Penggunaan Sarana Produksi Jagung Manis

77 semi ini sudah dalam kondisi bersih artinya kulit jagung sudah dibersihkan dari tongkolnya. Dengan membersihkan jagung semi ini, harga jualnya menjadi lebih mahal. Rata-rata harga jual untuk jagung semi adalah Rp 1.528,57kg. Gambar 14 . Jagung Manis yang Dijual di Pasar Tradisional

5.3.2 Penggunaan Sarana Produksi Jagung Manis

Sarana produksi atau input produksi yang digunakan dalam budidaya jagung manis diantaranya lahan, benih, pupuk kandang, pupuk kimia urea, phonska, TSP, obat-obatan pestisida cair dan furadan, tenaga kerja dan peralatan usahatani. Penggunaan input produksi ini bervariasi antar petani satu dengan yang lainnya. Adapun penggunaan input produksi dijelaskan dibawah ini.

1. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan untuk budidaya jagung manis bervariasi antar petani. Lahan terendah yang dipakai oleh petani sebesar 500 m 2 sedangkan tertinggi mencapai 1 Ha. Rata-rata penggunaan lahan sebesar 0,37 hektar atau sebesar 3700 m 2 . Lahan tersebut terbagi menjadi tiga yaitu lahan milik sendiri, lahan sewa dan lahan campuran antara keduanya. Lahan tersebut digunakan untuk budidaya jagung secara monokultur maupun polikultur tumpangsari. Lahan garapan yang digunakan utuk menanam jagung manis berkisar antara 0,05 - 1 hektar dengan rata-rata luas lahan garapan untuk tanaman jagung manis sebesar 0,26 hektar. Dilihat dari penggunaan lahan untuk budidaya jagung, skala usahatani petani masih kecil karena penggunaan lahan masih dibawah 0,5 hektar. 78

2. Penggunaan Benih

Penggunaan benih disesuaikan dengan luas lahan yang digunakan. Selain itu, penggunaan benih juga disesuaikan dengan pola tanam yang digunakan. Petani menggunakan benih antara 7-8 kilogram per hektar lahan. Rata-rata penggunaan benih jagung manis petani responden yang menanam jagung manis pada musim kemarau sebesar 7,63 kgha dan pada musim hujan sebesar 7,19 kgha. Secara keseluruhan rata-rata penggunaan benih mencapai 7,40 kgha. Perbedaan jumlah penggunaan benih pada musim hujan dan musim kemarau disesuaikan dengan varietas, jarak tanam dan pola tanam yang dilakukan oleh petani. Petani menggunakan benih jagung manis hibrida varietas Hawai, Golden, Talenta, dan Sweet Boy. Sebagian besar petani 80,65 menggunakan benih jagung manis varietas Hawai. Varietas Hawai dipilih karena menurut petani varietas Hawai ini lebih murah dibandingkan dengan benih varietas lainnya. Selain itu varietas Hawai dianggap lebih sesuai dengan kondisi alam Desa Gunung Malang. Menurut petani, benih varietas Hawai ini memiliki daya tumbuh yang besar, lebih tahan terhadap penyakit, jarang gagal panen, pertumbuhannya cepat, dan tongkolnya besar. Benih varietas Hawai juga lebih mudah ditemukan dipasar dan sudah menjadi kebiasaan petani menggunakan benih varietas Hawai. Sedangkan petani yang menggunakan benih Golden, Talenta, dan Sweet Boy beralasan ingin mencoba benih baru, tersedia di pasar saat itu, pengaruh orang lain, dan ingin mendapatkan hasil yang lebih baik dari varietas Hawai. Benih jagung manis varietas Hawai dan Golden dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15 . Benih Jagung Manis Varietas a Hawai b Golden a b 79 Harga benih varietas Golden, Talenta, dan Sweet Boy lebih mahal daripada harga benih varietas Hawai. Harga benih varietas Hawai berkisar antara Rp 50.000 – Rp 80.000 per kilogram. Harga benih varietas Golden sebesar Rp 150.000kg, Talenta Rp 280.000kg dan Sweet Boy Rp 80.000kg. Petani mendapatkan benih tersebut di Toko Pertanian langganan petani di Pasar Anyar Kota Bogor yaitu Toko Tani Jaya. Ada pula petani yang mengambil benih dari penyuluh pertanian, toko pertanian yang ada di sekitar desa, tengkulak, dan dari penangkar benih yang berada di Desa Ciapus, Kabupaten Bogor.

