksi secara bersama-sama akan
menurunkan produktivitas jagung manis sebesar 0,455 persen. Berdasarkan hasil pendugaan parameter menunjukkan bahwa tidak semua variabel yang dimasukkan
dalam model memiliki koefisien parameter positif seluruhnya akan tetapi terdapat beberapa variabel yang memiliki tanda koefisien negatif. Hal ini dapat
berpengaruh terhadap skala usaha usahatani jagung manis.
6.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Jagung