3. Penggunaan Pupuk Kandang

Pupuk kandang yang digunakan adalah pupuk kotoran ayam yang terdiri dari dua jenis yaitu pupuk sekam dan pupuk blokbok. Pupuk kandang digunakan sebagai pupuk dasar yang hanya diberikan satu kali pada saat persiapan lahan. Sebagian besar petani menggunakan pupuk sekam karena harganya murah dan mudah didapatkan. Petani mendapatkan pupuk kadang dari penampung pupuk yang ada di desa atau memesan dari peternak ayam. Penggunaan pupuk kandang rata-rata petani yang menanam pada musim kemarau mecapai 3,04 tonha dan pada musim hujan mencapai 4,07 tonha. Secara keseluruhan rata-rata pupuk kandang yang digunakan petani sebesar 3,57 tonha. Harga rata-rata pupuk kandang Rp 6.328karung. Penggunaan pupuk kandang bervariasi untuk setiap petani tergantung dengan ketersediaan modal dan luas lahan.

4. Penggunaan Pupuk Kimia

Penggunaan pupuk kimia masih banyak dilakukan oleh petani. Pupuk kimia yang digunakan oleh petani diantaranya Urea, Phonska dan TSP atau SP- 36. Sebanyak 26 petani responden menggunakan ketiga jenis pupuk tersebut, sedang sisanya sebanyak 3 orang hanya menggunakan pupuk Urea dan Phonska dan sebanyak 2 orang hanya menggunakan Urea dan TSP. Pupuk Urea digunakan hampir seluruh petani responden. Ketiga jenis pupuk tersebut banyak digunakan karena mudah didapatkan di kios pupuk dan harganya relatif lebih terjangkau dibandingkan dengan pupuk majemuk mutiara NPK. Secara keseluruhan, rata-rata penggunaan pupuk kimia mencapai 799,06 kgha. Penggunaan rata-rata pupuk urea pada petani yang menanam jagung manis 80 pada musim kemarau mencapai 453,44 kgha sedangkan pada musim hujan 373,68 kgha. Penggunaan rata-rata pupuk Phonska pada petani yang menanam jagung manis pada musim kemarau mencapai 237,36 kgha sedangkan pada musim hujan 201,06 kgha. Penggunaan rata-rata pupuk TSP pada petani yang menanam jagung manis pada musim kemarau mencapai 216,77 kgha sedangkan pada musim hujan 216,75 kgha. Secara keseluruhan rata-rata penggunaan untuk pupuk urea mencapai 412,27 kgha, phonska 219,21 kgha, dan TSP 216,76 kgha. Pemupukan sebagian besar dilakukan sebanyak 2 kali ada pula yang melakukan hingga 3 kali. Jumlah pupuk yang digunakan untuk pemupukan pertama dan kedua rata-rata jumlahnya sama tetapi ada pula yang berbeda disesuaikan dengan kondisi tanaman. Pupuk kimia yang digunakan petani dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16 . Pupuk Kimia yang Digunakan Petani Pupuk kimia tersebut relatif mudah didapatkan karena banyak kios-kios yang menjual pupuk kimia tersebut. Selain dari kios, petani juga memperoleh pupuk dari kelompok tani yang merupakan bantuan dari pemerintah Kabupaten Bogor, dan juga dari tengkulak. Harga pupuk tersebut juga relatif terjangkau karena masih mendapatkan subsidi dari pemerintah. Harga pupuk urea berkisar antara Rp 1.500 – Rp 2.500kg dengan harga rata-rata Rp 1983,23kg. Harga pupuk TSP berkisar antara Rp 1.900 – Rp 4.000kg dengan harga rata-rata sebesar Rp 2.388,89kg. Harga pupuk phonska sedikit lebih mahal daripada pupuk urea dan TSP. Harga pupuk phonska berkisar antara Rp 2.100 – Rp 3.000kg dengan 81 harga rata-rata sebesar Rp 2.565,71kg. Harga pupuk Phonska lebih mahal karena pupuk ini merupakan pupuk majemuk.

5. Penggunaan Obat-Obatan

Obat-obatan yang digunakan dalam budidaya jagung manis diantaranya furadan, dan pestisida cair. Tidak semua petani menggunakan obat-obatan tersebut. Namun sebagian besar petani petani menggunakan furadan. Obat – obatan ini dapat dengan mudah diperoleh di toko-toko pertanian. Furadan digunakan sebagai pestisida. Furadan yang digunakan adalah Furadan 3G dengan bahan aktif 3 persen carbofuran dengan bentuk granula berwarna ungu. Aplikasi furadan dilakukan tiga kali yaitu pada saat tanam, pada saat tanaman berumur 7-15 HST dan pada saat 30 HST. Pemberian furadan pada saat tanam bertujuan supaya benih jagung tidak dimakan semut. Aplikasi furadan pada usia 7-15 HST dan 30 HST digunakan sebagai pestisida untuk membunuh ulat dan belalang. Sebanyak 28 orang menggunakan obat ini dan hanya 3 orang saja yang tidak menggunakan furadan. Alasan petani tidak menggunakan furadan karena keterbatasan modal dan karena lebih memilih menggunakan pestisida cair. Rata-rata penggunaan furadan ini mencapai 15,72 kgha. Petani yang menanam jagung manis pada musim hujan rata-rata menggunakan furadan lebih banyak daripada petani yang menanam pada musim kemarau. Petani yang menanam pada musim hujan menggunakan furadan sebanyak 16,88 kgha sedangkan petani yang menanam pada musim kemarau hanya menggunakan sebanyak 14,55 kgha. Harga furadan ini berkisar antara Rp 10.000 – Rp 18.000kg dengan harga rata- rata Rp 12.125,00kg. Furadan ini dapat dengan mudah diperoleh di toko-toko sarana pertanian. Gambar 17 . Furadan 3GR untuk Insektisida 82 Pestisida cair yang digunakan diantaranya merek Decis, Matador, Ripcord, Sidamentrin, Curacron, dan Propil. Diantara merek pestisida tersebut, merek Decis merupakan merek yang paling banyak digunakan. Semua pestisida cair tersebut digunakan untuk mengendalikan hama serangga pada tanaman sayuran dan buah-buahan. Pestisida cair ini umumnya digunakan dengan takaran 1 loki atau sekitar satu tutup botol 20 ml untuk satu kali penyemprotan yang dicampur dengan air sebanyak 14 liter sesuai dengan ukuran tangki semprot. Penggunaan pestisida cair petani yang menanam jagung manis pada musim kemarau mencapai 1,43 literha dan pada musim kemarau sebesar 1,04 literha. Jenis pestisida cair yang digunakan petani dapat dilihat pada Gambar 18. Gambar 18 . Jenis Pestisida Cair yang Digunakan Petani Penyemprotan digunakan untuk meberantas hama terutama hama ulat grayak dan belalang. Penyemprotan biasanya dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada 15 HST dan 30 HST. Terkadang petani melakukan penyemprotan menyesuaikan dengan kondisi di lapang yaitu apabila populasi hama meningkat.

6. Penggunaan Tenaga Kerja

Tenaga kerja manusia digunakan untuk setiap proses kegiatan budidaya dari mulai pengolahan tanah sampai pemanenan. Tenaga kerja manusia yang digunakan berasal dari tenaga kerja dalam keluarga TKDK dan tenaga kerja diluar keluarga TKLK. Pengguunaan tenaga kerja manusia ini dihitung dengan menggunakan satuan HOK. Standar lama bekerja dalam 1 HOK adalah 8 jam. Penggunaan rata-rata tenaga kerja petani yang menanam jagung manis pada musim kemarau sebesar 134,25 HOKha untuk tenaga kerja di luar keluarga dan 83 54,44 HOKha untuk tenaga kerja dalam keluarga. Sedangkan, penggunaan rata- rata tenaga kerja petani yang menanam jagung manis pada musim hujan sebesar 135,97 HOKha untuk tenaga kerja di luar keluarga dan 40,48 HOKha untuk tenaga kerja dalam keluarga. Secara keseluruhan, total penggunaan tenaga kerja rata-rata mencapai 166,66 HOK dimana terdiri dari 48 HOK TKDK dan 135,14 HOK TKLK. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan tenaga kerja dalam keluarga masih terbatas. Sebagian besar petani lebih memilih menggunakan buruh untuk melakukan budidaya. Buruh tani dan petani di Desa Gunung Malang setiap hari bekerja selama 5 jam. Jam kerja ini telah menjadi kebiasaan petani di Desa Gunung Malang. Petani menyebutnya dengan istilah dukcir bedug ngacir atau diartikan dengan akhir dari jam kerja adalah pada waktu sholat dzuhur. Rata-rata petani mulai bekerja pada jam tujuh pagi dan berakhir pada jam dua belas siang. Untuk sistem upah, buruh laki-laki memperoleh upah sebesar Rp 25.000 per hari sedangkan buruh perempuan memperoleh upah sebesar RP 15.000 per hari. Untuk sistem pembayaran tenaga kerja pemanenan berbeda dengan pekerjaan lainnya. Sistem pembayaran upah tenaga kerja pada kegiatan pemanenan dihitung dengan upah sebesar Rp 100- Rp 150kg hasil panen yang mampu dilakukan oleh pekerja. Tenaga kerja yang digunakan ini merupakan masyarakat sekitar yang tinggal di Desa Gunung Malang. Tenaga kerja yang digunakan merupakan tenaga kerja yang sudah terbiasa melakukan budidaya tanaman jagung. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko produksi karena kesalahan tenaga kerja.

7. Penggunaan Peralatan Usahatani

Kegiatan budidaya tanaman jagung manis menggunakan perlatan seperti cangkul, kored, dan sprayer. Peralatan tersebut merupakan peralatan yang dibeli petani untuk melakukan budidaya jagung manis. Cangkul digunakan untuk kegiatan mengolah tanah, membuat bedengan dan melakukan pembumbunan. Hampir setiap petani memiliki alat cangkul sendiri. Kored digunakan untuk menyiangi rumput-rumput kecil atau gulma. Sprayer digunakan untuk melakukan penyemprotan. Kapasitas sprayer yang dimiliki petani sebesar 14 liter. Tetapi tidak semua petani memiliki alat sprayer ini hanya beberapa saja yang memilikinya. 84 Rata-rata petani memiliki cangkul sebanyak 1 unit, kored 2 unit dan sprayer 1 unit. Petani membeli cangkul dengan harga rata-rata sebesar Rp 38.571,43 per unit. Harga kored yang dibeli petani rata-rata Rp 25.000,00 per unit dan harga sprayer rata-rata Rp 368.750,00 per unit. Secara umur ekonomis, cangkul dan kored hanya bertahan rata-rata 2 tahun saja. Menurut petani, cangkul dan kored sering digunakan dalam setiap kegiatan budidaya. Oleh karena itu cangkul dan kored ini lebih cepat rusak. Sprayer dapat bertahan hingga 5 tahun. Sprayer yang digunakan petani merupakan sprayer dengan kapasitas 14 liter yang terbuat dari bahan kaleng sehingga lebih tahan lama. Rata-rata penyusutan peralatan tersebut selama setahun mencapai Rp 118.035,72. Dalam satu tahun petani dapat menanam jagung selama lima kali, oleh karena itu total penyusutan per periode tanam jagung manis sebesar Rp 23.607,14. Secara lebih terperinci, besarnya penyusutan peralatan ini dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 . Nilai Penyusutan Peralatan Pada Usahatani Jagung Manis Petani Responden di Desa Gunung Malang pada Musim Tanam Tahun 2011-2012 Jenis Jumlah Harga Total Umur Penyusutan Penyusutan Peralatan per Satuan Biaya Teknis per Tahun per Periode Tanam Rp Rp Th Rpth Rpperiode Cangkul 1 38.571,43 38.571,43 2 19.285,72 3.857,14 Kored 2 25.000,00 50.000,00 2 25.000,00 5.000,00 Hand Sprayer 1 368.750,00 368.750,00 5 73.750,00 14.750,00 Total Penyusutan 118.035,72 23.607,14 Penggunaan input produksi berbeda-beda pada setiap responden. Perbedaan input produksi dapat menyebabkan perbedaan hasil produksi jagung manis yang dihasilkan. Berdasarkan uraian penggunaan input produksi yang telah dijelaskan di atas, jumlah kebutuhan input fisik usahatani jagung manis dan jumlah produksi jagung manis serta jagung semi secara lebih terperinci dapat dilihat pada Tabel 17. 85 Tabel 17 . Rata-Rata Kebutuhan Fisik Input Produksi dan Hasil Output Produksi Usahatani Jagung Manis Petani Responden di Desa Gunung Malang Musim Tanam 2011-2012 Komponen Produksi Satuan Musim Kemarau Musim Hujan Rata-Rata Keseluruhan Output Produksi - Jagung Manis TonHa 8,04 8,30 8,17 - Jagung Semi KgHa 654,67 629,44 628,05 Input Produksi - Benih KgHa 7.63 7,19 7,40 - Pupuk Kandang TonHa 3,04 4,07 3,57 - Pupuk Kimia  Urea  Phonska  TSP KgHa KgHa KgHa 453,44 237,36 216,77 373,68 201,06 216,75 412,27 219,21 216,76 - Obat-Obatan  Pestisida Cair  Furadan mlHa KgHa 1.429,17 14,55 1.040,51 16,88 1.195,97 15,72 - Tenaga Kerja  TKDK  TKLK HOKHa HOKHa 54,44 134,25 40,48 135,97 48,00 135,14 86 VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS Analisis risiko produksi jagung manis dilakukan dengan menggunakan metode risiko produksi yang telah dikembangkan oleh Just dan Pope. Pendekatan analisis risiko produksi dengan metode Just dan Pope ini dapat menggambarkan bagaimana pengaruh input produksi terhadap hasil produksi dan bagaimana pengaruh input tersebut terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan pengaruh input terhadap variance produktivitas. Model Just dan Pope yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan dua persamaan fungsi yaitu fungsi produksi dan fungsi risiko. Fungsi produksi menunjukan bagaimana pengaruh penggunaan input terhadap produktivitas jagung manis petani responden. Fungsi risiko menunjukkan bagaimana pengaruh penggunaan input dapat mempengaruhi variance produktivitas. Kedua fungsi tersebut menggunakan model fungsi Cobb-Douglas. Faktor produksi variabel independen yang diduga berpengaruh terhadap produksi dan risiko produksi adalah benih, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk phonska, pupuk TSP, pestisida cair, furadan, tenaga kerja, musim, dan varietas benih. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program statistik SPSS versi 17. Hasil pengolahan dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4.

6.1 Hasil Pengujian Penyimpangan Asumsi Klasik